Video Musik Butuh Pembatasan Usia Seperti Film

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Jumat, 17 Apr 2015 11:27 WIB
"Objektifikasi seksual pada perempuan di industri musik merupakan kejahatan seksual yang sangat dahsyat," kata Beti Baraki, petugas kampanya dari Object.
Mungkin video sadomasokis Rihanna dilarang tayang di 11 negara. (Beti Baraki, petugas kampanya dari Object)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada masanya nanti, video klip musik mungkin akan diberi rating seperti halnya film. Penontonnya perlu dibatasi secara usia. Menurut sebuah survei Ipsos/Mori yang dirilis Independent, lebih dari tiga per empat masyarakat Inggris telah memikirkan hal itu.

Bisa jadi penyebabnya adalah Miley Cyrus yang telanjang saat bergelantungan di Wrecking Ball. Mungkin video sadomasokis Rihanna yang dilarang di 11 negara juga berpengaruh. Yang jelas, 81 persen orang di Inggris ingin ada sertifikasi agar generasi muda tak terlalu terpapar seksualitas. Mereka menganggap seks kini terlalu eksplisit di dunia hiburan.

Survei itu diperuntukkan bagi Object, sebuah kelompok kampanye feminisme. Beti Baraki, petugas kampanya dari Object mengatakan pada Independent, "Objektifikasi seksual pada perempuan di industri musik merupakan kejahatan seksual yang sangat dahsyat."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Baraki, paparan seksualitas itu bisa memicu generasi muda, terutama yang perempuan, untuk tidak percaya diri akan tubuhnya sendiri. Mereka akan minder melihat kesempurnaan tubuh selebriti yang dieksplorasi. Akibatnya, mereka bisa melakukan pola makan ekstrem atau sangat depresi.

"Tidak ada yang akan membantah, remaja sudah biasa menyaksikan gambar-gambar seksual pada film sehari-hari. Adanya saluran musik atau pencarian lagu online, bisa menjadi jalan yang lebih mudah bagi mereka," kata Baraki.

Dengan adanya survei itu, jelas lah sudah bahwa sebenarnya publik mendukung untuk memperlakukan video musik sama seperti film. "Kita harus mengklasifikasi mana-mana yang menampilkan seksualitas secara eksplisit, untuk melindungi generasi muda," ujarnya lagi.

Selain menguarkan seksualitas secara eksplisit, survei yang sama juga menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen publik Inggris berpikir bahwa pengklasifikasian juga seharusnya dilakukan pula pada materi seksual di koran, majalah, dan situs online.

Hampir dua dari tiga orang yang disurvei pun percaya, pornografi membuat kekerasan terhadap perempuan menjadi hal biasa. Bukan hanya itu, lebih dari separuh responden juga setuju bahwa menonton pornografi dalam bentuk apa pun bisa berdampak negatif pada hubungan pribadi. (rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER