'Pretty Woman' di Usia 25 Tahun dan Pro Kontra Kisahnya

CNN | CNN Indonesia
Selasa, 24 Mar 2015 12:22 WIB
Tidak semua orang menggemari film Pretty Woman tersebut. Karena dianggap merendahkan martabat wanita dan menghalalkan materialisme.
Julia Roberts pemeran Vivian di film Pretty Woman. (REUTERS/Mario Anzuoni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi pecinta film di era 90-an, film Pretty Woman adalah legenda.

Film itu memiliki semua elemen kenerhasilan film komedi romantis: pertemuan yang tidak disengaja, kisah cinta Cinderella hingga akhir yang manis seperti di dalam dongeng. Film tersebut disukseskan oleh sang aktris, Julia Roberts, yang dikenal dengan senyumnya yang lebar serta gerak-geriknya yang menggemaskan sepanjang film.

Film Pretty Woman, yang kini sudah berumur 25 tahun pada hari Senin (23/3), sudah mengantungi keuntungan sebesar US$463 juta dari penayangannya di seluruh dunia. Roberts pun berhasil menjadi bintang film terkenal di Hollywood berkat film tersebut.
Tapi tidak semua orang menggemari film tersebut. Beberapa kritik ditujukan, karena film itu dianggap merendahkan martabat wanita dan menghalalkan materialisme.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut adalah sejumlah pro kontra mengenai film Pretty Woman.

Kontra:

Mengesampingkan realita prostitusi

Menurut Katie Hail-Jares, perwakilan kelompok Sex Workers Outreach Project (SWOP USA), film Pretty Woman malah memotivasi para wanita untuk menjadi pekerja seks.

Padahal faktanya, sejumlah pekerja seks yang Hail-Jares temukan tidak seberuntung karakter Vivian, karakter yang Roberts perankan dalam film tersebut. Misalnya, mereka kerap mendapat perlakuan kekerasan saat menjajakan diri.

Mudahnya Vivian berhenti menjadi pekerja seks juga dianggap Hail-Jares mengaburkan realita yang terjadi kehidupan sebenarnya.

Jika di dalam film Vivian berhenti setelah kehidupannya dibiayai oleh Edward, karakter yang diperankan oleh Richard Gere, di kehidupan nyata masih banyak pekerja seks yang malah semakin kesulitan setelah berhenti menjajakan diri.

Merendahkan martabat perempuan

Secara garis besar, film ini menggambarkan kalau nasib seorang wanita bisa berubah di tangan pria. Daryl Hannah, salah satu aktris yang menolak memerankan Vivian, mengatakan kalau film tersebut merendahkan martabat perempuan.

Karakter Vivian memang terlihat pintar. Tapi di dalam film ia diceritakan tidak memiliki karier, selain menjadi seorang kekasih karakter Edward yang merupakan seorang pebisnis sukses.

"Pretty Woman memang bukan cerita nyata, tetapi film itu sangatlah seksis yang pernah ada di Hollywood," tulis Rachel Johnson dalam sebuah situs film feminis, Bitch Flicks, pada tahun lalu.

Menghalalkan keserakahan

Meski ia akan tampil dalam acara televisi untuk merayakan 25 Tahun Pretty Woman, tapi beberapa tahun yang lalu Gere sempat tidak setuju dengan sosok Edward yang awalnya angkuh dan tidak memiliki belas kasihan.

"Karakter Edward seakan menggambarkan karakter seluruh pria di dunia. Beruntungnya saat ini kita tidak terjebak dalam penggambaran tersebut," kata Gere dalam wawancara dengan majalah Woman's Day Australia pada 2012.

Masih ditulis Johnson dalam situs Bitch Flicks, film Pretty Woman juga seakan menganjurkan orang untuk menjadi kaya raya dan menghabiskan uangnya untuk berfoya-foya. "Film ini menanamkan nilai konsumerisme dan kapitalisme kepada penonton," tulis Johnson.

Pro:

Mengajarkan emansipasi wanita
Meski hanya menjadi penjaja seks, namun Vivian tetap memiliki integritas. “Kita yang menentukan siapa, kita yang menentukan kapan dan kita yang menentukan tarif," kata Vivian dalam salah satu adegan.

Selain itu, ia juga melakukan negoisasi dengan Edward mengenai peraturan di rumahnya dan berontak ketika ia merasa tinggal di dalam sangkar emas. “Vivian banyak mengajarkan kalau wanita tidak boleh didikte oleh pria," tulis Brigit McCone dalam situs Bitch Flicks.
McCone juga berpendapat kalau film Pretty Woman adalah mengenai feminisme klasik. "Ingatlah juga kalau setelah ia diselamatkan oleh
Edward, di akhir film ia gantian menyelamatkan Edward," lanjut McCone.



Adegan balas dendam

Seluruh penggemar film Pretty Woman pasti menyukai adegan saat Vivian diajak berbelanja oleh Edward.

Saat itu Vivian, yang sebelumnya dipandang sebelah mata oleh sejumlah penjaga toko, akhirnya dibelikan barang-barang mewah oleh Edward. "Kau digaji berdasarkan komisi kan?," tanya Vivian kepada salah satu penjaga toko yang sinis.

"Iya," jawab sang penjaga toko.

"Kesalahan besar. Kesalahan yang sangat besar. Aku ingin berbelanja di toko yang lain saja," kata Vivian sambil berlalu. Adegan balas dendam itu rasanya mendapat banyak tempat di hati perempuan.

Sukses menghibur

Walau jalan ceritanya aneh, namun film tersebut sangat menghibur.

Sosok Gere dan Roberts, yang berbeda umur 18 tahun, memiliki chemistry yang baik di depan kamera. Mereka mampu membangkitkan sosok Edward dan Vivian yang menghanyutkan perasaan penonton.

Di dalam skenario, porsi komedi dan romantisnya pun seimbang. Film ini akhirnya sukses menjadi tolak ukur kesuksesan film komedi romantis saat ini.

(ard/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER