Elemen Krusial yang Wajib Dimiliki Gitaris

Nadi Tirta Pradesha | CNN Indonesia
Jumat, 12 Jun 2015 20:31 WIB
Tak hanya sebatas menguasai permainan tangga nada, gitaris juga harus memiliki perilaku baik agar kariernya bertahan lama.
Ilustrasi gitaris (CNNIndonesia/StockSnap/Wilfred Iven)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rangkaian klinik musik ICON kembali digelar di AXA Tower, kawasan Kuningan, Jakarta, pada Jumat (12/6). Henry Budidharma memulai sesi kali ini dengan klinik gitar yang membedah tangga nada, interval, tiga nada/trinada/triad dan arpeggio.

Gitaris yang tergabung dalam Barry Likumahuwa Project ini menekankan penting empat elemen tersebut dalam bermain gitar. Di bagian interval, Henry menekankan pentingnya mempelajari interval, karena hal itu memperkaya permainan rhythm atau solo. Sementara di sesi arpeggio, Henry menjabarkan pentingnya elemen tersebut dalam mengisi solo dan membangun chord atau akor.

"Kalau saya lebih mikirin arpeggio, karena itu core tones, kan. Ketika kita mengerti isian chord-chord tertentu, kita akan mudah untuk solo atau bikin chord. Yang pasti, solo pakai arpeggio lebih enak, secara nada enggak akan 'melenceng.' Pasti akan aman," ujar Henry.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Henry juga menyoroti permainan gitar yang berpusat pada groove. Menurutnya bermain gitar mereplika nyanyian manusia, sehingga jika gitar tak groovy, maka pemain tak mampu bernyanyi dengan gitar.
"Kalau kata orang, mainnya enggak nge-groove, nah itu pasti karena enggak nyanyi. Kita gimana mau nyanyiin kalau kita enggak tau melodi, rhythm atau apa yang kita mau mainin," tutur Henry.

Henry juga menekankan pentingnya  latihan 12 nada dalam berbagai macam posisi. Menurut Henry khususnya untuk latihan key center, pemain bisa mencari nada terdekat. "Tujuan utamanya untuk sepraktis mungkin ketika kita main," kata Henry.

Memperkaya referensi musik menurut Henry merupakan elemen krusial. Metodenya mempelajari suatu genre terbilang unik, tak harus terlalu serius menganalisa atau mengulik.

"Kalau saya, misalnya, pengen banget belajar funk, saya cari band-band funk apa aja, James Brown, misalnya. Saya dengerin aja tanpa analisa, untuk analisa nanti ada waktunya sendiri. Sambil baca buku atau kerjain aktivitas lain dengam volume kecil aja. Ketika saya pelajarin jenis musik tertentu, saya akan fokus di situ sampe ketiduran ketiduran tapi kecil aja volumenya," papar Henry.
Henry sendiri beranggapan bahwa musik adalah bahasa. Secara langsung meluaskan referensi menjadikan musisi mahir 'berbahasa.'

"Ketika kita dengar banyak referensi itu memperkaya diri kita juga, terutama buat session player. Enggak mungkin kita diajak main sama arranger terus enggak punya referensi luas," ucap Henry. Hal kedua yang paling penting menurutnya adalah musisi harus mengerti apa jenis musik yang ingin mereka tekuni, "Paling enggak kita tahu mau ngeband apa," imbuh Henry.

Gitaris yang lengkap, menurut Henry, adalah gitaris yang memiliki pengetahuan soal sound. Akses informasi era ini juga menunjang pengetahuan soal sound, berbeda seperti 10 tahun lalu, kata Henry.

Henry juga menyampaikan pentingnya menjaga perilaku ketika bekerja sama dalam suatu band. Tak jarang musisi yang punya perilaku buruk terlibat cekcok dengan sound engineer, padahal menurut Henry mereka adalah personel band tak terlihat alias belakang layar.

"Attitude itu penting banget buat saya. Percuma main bagus kalau attitude kita jelek, main bagus tapi latihan ngaret. Disiplin itu bagian dari attitude juga. Rendah hati dan disiplin. Kalau kata orang sana, profesional banget lah."

"Kalau sama band saya bawa sound engineer sendiri, karena sukses enggaknya tergantung mereka juga. Kita main bagus tapi kalau enggak ada kerja sama akan berantakan juga. Tapi kalau sound engineer tau apa yang kita mau itu enak banget tuh," tutup Henry. (nadi tirta pradesha/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER