Hasta Karma, Kematangan Dewa Budjana Meramu Nada

Donatus Fernanda Putra | CNN Indonesia
Minggu, 01 Mar 2015 10:01 WIB
Menyimak isi hati terdalam Dewa Budjana di album solo ke-delapan, Hasta Karma, yang menunjukkan kesederhanaan dan kematangannya dalam bermusik.
Dewa Budjana (CNNIndonesia/Kiky Makiyah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jika di album Surya Namaskar (2014) Dewa Budjana tampil begitu energik dan megah, maka di album solo ke-delapannya, Hasta Karma, Dewa menunjukkan kesederhanaan dan kematangannya dalam bermusik.

Saniscara dipilih menjadi tembang pembuka. Tak salah menempatkan lagu ini di awal. Bertempo cepat, Saniscara terasa ramah di telinga dan mengundang rasa penasaran apa yang bakal disuguhkan Budjana di lagu-lagu berikutnya.

Selanjutnya, Desember mengentak dengan sisipan raungan distorsi gitar di beberapa bagian lagu. Begitu pun Jayaprana yang menyuguhkan perpaduan antara jazz dengan nada-nada etnik dari Timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketiga lagu itu menjadi bait pengantar nan indah sebelum memasuki fase sakral yang segera menyambut di sisa lagu berikutnya.

Ruang Dialisis adalah track ke-empat yang sekaligus menjadi sajian utama dalam album ini. Sayatan dawai-dawai Budjana yang dipadupadankan dengan suara perempuan tua yang melantunkan Mamuit—kidung pemakaman adat Bali—membuat lagu sarat makna ini terasa begitu sakral.

Ruang Dialisis merupakan persembahan Dewa bagi almarhum ayahnya yang tengah dalam situasi dialisis, antara hidup dan mati, saat ia sedang menggarap album solo perdananya, Nusa Damai (1997).

Dan ternyata suara perempuan yang berkali-kali muncul di beberapa bagian lagu ini tak lain adalah suara nenek Budjana  sendiri, yang sedang menyanyikan kidung itu saat upacara pemakaman sang ayah.

Lagu berdurasi hampir 12 menit ini tampaknya menjadi wadah dari segudang kenangan Budjana, yang terkenal tak banyak bicara, akan sosok ayahanda maupun neneknya.

Di lagu selanjutnya, Just Kidung, pendengar diajak untuk tidak larut dalam kepedihan. Komposisi apik dengan beat yang kencang membuat badan tak hentinya bergoyang mengikuti irama lagu. Budjana sendiri menyampaikan dirinya hanya menulis bagian intro dan refrain. Selebihnya adalah improvisasi para pemain di dapur rekaman.

Lagu berirama balada, Payogan Rain, terdengar sederhana dan mengalir dengan lembut. Menjadi penutup yang manis setelah lima lagu sebelumnya berhasil mengaduk-aduk perasaan.

Secara keseluruhan, Hasta Karma adalah pesan dari Budjana yang semakin kenyang pengalaman dunia di usianya yang tak lagi bisa dibilang muda. Rasanya tak percaya dengan pengakuan Budjana, beberapa waktu lalu, yang mengatakan jika album ini direkam hanya dalam tempo sehari saja.

Tak semegah Surya Namaskar atau Joged Kahyangan (2013), namun Hasta Karma ialah isi hati terdalam dari Budjana. Dua tembang, Ruang Dialisis dan Payogan Rain, patut menjadi yang terbaik di album apik ini.

(don/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER