Upaya Indonesia 'Menggeser' Kiblat Hollywood

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Senin, 27 Apr 2015 15:25 WIB
Dari dulu, Indonesia tergila-gila pada asing dan selalu butuh eksistensi. Jika pengakuan itu diberikan oleh asing, akan jauh lebih baik lagi.
The Raid dan Iko Uwais membuka peluang perfilman Indonesia semakin diakui dunia. (Dok. Facebook/The Raid)
Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Sapaan Sam Smith tepat pukul tujuh pagi 21 April lalu, mencari “gara-gara”. Di mengucapkan selamat Hari Kartini buat para wanita. Garis bawahi ini: dalam bahasa Indonesia.

Baru beberapa menit, pengguna Facebook di Indonesia yang jumlahnya puluhan juta itu, membanjirinya dengan komentar. Ribuan orang memberi jempol. Hampir 500 orang membagikannya pada kawan-kawan yang lain.

Bahasa Indonesia Smith, meski berantakan dan mungkin saja menyontek Google Translate, dipuji habis. Ia dielu-elukan agar datang. Seluruh masyarakat kita seperti menantinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Entah apakah sapaan sederhana yang sebenarnya promosi itu—karena Smith menambahkan tautan untuk mengunduh albumnya di iTunes di akhir kalimat—bisa mendongkrak jumlah penggemar maupun pengikut Smith di media sosial.

Sapaan Smith mengingatkan pada cuitan Owl City yang gemar "ngalay" di Twitter. Ia bisa pamer bahasa Indonesia lewat “nasi goreng”, “gue itu yang terpilih”, dan “abang lu kenapa bang”. Owl City memang pernah ke Indonesia.

Kehebohan juga pernah diciptakan Fransoa. Awal tahun 2015, bule Perancis dalam band itu menyanyikan lagu Aku Lapar. Liriknya lebih mirip menu ketimbang lagu. Penuh makanan!

Sampai kerupuk pun dia sebutkan. Meski aneh, tak urung Fransoa juga diagung-agungkan masyarakat Indonesia. Banyak yang suka lantaran gokil, bule tapi berbahasa Indonesia.

Baru-baru ini, ada bule lain yang tak kalah populer. Chris Hemsworth, si Pria Terseksi Dunia 2014 versi majalah People. Pemeran Thor itu menyapa Cinta Laura dengan “apa kabar”, “siapa nama kamu”, dan “bagaimana cuaca hari ini”.

Chris dan Cinta bertemu dalam sebuah wawancara khusus para bintang Avengers: Age of Ultron di Amerika. Cinta mewakili Indonesia untuk sebuah televisi swasta. Dengan bahasa Indonesia itu, Chris langsung dipuji.

Padahal, itu bahasa Indonesia dasar untuk mengawali percakapan bagi mereka yang baru belajar. Bukankah itu sama dengan “how are you”, “what is your name”, dan “how is the weather today”? Chris memang mengaku pernah belajar bahasa Indonesia di Australia.

Apakah istimewa ketika orang Indonesia bisa mengucapkan bahasa Inggris sekadarnya seperti itu? Sama sekali tidak.

Tapi ini Chris Hemsworth. Aktor Hollywood, yang sedang beraksi di layar lebar dengan Avengers: Age of Ultron. Bukan hanya asing, dia juga ternama. Terkenal seantero Amerika.

Sama seperti Smith, musisi Inggris yang sedang naik daun. Juga Owl City, yang meskipun tidak terkenal-terkenal amat tapi band luar negeri.

Bukankah sejak dahulu bangsa ini xenomania, tergila-gila pada asing? Segala sesuatu yang menyangkut nama asing, pasti dielu-elukan. Ada syuting film barat di Indonesia, artis Hollywood liburan di Bali, atau sekadar sapaan di Twitter saja sudah senang minta ampun.

Sebenarnya, itu membuktikan sesuatu. Terlepas dari 350 tahun negara kita hidup di bawah ketiak asing, Indonesia butuh eksistensi. Pengakuan. Dan orang kita haus akan heroisme.

Ketika ada orang asing yang peduli pada Indonesia, sedikit saja, perasaan kita membuncah bahagia. Apalagi saat ada orang kita yang mampu bercokol di tengah asing. Prestasinya dianggap sangat luar biasa.

Joe Taslim sudah membuktikannya. Ia bermain dalam Fast & Furious 6, meskipun hanya muncul sesekali, itu pun tokoh antagonis. Tapi dia seakan jadi pahlawan bangsa kita.

Pun Iko Uwais, yang ikut syuting bersama Frank Grillo di Batam, untuk film penyerbuan alien. Yayan Ruhiyan dan Julie Estelle juga mendapat kesempatan yang sama. Begitu pula Ario Bayu.

Terakhir, yang tak kalah membuat bangga adalah Ray Sahetapy. Aktor kawakan yang tak perlu ditanya soal kemampuan memainkan watak itu ikut bermain dalam Captain America: Civil War yang rilis 2016. Ray bahkan kini tengah di Amerika. Senin ini dia mulai syuting.

Bersama Chris Evans, Robert Downey Jr., tak ketinggalan si seksi Scarlett Johansson. Apa yang lebih membanggakan dari itu?

Tapi benar kata Ray dalam sebuah wawancara, itu bukan pencapaian terakhir. Boleh bangga, tapi jangan terlena. Jangan besar kepala.

Pengakuan, sapaan dari Smith, Owl City, juga Chris—kalau memang itu yang dibutuhkan—akan otomatis muncul jika bangsa ini memacu prestasi. Buktikan jika Indonesia mampu bersaing, dan Hollywood kelamaan makin menggeser pasarnya karena melihat  potensi.

Siapa bilang tak mungkin. Hollywood sekarang butuh rona Asia. Baik wajah maupun latar lokasi. Bahkan di film-film blockbuster. Lagipula, bukankah India sudah membuktikan diri sebagai kiblat "alternatif" perfilman dunia?

LEBIH BANYAK DARI KOLUMNIS
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER