Jakarta, CNN Indonesia -- Robin Rinaldi bisa dibilang perempuan sukses. Ia bukan hanya seorang editor majalah yang sukses di San Francisco. Rinaldi juga punya pernikahan yang bahagia. Aktivitas seksualnya dengan sang suami menggairahkan, dan ia tak perlu khawatir tak dicintai. Kurun 15 tahun perkawinan telah membuktikan hidupnya mujur.
Namun Dewi Fortuna mulai berpaling darinya saat Rinaldi tak kunjung dianugerahi anak. Itu cukup untuk membuatnya depresi. Apalagi Scott, sang suami berkeputusan untuk vasektomi.
Rinaldi disulut amarah. Jika Scott diperbolehkan melakukan apa pun yang ia inginkan, mengapa dirinya tidak? Perempuan 44 tahun itu pun merasa berhak untuk memuaskan dirinya dengan mencari pengalaman seksual lain. Kebetulan Scott seorang yang terbuka. Keduanya pun sebuah kesepakatan tak biasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rinaldi memutuskan tidur dengan siapa pun yang ia mau selama minggu kerja, dan kembali dengan suaminya saat akhir pekan. Scott membolehkan, dengan tiga peraturan: wajib mengenakan kondom, dilarang tidur dengan teman, dan tak boleh berkencan lebih dari tiga kali.
"Proyek" itu memberi Rinaldi kekuatan untuk membebaskan diri dari kungkungan sebagai perempuan, dan memulai petualangan seksualnya. Ia menemukan banyak pasangan baru dari aplikasi maupun situs kencan. Dalam setahun, Rinaldi berpacaran dengan 12 orang dan menjalani hubungan yang tak terhitung.
Pengalaman setahun istirahat dari pernikahan dan bertualang mencari pria-pria baru itu dituangkan Rinaldi dalam memoarnya yang banyak bicara soal seksualitas. Ia membuat buku berjudul
The Wild Oats Project. "
One woman's mildlife quest for passion at any cost," begitu keterangan tertulis di sampul bukunya.
Buku itu banyak menjadi perhatian dan buah bibir di dunia. Penerbit sampai memindahkan jadwal tayangnya di Inggris menjadi lebih maju, seperti diberitakan situs Independent.
Beberapa perempuan mengaku iri, namun ada sebagian lain yang justru prihatin. Buku Rinaldi menggambarkan ironi, karena semua keliaran itu ia lakukan sebagai balas dendam untuk suaminya. Meskipun, Rinaldi sendiri tidak mengakui gelora pembalasan dendam itu.
Yang Rinaldi akui hanyalah, selama setahun penuh pengalaman seksual itu, ia hanya bisa klimaks dengan orang-orang tertentu. Mungkin dua atau tiga pasangan. Setiap pencarian membuatnya menemukan apa yang sebenarnya ia inginkan, tapi semakin lama Rinaldi semakin tak tahu arah, apa yang sebenarnya ia cari.
Meski buku itu dan apa yang dilakukan penulisnya kontroversial, harus diakui bahwa pembalasan dendam yang demikian justru menyisakan kegetiran. Pada akhirnya, apakah dengan cara itu Rinaldi bisa bahagia? Di luar segala pengalaman seksualitas Rinaldi, buku itu mengajarkan kesetiaan yang sesungguhnya.
Bahwa membahagiakan pasangan tidak selalu dengan membelai dan memberikan yang terbaik. Terkadang, membiarkan pasangan melangkah ke impian semu yang ia pikir ia inginkan juga perlu. Asal ada yang tetap setia, menunggunya kembali dan menyadari kesalahannya.