Jakarta, CNN Indonesia -- Sekalipun dilanda kerancuan, suksesi Lembaga Sensor Film (LSF) tetap dilaksanakan oleh segenap anggota yang akhirnya sepakat menetapkan Anwar Fuady sebagai pengganti pemimpin sebelumnya, Mukhlis Paeni.
Dalam konferensi pers yang digelar hari ini (12/3) di Gedung Film, Jakarta, Anwar menyatakan siap mendedikasikan hidupnya untuk LSF. Saat CNN Indonesia menanyakan perkara sensor film, sang aktor sejenak terdiam sebelum melontarkan jawaban.
“Kalau memang filmnya melanggar susila, membahayakan bangsa dan segala macam, ya disensor atau ditolak,” kata sang pemeran sinetron
Tukang Bubur Naik Haji (2014), sembari mencontohkan adegan film pengerahan ISIS layak disensor atau ditolak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anwar tidak keberatan jika film yang diperankannya lantas terkena guntingan sensor. Bahkan tak mempermasalahkan bila sensor tersebut memberangus gagasan atau menyia-nyiakan karya dan kerja kerasnya sebagai seniman.
“Kalau memang kurang layak dan mau dipotong ya, dipotong saja. Saya tidak akan ikut campur dalam masalah itu,” katanya dengan nada berapi-api yang khas. "Yang penting, saya sudah dibayar, sudah dapat honor.”
Lagipula, Anwar menambahkan, LSF sudah memberlakukan sistem klasifikasi usia penonton: semua umur, 13 tahun ke atas, 17 tahun ke atas, dan 21 tahun ke atas. Jadi kalau ada anak-anak menonton film dewasa, maka Anwar menyalahkan orang tuanya.
Baru beberapa hari menjabat ketua LSF, Anwar mengaku tak bisa menjawab semua pertanyaan awak media. Pria yang gemar berkemeja Versace ini “menuduh” awak media bukan melontarkan pertanyaan, melainkan sengaja menantang atau mempermalukan dirinya.
Tokoh perfilman dan anggota LSF Johan Tjasmadi, yang juga hadir di konferensi pers tersebut, spontan membela Anwar. “Presiden tidak harus menguasai semua ilmu. Anwar Fuady pun tak perlu menguasai semua urusan LSF. Kami punya staf di sini.”
Pria berusia 78 tahun yang akrab disapa John ini menilai suksesi di tubuh LSF adalah wajar. Senada dengan itu, Anwar menyatakan, suksesi ketua LSF bisa dilakukan kapan pun, tanpa perlu campur tangan Pemerintah.
“Seperti ketua kelas, mau diganti seminggu sekali, ya suka-suka,” kata Anwar. “Besok saya diganti, juga suka-suka. Saya ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memilih saya. Berarti saya termasuk berkualitas.”
(vga/vga)