Buku Indonesia Dilirik Penerbit di Inggris

CNN Indonesia
Rabu, 15 Apr 2015 07:30 WIB
Buku Man Tiger (Lelaki Harimau) karya Eka Kurniawan diakuisisi rights atau hak ciptanya oleh penerbit di Inggris, Verso Books UK.
Buku Man Tiger karya Eka Kurniawan diedarkan penerbit di Inggris, Verso Books UK. (CNNIndonesia Internet/Dok. Verso Books UK)
Jakarta, CNN Indonesia -- Semakin banyak buku karya penulis Indonesia yang diedarkan oleh penerbit buku di luar negeri, semakin mengilap pamor literasi dan sastra Indonesia di mata dunia.

Daftar pun bertambah sejalan diakuisisi atau dibelinya hak cipta (rights) buku Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan oleh penerbit di Inggris, Verso Books UK, dan diedarkan dengan judul baru, Man Tiger.

Yang membanggakan, buku ini juga didiskusikan dan diluncurkan di salah satu acara di ajang bergengsi London Book Fair (LBF) di London, Inggris, pada Selasa (14/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jual Beli Rights Buku

LBF bukan pameran atau ajang jual beli buku, melainkan ajang jual beli rights buku. LBF diramaikan 25.000 pelaku industri dari 124 negara, termasuk Indonesia.

Tahun ini, penyelenggaraan kali ke-44 LBF bertema Making World Go Further dan berlangsung tiga hari (14-16/4). Stand Indonesia 5B140 menampilkan 223 judul buku pilihan dari berbagai penerbit.

Jual beli rights buku di International Rights Centre bukan satu-satunya agenda LBF. Di masing-masing stand juga diadakan acara lain, seperti diskusi dan peluncuran buku baru.

“Selain buku Eka, tentu kita berharap buku-buku yang lain pun cukup menarik penerbit di London untuk mengakuisisinya,” kata Sari Meutia, CEO Mizan Publishing, Koordinator Promosi dan Publikasi Komite Nasional Indonesia di LBF.

Usai sesi buku Man Tiger, pada sore hari (14/4), dilanjutkan sesi serupa untuk buku SophisTEAcation-An Anthology of Porcelain Teacups Collecting yang menghadirkan sang penulis Arlyn Lawrence serta seniman dan kolektor cangkir Desiree Sitompoel.

Pada hari ini, Rabu (15/4), digelar acara bincang-bincang Digital Books/Animated Books in Indonesia yang merupakan bagian dari konferensi besar taraf dunia: Publishing for Digital Mind.

Acara ini menghadirkan Ardian Elkana, Presiden Asosiasi Animasi dan Konten Indonesia, sekaligus Kepala Divisi Multimedia, Animasi dan Games KADIN, selaku pembicara.

“Publishing for Digital Mind jadi hub yang penting bagi industri kreatif dunia. Hampir seluruh penerbit menuju ke sini, karena peran digital yang besar dan penting saat ini,” kata Sari kepada CNN Indonesia via pesan singkat (14/4).

“Besok, hari ke-tiga ada launching bukunya Agustinus Wibowo dan pameran fotografi,” kata Sari seraya menambahkan agenda pihaknya bertemu penerbit terkenal Herper Lee.

“Jadi orientasi LBF memang jual beli rights buku-buku best seller internasional. Tahun lalu, kami mendapatkan rights buku karya Dan Brown di International Right Centre di ajang ini.”

Selain itu, di LBF juga ada Insight Program di mana para partisipan bisa berbincang tentang tema-tema yang sangat luas, dari politik sampai penerbitan.

Dihadiri lebih dari 12.000 pengunjung, Insight Program digelar di beberapa ruang terpisah. Perwakilan Indonesia, menurut Sari, juga diberi kesempatan berpartisipasi di acara ini.

Literasi Indonesia Dikenal Dunia

Lebih jauh, Sari menyampaikan soal keikutsertaan Indonesia di LBF sebagai “pemanasan” menjelang Frankfurt Book Fair, pada Oktober 2015. Tak lain agar publik Eropa semakin mengenal literasi Indonesia.

“Keikutsertaan Indonesia di LBF terkait kesempatan besar kita menjadi Guest of Honor atau Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair. Ini merupakan hadiah Dirgahayu Kemerdekaan RI ke-70,” kata Sari.

Ditegaskan oleh Sari, selama 70 tahun merdeka, Indonesia belum pernah menjadi Tamu Kehormatan ajang jual beli rights buku yang sudah digelar di Frankfurt, Jerman, sejak abad ke-15 tersebut.

Sebab syarat menjadi Tamu Kehormatan memang tidak gampang. “Ada standar jumlah buku yang harus kita terbitkan dalam bahasa Jerman untuk publik Jerman,” kata Sari.

Pada 2014 lalu, buku Pulang karya Leila S. Chudori sudah diterjemahkan ke bahasa Jerman dan “diboyong” ke Frankfurt Book Fair. Begitu juga buku karya Ahmad Tohari dan Laksmi Pamuntjak.

Para penulis dan penerbit buku, menurut Sari, harus berinisiatif menerjemahkan karyanya ke bahasa Inggris atau bahasa asing lain. Dengan begitu, publik di luar negeri lebih mudah mengakses.

“Tanpa ada inisiatif,” kata Sari, “sulit bagi penerbit di luar negeri untuk mengakses dan mengetahui bahwa buku karya penulis Indonesia memang pantas diterbitkan di pasar internasional.”
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER