Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia mulai punya nama di mata dunia. Aktor dan aktris dalam negeri mulai dikenal, bahkan diajak bermain di film-film asing. Joe Taslim mengawali kebanggaan dengan ikut menjadi penjahat dalam
Fast & Furious 6. Terakhir, Ray Sahetapy terlibat
Captain America 3.Keduanya dikenal setelah membintangi
The Raid. film kebanggaan Indonesia yang sampai ke Hollywood. Dibanding kawan-kawan sesamanya, Arifin Putra yang dalam
The Raid 2: Berandal mendapat peran tak kalah penting, belum kecipratan bermain di film-film asing.
Diakui Arifin, menembus pasar Hollywood tidak semudah yang dibayangkan. Ia sendiri bukan tidak kedapatan durian runtuh
The Raid, lokal maupun internasional. Namun untuk dilirik kiblat perfilman dunia, butuh upaya lebih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Joe Taslim itu dipilih langsung oleh sutradara
Fast & Furious, yang kebetulan menonton dia di Toronto. Dia bilang, 'Saya mau dia' dan produsernya melaksanakan," ujar Arifin bercerita, saat mengunjungi kantor redaksi
CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.
Itu juga terjadi pada Ray Sahetapy. Ia ikut syuting
Captain America: Civil War berdasarkan rekomendasi Gareth Evans, sutradara
The Raid.
Jika tim produksi tidak memilih langsung, kata Arifin, aktor harus melalui proses
casting yang tidak mudah. Saingannya ribuan orang, dari seluruh dunia. Apalagi setiap negara punya kebijakan melindungi tenaga kerja lokal. Mereka lebih dipilih dibanding aktor asing.
"Kalau mereka bisa menemukan orang yang mirip dengan yang diinginkan tapi lokal, itu yang akan dipilih," ujar Arifin. Ia mencontohkan, sebuah tim produksi Hollywood butuh peran oriental yang sekaligus bisa beradu fisik.
"Pilihannya Joe Taslim, Tony Jaa (peran antagonis di
Furious 7 yang berasal dari Thailand), atau misalnya, John yang Amerika-China. Kalau mereka enggak perlu-perlu banget, John yang dipilih," kata Arifin menjelaskan.
Ia mengerti formula itu dari seorang
casting director yang ditemuinya saat ikut
workshop akting di Berlinale, beberapa waktu lalu. Debbie McWilliams, penyaring bintang untuk 10 film James Bond terakhir, yang membuka matanya soal perlindungan bagi tenaga lokal.
"Dia bilang, '
Guys, saya tahu kalian pasti mau ke UK atau Hollywood. Sebaiknya jangan,'" kata Arifin menceritakan bagaimana McWilliams mengawali "ceramah" inspiratifnya. "Artis yang memburu peran ke Hollywood, menurut McWilliams, ujung-ujungnya hanya akan menjadi pelayan restoran. Bakatnya tak terpakai.
"Dia menyarankan, jadilah aktor terbaik di negara masing-masing, jadilah raja di sana. Kalau suatu saat dia perlu orang dengan kriteria itu, kita akan jadi orang pertama yang dia cari," kata aktor 28 itu menambahkan. Dari situ, ia baru memahami pola yang ada.
Arifin pun maklum. Kalau pun ia memaksa datang ke
casting director seperti McWilliams di Inggris atau Amerika, ia hanya akan jadi selintas lewat. Saingannya ribuan orang, jauh lebih banyak daripada bersaing di negeri sendiri. "Jadi kalau sudah ada karier di negara kita, fokus saja di situ," ucap Arifin.
Ia pun memilih berusaha menjadi aktor terbaik di Indonesia, yang saingannya hanya segelintir, tapi bisa jadi cukup menonjol untuk mencuri perhatian insan film dunia.
(rsa/vga)