Jakarta, CNN Indonesia -- "
This is the first intercontinental convention of colored people, so-called colored people, in the history of mandkind!" seru Presiden pertama RI Ir. Soekarno dalam cuplikan pidatonya di Konvensi Asia Afrika, pada 1955.
Klip berdurasi lima menit tersebut membuka Nobar Pasar di Pasar Pondok Indah (Paspin), pada Minggu kemarin (19/4).
Acara yang diselenggarakan oleh Kalyana Shira Foundation tersebut digelar selama tiga hari (17-19/4) dan memutar film-film Indonesia pilihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nonton bareng atau nobar yang diadakan sebagai bagian dari kerja sama dengan Gerakan Solidaritas Selatan Selatan ini juga memutar seri dokumenter dari
Project Kid Dok.Janji Joni, Ca Bau Kan dan
Tanah Mama adalah beberapa film pilihan panitia yang diputar sebagai pengisi rangkaian acara
soft launching pasar yang berada di kawasan Pondok Pinang tersebut.
Namun film yang menarik perhatian justru seri dokumenter yang digarap oleh Ray Nayoan, Ucu Agustin dan Chairun Nissa.
Project Kid Dok menampilkan cerita tiga anak yang mempunyai kemampuan unik. Film pertama karya Ray Nayoan,
Grady, Sang Penyembuh, menceritakan seorang anak berkemampuan indigo.
Grady Krisandi mengolah kemampuannya lewat praktik tenaga dalam. Anak yang bercita-cita membeli ratusan hektare tanah untuk ditanami tersebut bahkan membeli bibit pohonnya sendiri.
"Kekuatan Grady bisa aja dari Tuhan, makanya kalau enggak tanggung jawab bisa hilang," kata Grady.
Film kedua adalah
Selamat Tinggal Sekolahku tentang penabuh drum cilik penyandang sindrom
low vision.Lintang, yang bersekolah di SLB Rawinala ditampilkan sedang mengalami haru biru karena harus lulus dari sekolahnya sementara dua sahabatnya mengucap salam perpisahan.
"Dalam hidupku, ada dua hal penting, yaitu: teman-temanku dan drum," ujar Lintang dalam film karya Ucu Agustin tersebut.
Tayangan terakhir dari
Project Kid Dok bercerita tentang komika atau komedian tunggal berusia tujuh tahun. Andi Bumi Fatih Unru memanfaatkan bakatnya sebagai komedian sejak masih sangat belia.
Tampil di depan penonton dewasa di acara
Stand Up Comedy Indonesia, Fatih pun diapresiasi layaknya komedian.
"Film adalah teknologi yang memungkinkan kita untuk empati terhadap orang lain," ucap Amalia Pulungan, aktivis Gerakan Solidaritas Selatan Selatan.
Ditemui oleh CNN Indonesia setelah pemutaran
Project Kid Dok, Amalia juga menyatakan, bahwa film adalah "
branding bangsa."
"Kita tahu bahwa film-film Indonesia, dan sebetulnya cukup harum namanya di internasional. Mereka masuk festival, itu jauh lebih bergaung ketimbang hal-hal yang lain," kata Amalia menjelaskan.
Ia pun menegaskan, "Yang perlu dilakukan oleh para pengambil kebijakan, dan presiden juga tentunya, bahwa film itu bukan cuma film, bukan sekadar produk budaya atau
entertainment."
(vga/vga)