Jakarta, CNN Indonesia -- Film
United Passions diputar di tengah skandal korupsi FIFA. Film itu bercerita tentang sejarah 111 tahun otoritas sepakbola dunia, termasuk kelihaian Sepp Blatter, sang presiden yang sudah menjabat selama bertahun-tahun. Aktor Tim Roth didapuk memainkan Blatter.
Dalam film itu, Blatter digambarkan sebagai sosok yang lihai mencari sponsor.
United Passions sudah beredar di Eropa, namun popularitasnya anjlok seiring ketidakpercayaan masyarakat pada FIFA. Kini, film itu bersiap menghadapi publik Amerika Serikat.
United Passions dijadwalkan tayang di AS hari ini, sepekan setelah skandal korupsi FIFA terkuak dan beberapa pejabatnya ditangkap. Jumat (5/6) film itu premiere di Los Angeles. Namun, hanya dua orang yang hadir. Satu karena penasaran, dan satu lagi karena memang benar-benar pencinta sepakbola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sang pencinta sepakbola bernama Francisco Carrillo. Usianya sudah 62 tahun. Ia mengaku datang ke premiere di Laemmle Theater di Hollywood Utara, satu-satunya teater yang menayangkan
United Passions hanya karena menyukai sepakbola sejak di Meksiko.
"Saya suka Piala Dunia dan aturan sepakbola," katanya, seperti diberitakan Reuters. Ia bukan tak tahu tentang skandal FIFA. Hanya saja menurut Carrillo, film
United Passions hanya soal hiburan, tak ada hubungan dengan kasus.
Sementara penonton yang penasaran, bernama Alex Goot. Pria 31 tahun itu merupakan penulis lepas untuk olahraga. Ia mengaku ingin menonton karena penasaran soal penonton film.
"Bahkan sebelum skandal dan dakwaan itu terungkap, saya berpikir, siapa yang mau menonton film ini? Bahkan penggemar fanatik pun tidak terlalu peduli soal organisasi FIFA," ujar Goot menuturkan dengan enteng.
[Gambas:Youtube]Menurutnya, penonton yang melangkahkan kaki ke bioskop untuk film yang dibuat sutradara Perancis pada 2014 itu tidak akan mendapat pencerahan apa pun, apalagi di tengah skandal. "Rasanya aneh. Film itu tidak merepresentasikan sejarah yang sesungguhnya."
Distributor film itu, Screen Media Films menolak berkomentar saat ditanya soal pemutaran film yang sepi penonton. Padahal, film itu dibuat dengan bujet cukup tinggi, sekitar US$ 27 juta atau Rp 361 miliar. FIFA mendanai sampai sekitar Rp 297 miliar.
Namun jelas
United Passions gagal merebut perhatian positif kritikus. Pengulas film The New York Times, Daniel M. Gold bahkan menyebut film yang disutradarai Frederic Auburtin itu sebagai yang paling tidak ditonton sepanjang ingatan.
(rsa/rsa)