Bioskop Masih Hiburan Termurah Masyarakat Indonesia

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Senin, 06 Jul 2015 11:43 WIB
Harga tiket bioskop di Indonesia, dibanding Australia, Jepang, dan Swiss masih jauh lebih murah. Itu menjadi hiburan paling terjangkau bagi masyarakat.
Ilustrasi menonton bioskop. (Getty Images/Thinkstock/Purestock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bioskop 21 akan perlahan-lahan dihilangkan, diganti XXI. Fasilitasnya dipoles. Harganya jelas berubah. Catherine Keng, Corporate Secretary jaringan bioskop XXI menyebutkan, XXI mungkin akan Rp 5 ribu lebih mahal. Di daerah-daerah, bioskop juga akan jadi XXI.

Jika merasa harga tiketnya terlalu mahal, coba tengok Australia, Jepang, atau Swiss. Menurut Humuch yang mengumpulkan kisaran harga bioskop dari seluruh dunia, Indonesia ada di peringkat enam terbawah, persis setelah Malaysia.

Di Australia, pada 2013 harga tiket bioskop mencapai US$ 31,94 atau Rp 426 ribu. Ada selisih yang cukup jauh dibanding Jepang, yang berada di peringkat ke-dua tertinggi, dengan harga US$ 19,91 atau sekitar Rp 265 ribu. Di Swiss, harganya US$ 19,61 atau Rp 261 ribu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara harga tiket termurah dipegang Korea Selatan, yang hanya US$ 1 atau Rp 13 ribu. Setelah itu ada Iran dengan US$ 2 (Rp 26 ribu), India dengan US$ 3,27 (Rp 43 ribu), juga Afrika Selatan dan Malaysia dengan harga US$ 3,33 atau setara dengan Rp 44 ribu.

Tiket bioskop di Indonesia rata-rata dibulatkan pada harga US$ 4, jika dirupiahkan menjadi Rp 53 ribu. Meski pada kenyataannya, ada harga tiket yang lebih murah dan mahal.

Dengan harga itu, disebutkan Catherine bioskop masih menjadi alternatif hiburan termurah bagi masyarakat. "Setelah kerja, hiburan paling terjangkau ya bioskop," katanya. Ia juga mengatakan, meski kehidupan ekonomi menurun, secara keseluruhan orang tetap butuh hiburan.

Meski tidak ada peningkatan jumlah penonton, film Indonesia tetap rata-rata 15 juta orang per tahun, masyarakat tetap haus menonton. Jika ingin memajukan film domestik, itu harus dimanfaatkan. Film harus dibarengi kualitas agar penonton tak kehilangan kepercayaan.

Menurut Catherine, digitalisasi film membuat biaya produksi bisa ditekan. Sineas berbondong-bondong bikin film. Alhasil, kualitasnya kurang terjaga. Itu mengecewakan penonton yang berharap pada film Indonesia.

"Jangan kecewakan penonton. Karena sekali kecewa, perlu waktu untuk mengembalikan kepercayaan mereka untuk menonton film Indonesia," ujar Catherine memberi saran.

(rsa/rsa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER