Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah konser yang tiketnya ludes terjual biasanya membutuhkan perangkat lengkap untuk menunjang musikalitas. Tapi Nils Frahm, komposer asal Jerman, hanya butuh tiga piano, organ berpipa kayu, dan sikat toilet. Alat sederhana tak menghalangi konser ke-duanya di Roundhouse, London, Inggris pekan ini penuh penonton.
Seperti diberitakan
Reuters, Frahm sanggup menciptakan musik kelas dunia hanya dengan alat-alat itu. Ia memainkan komposisi elektronika Aphex Twin dan melodi Chopin. Musik klasik itu keluar dari organ kayu dan tube penyedot debu yang dibuat khusus sebagai sentuhan unik untuk musik klasik yang dibawakan Frahm.
"Kadang lebih mudah menciptakan instrumen Anda sendiri dan mungkin itu lebih murah serta menyenangkan," kata Frahm seperti dikutip
Reuters. Menurutnya, menggunakan alat-alat yang tak biasa, bahkan fungsi kesehariannya jauh di luar musik, merupakan tantangan tersendiri. Hasilnya bisa saja amat mengejutkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sikat toilet misalnya, ia gunakan sebagai instrumen ritme dalam musiknya. "Kelihatannya konyol, tapi suaranya ternyata keren," ujarnya.
Padahal Frahm tergolong muda untuk musisi berpengalaman. Usianya masih 32 tahun. Namun ia sudah akrab dengan piano sejak kecil.
Musisi yang berdomisili di Berlin itu dilatih oleh Nahum Brodski, murid dari Tchaikovsky. Frahm menjadi ternama dan dikenal internasional sejak 2011.
Kala itu, ia menelurkan album berjudul
Felt yang dianggap magis. Lewat album itu, Frahm seperti mengajak penikmat musik masuk ke dalam denting pianonya.
"Saya merekamnya dengan cara konvensional dan suara yang dihasilkan sangat konvensional," kata Frahm bercerita. Ia lantas memodifikasinya. Frahm meletakkan mikrofonnya dekat
string.
"Jadinya sangat tenang. Anda bisa mendengar apa pun, bahkan suara langkah tikus lebih terdengar dari dentingnya. Gangguan kemudian muncul dan saya mulai membentuknya," kata Frahm menjelaskan proses rekamannya. "Semua itu mulai menjadi instrumen. Dan saya menyadari saya bisa punya seluruh band hanya dengan piano."
Piano itu pun menjadi suaranya, ritmenya. "Orang sekarang, meskipun lagunya tidak akrab dengan telinga mereka, bisa menebak bahwa itu saya karena kedalaman suaranya," ucapnya. Frahm mencintai kesederhanaan. Lewat musiknya ia ingin berkata, komposisi sederhana bisa memesona.
Musisi yang kerap disandingkan dengan pianis Perancis Erik Satie itu mendeskripsikan musiknya sebagai perjalanan yang dinamis. "Ada jutaan pemain piano di dunia, tapi jika ada seseorang yang berkata, 'Ini pasti Nils,' maka tujuan saya telah tercapai," katanya. Artinya ia sukses menjadi berbeda dan dikenal lewat situ.
Setelah dua kali tampil di London, Frahm akan unjuk gigi di festival musim panas besar di sekitar Eropa, termasuk BBC Proms ke-120 di The Royal Albert Hall, yang dijadwalkan 5 Agustus 2015.
[Gambas:Youtube]