Jakarta, CNN Indonesia -- Cabikan gitar yang menggelegar mengiringi suara parau Budi Doremi. Berjudul
Bumi Manusia, lagu tersebut ternyata memang terinspirasi dari kisah pilu dalam buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang bertajuk sama.
"Lagu itu ditulis
abis saya baca
Bumi Manusia dan nangis-nangis di bawah tiang listrik di Bandung tahun 2007," ujar Budi dalam Temu Jurnalis, Blogger, dan Penulis di Jakarta, kemarin 10/6).
Salah satu tokoh perempuan dalam buku tersebut, Annelies, tewas dengan tragis. "Saya sedih banget. Saya mau ketemu Pak Pram, tapi
udah meninggal," tutur Budi.
Perkataan Goenawan Mohamad tiba-tiba terbersit dalam benak penyandang nama lahir Syahbudin Syukur ini. "Nyanyian adalah doa yang dikirim pergi untuk membawa sesuatu yang mustahil," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi pun tergerak untuk membuat lagu. "Lagu ini. Lagu untuk Pram agar bisa dengar di sana. Jiwa kami bertemu," ucap Budi dengan nada serius.
Bagi Budi, lagu bukan sekadar himpunan notasi yang dirangkai. Selain menyampaikan pesan, lagu juga cermin keberagaman di Indonesia.
"Ketika Portugis datang, ada keroncong. Arab datang, masuk musik Melayu. Tiongkok datang, ada musik lain," ujarnya. "Musik bisa melambangkan keberagaman dan keterbukaan Nusantara terhadap dunia."