Jakarta, CNN Indonesia -- Ajang Popcon Asia 2015 yang akan digelar, pada 7-8 Agustus 2015 mendatang, itu menjanjikan akan diramaikan oleh sejumlah produsen kekayaan intelektual atau
intelectual property (IP) seperti komik dan animasi.
CEO Layaria Dennis Adhiswara, salah satu penggagas acara ini, mengatakan di antara IP tersebut, video dan kontennya bakal menjadi yang paling melejit si skala global.
Berbincang dengan
CNN Indonesia usai jumpa pers Popcon Asia 2015 di Conclave Working Space, Jalan Wijaya, Kebayoran, Jakarta, Dennis memaparkan beberapa fakta penting mengapa produk IP ini akan melesat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diproyeksikan
traffic di internet 80 persennya akan dari video, pada 2017, di seluruh dunia. Di kuartal terakhir 2014 kemarin, penonton video di YouTube yang teregistrasi itu ada 1,3 miliar
user tiap bulannya dan 1,4 miliar
user untuk video FB,” kata Dennis.
Namun menurutnya, itu baru yang teregistrasi. “Alias kalau nonton
sign in, seringkali kan kita enggak
sign in. Bayangkan kalau dihitung bagian itu juga. Ditambah lagi setiap menitnya ter-
upload di YouTube 300 video dari seluruh dunia," Dennis memaparkan.
Dennis merasa masa depan produk IP video cerah, dengan pertumbuhan yang tinggi serta hausnya penonton Indonesia akan variasi konten.
Masalah yang harus diatasi menurut Dennis adalah pemerataan kreator konten ke seluruh Indonesia. "Penonton juga kebanyakan enggak mau didikte harus nonton jam berapa, seperti halnya
programming tv konvensional. Kini, maunya
on-demand,” kata Dennis.
Permasalahannya adalah di masyarakat kita kini masih banyak konten kreator masih berpikir Jawa-sentris, berkonsentrasi di Pulau Jawa.
“Ini jadi pekerjaan rumah kami juga untuk menjangkau kota lain di luar pulau Jawa,” kata Dennis.
Data yang dipaparkan Dennis disebutnya diolah oleh timnya sendiri. Namun dia berharap dan akan merasa lebih yakin jika ada pihak lain yang melakukan riset lain untuk membuat kroscek data.
"Orang yang jeli liat peluang adalah yang sering kena musibah, orang kreatif adalah orang yang kena masalah berkali-kali. Sehingga dia harus putar otak gimana caranya enggak kena masalah lagi,” Dennis Adhiswara, CEO Layaria, tentang memulai bisnis start-up |
Menurut Dennis riset ini penting untuk mengetahui konten apa saja yang menarik penonton. Misalnya, fakta bahwa penonton belia kini tertarik dengan topik komedi.
Untuk konten sekarang itu jelas karena penonton terbanyak itu generasi millenials, umur 15-24 tahun, maka yang paling banyak memang komedi seperti cerita anak kampus atau menertawakan kejombloan seseorang.
“Masih berkutat disitu, tetapi mereka enggak selamanya akan berkutat di topik itu. Yang perlu kita lakukan sekarang ini nonton mereka, menemani, kasih saran dan masukan supaya seiring usia mereka bertambah konten mereka pun ikut dewasa," jelas Dennis.
Jangan Asal BlokirDennis juga mengkritik budaya serba blokir masyarakat Indonesia. Dia berpendapat sebaiknya suatu konten kontroversial yang tidak disetujui penonton diperlakukan sebagai spam dan tidak main blokir.
"Simpel, kalau enggak suka enggak usah ditonton dan disebar, begitu juga sebaliknya. Banyak sekali yang merasa suatu konten itu harus disensor, dikontrol, segala macam,” kata Dennis.
“Buat saya itu perilaku manja, kenapa? Ini udah saatnya kita semua menyensor diri sendiri, buat apa kita berlomba-lomba
mahal-mahalin smartphone kalau enggak bisa
nyaring apa yang mau kita tonton.”
Dia menyatakan bahwa dirinya senang kontennya dikritik. Menurut Dennis walau menghadapi kritik pedas, dia tetap ingin "menggoreng" diskusi dua arah dengan si pengkritik. Harapannya adalah kritik bisa berujung pada karya.
"Saya pengen memancing penonton Indonesia supaya enggak cuma duduk nonton dan berkeluh kesah, tapi kalau bisa berkarya kenapa enggak," ujar Dennis.
Menutup perbincangan, Dennis juga berbagi tips soal memulai bisnis
start-up. Dennis berpendapat bahwa bisnis tersebut bukan masalah mencari kekayaan secepat mungkin.
Intinya
start-up adalah bisnis yang menawarkan solusi bagi pengguna. Dia juga membagi tiga hal penting dalam memulai bisnis
start-up."Belajar, riset dan lakukan. Kalau belajar dan riset doang, tapi
nunggu modal demi melakukan ya jangan
nangis kalau keduluan orang. Orang yang jeli lihat peluang adalah yang sering kena musibah, orang kreatif adalah orang yang kena masalah berkali-kali. Sehingga dia harus putar otak
gimana caranya enggak kena masalah lagi,” kata Dennis.
(utw/utw)