Jakarta, CNN Indonesia -- Mencegah Jeanine (Kate Winslet) menyerang Abnegation dengan memanfaatkan Dauntless ternyata bukan jalan keluar. Itu justru awal dari masalah. Kini, Tris (Shailene Woodley) dan Four (Theo James pun harus terus berlari karena Jeanine tak henti memburu mereka ke mana pun.
Bersama Caleb (Ansel Elgort) dan Peter (Miles Teller), mereka sementara menumpang di faksi Amity. Namun itu tidak berlangsung lama. Eric (Jai Courtney) dan Max (Mekhi Phifer), kaki tangan Jeanine mencium keberadaan keempatnya.
Mereka pun harus berlari lagi. Di tengah jalan, mereka bertemu sekelompok anak muda yang memutuskan tak memiliki faksi. Meski mulanya terlibat perkelahian, Tris dan Four menyadari kelompok itu merupakan satu-satunya jalan melawan Jeanine, karena mereka punya pasukan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Jeanine kini bukan hanya memburu Divergent karena mereka dianggap perusak faksi. Ia juga membutuhkan sosok yang bisa cocok dengan banyak faksi itu untuk membuka pesan kapsul waktu dari para pendiri. Pesan itu sudah tersimpan selama 200 tahun. Ironisnya, satu-satunya kesempatan membukanya adalah Tris.
Betapa pun Jeanine ingin melukai Tris, ia tetap dibutuhkan hidup-hidup. Dan setelah pesan terbuka, isinya tak seperti harapan Jeanine.
Insurgent yang merupakan sekuel dari
Divergent, menyajikan lebih banyak konflik dan perkelahian. Tensinya jadi seperti
The Hunger Games: Catching Fire. Di titik terlemahnya, Tris justru menjelma menjadi sosok kuat.
Karakternya lebih terasa setelah Tris menggunting rambutnya. Sementara Four, jadi lebih menunjukkan sisi penyayangnya di film ini. Kalau ada akting pemeran pendukung yang mencuri perhatian, serahkan pada Peter.
Teller, pemeran Peter yang juga menjadi bintang utama dalam film Whiplash itu sukses membuat penonton geram, geregetan, kesal, tapi akhirnya tersenyum bangga. Penonton dibuat sadar, bahwa orang seambisius dan seegois apa pun, tetap punya rasa kemanusiaan dan kesetiakawanan.
Masih seperti dalam
Divergent, peran Caleb dalam film kali ini dibuat tenggelam oleh Four dan Tris. Namun, ia sukses menggambarkan ekspresi wajah dan emosi yang labil. Sementara Eric, bisa mempertahankan wajah kejamnya.
Insurgent memang lebih memicu adrenalin dibanding
Divergent, namun tidak ada yang terlalu istimewa dari film itu. Beberapa bagian film terasa kurang dijelaskan secara logika.
Namun karena film ini dibuat berbeda dari bukunya, jangan hanya puas dengan membaca karya Veronica Roth. Anda bisa membandingkan imajinasi sang penulis dengan sutradara Robert Schwentke yang berani mengubah cerita. Boleh diakui, perubahan
Insurgent jadi lebih hidup.
Meskipun cerita juga jadi terasa lebih emosional dari yang pertama. Itu terasa dari lagu band pengiring, Woodkid. Tidak seperti
Run Boy Run yang penuh semangat, lagu
Never Let You Down terasa lebih lembut dan dramatis.
Bagaimanapun, untuk Anda yang penasaran akan nasib Tris dan Four, perlu menonton
Insurgent dengan segala kejutannya. Film ini sudah tayang di bioskop Indonesia sejak Jumat (20/3) lalu.
(rsa/vga)