Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun 2015 menandai kembalinya aktris senior Dewi Yull ke layar lebar. Lama tak berakting di hadapan kamera, Dewi membintangi film berjudul
Sebuah Lagu untuk Tuhan arahan sutradara Alyandra.
Seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, dalam film ini Dewi tak hanya mengobati rindu para penggemar pada aktingnya. Ia pun sekaligus memperjuangkan hak kaum tunarungu, sebuah upaya yang selama ini telah dilakukannya.
Seperti diketahui, mantan istri aktor Ray Sahetapy itu dikaruniai dua anak dengan kebutuhan khusus yakni mendiang Gisca Puteri dan Panji Surya. Keduanya adalah tunarungu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini adalah suatu keberkahan. Saya mendapat kesempatan bermain lagi karena ceritanya juga buat saya luar biasa. Tidak jauh dengan apa yang pernah saya lewati," kata Dewi saat ditemui di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Jumat (20/3) petang.
Film
Sebuah Lagu untuk Tuhan terinspirasi dari novel berjudul sama karya Agnes Davonar. Film tersebut mengisahkan tentang semangat seorang gadis tunarungu bernama Angel (diperankan oleh Eriska Rein) untuk bisa hidup di masyarakat sosial. Ia berjuang bersama ibunya (Dewi Yull).
Angel kerap mendapat perlakuan yang tak menyenangkan di sekolahnya. Namun berkat semangat juga ketangguhan sang ibu, ia mampu hidup normal di tengah masyarakat yang majemuk. Kisah tersebut kurang lebih mirip dengan perjuangan Dewi dalam mendidik almarhum Gisca dan Surya.
"Film ini ada edukasinya bahwa anak tunarungu sangat bisa disekolahan. Banyak orang tua yang tidak mengerti itu, entah karena tidak mau atau malu," tutur Dewi.
Aktris yang juga penyanyi ini lanjut mengatakan, "Ini jadi jembatan buat saya untuk menginformasikan dan mensosialisasikan tentang bagaimana memperlakukan anak yang tidak sempurna secara fisik tapi pasti punya banyak kelebihan."
Menurut ibu 53 tahun itu, saat ini masih banyak orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus malu memperkenalkan anaknya pada masyarakat umum. Bahkan, menganggap anak dengan keterbatasan fisik sebagai beban orang tua, keluarga, dan beban sosial.
"Yang saya alami terbalik, anak berkebutuhan khusus punya potensi tersembunyi. Hanya dengan kebesaran orang tuanya dalam memberikan peluang bagi anaknya lah, mereka bisa menunjukkan eksistensi dirinya," tutur Dewi.
"Anak berkebutuhan khusus itu tidak minta diperlakukan istimewa tapi minta diberi kesempatan yang sama. Mereka punya cinta, rasa, kepekaan, dan punya semangat meraih cita-cita," katanya menambahkan.
Dikemas dalam sebuah drama percintaan,
Sebuah Lagu untuk Tuhan juga dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa isyarat kepada masyarakat umum. Nantinya, film ini juga akan dilengkapi teks dialog dalam Bahasa Indonesia agar dapat turut dinikmati oleh kaum tunarungu.
Menurut Dewi, kendala kaum tunarungu dalam menonton film nasional adalah tak adanya teks dialog sehingga mereka jarang bisa menangkap isi film tersebut. Aktris asal Cirebon itu berharap film-film nasional mulai memberi kesempatan kepada kaum tunarungu agar ikut terhibur.
"Saya ingin kaum yang tidak mendengar bisa menikmati film yang indah ini dan bisa jadi gerakan awal film nasional lain untuk memberi subtitle," ujarnya penuh harap.
Saat ini,
Sebuah Lagu untuk Tuhan sedang dalam proses syuting. Rencananya, film tersebut akan ditayangkan di bioskop sekitar bulan Agustus mendatang.
(rsa/rsa)