Jakarta, CNN Indonesia -- Tak tampak sosok Dian Sastrowardoyo di lokasi syuting film sejarah
Tiga Srikandi di Buperta, kawasan Cibubur. Padahal beberapa waktu lalu, sempat tersiar foto ia tengah berlatih memanah di kawasan Senayan, Jakarta.
Ternyata memang ada perubahan pemeran film produksi Multivision Plus ini. Finalnya, yang terpilih memerankan
Tiga Srikandi yaitu Bunga Citra Lestari, Tara Basro dan Chelsea Islan.
Film yang diproduseri Raam Punjabi dan disutradarai Iman Brotoseno ini menampilkan kisah tim atlet panahan Indonesia, peraih medali perak di Olimpiade Musim Panas 1988, Seoul, Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Atlet tim panahan Indonesia terdiri dari Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman dan Kusuma Wardhani, yang dilatih oleh Donald Djatunas Pandiangan. Menurut Iman Brotoseno, film berlatar kejadian nyata ini berisi 20 persen dramatisasi dan 80 persen kejadian nyata.
"Banyak kisah terjadi selain
event tersebut. Seperti hubungan percintaan antar karakter, kejadian yang melibatkan keluarga atlet. Juga sikap keras Donald dan hubungannya dengan para atlet," ujar Iman usai syuting di Cibubur (24/7).
Iman juga menegaskan bahwa penggantian Dian Sastrowardoyo dengan Bunga Citra Lestari merupakan keputusannya selaku sutradara. Semula, Dian akan memerankan Nurfitriyana Saiman.
Demi film ini, Chelsea dan Tara menjalani latihan panahan selama empat bulan. Bunga terpaksa menyusul selama dua bulan terakhir. Walau sempat cedera di pergelangan tangan, Bunga, yang sudah tiga tahun tak tampil di layar lebar, mengaku siap.
"Biar waktu aku terbatas, aku ekstra kerja keras. Aku lebih
prioritasin ketimbang yang lain.
Coaching aku
bawelin terus, aku
tanya-tanyain terus. Biar kelihatan seperti empat bulan latihan. Aku mengandalkan semangat," jelas Bunga.
Sedangkan Chelsea melakukan pendalaman karakter melalui anak Lilies Handayani dan buku yang diberikan suami Lilies. Chelse juga berpendapat bahwa film ini akan membuat penonton Indonesia mengetahui sejarah panahan Indonesia, kemudian lebih menghargai atlet panahan Indonesia.
Sementara Tara yang sebelumnya pernah berakting dalam film aksi, masih merasa "keberatan" menggunakan panah dan busur.
"Awalnya mungkin
gampangin, ah panahan doang bisa lah. Mungkin berat ke pribadi gue, karena gue anaknya meletup-letup, sementara panahan itu intinya konsetrasi dan pengendalian emosi," ucap Tara.
Selain berlatar Olimpiade Musim Panas 1988, Iman menjelaskan bahwa syuting akan dilakukan di Jakarta, Sukabumi (kamp pelatihan panahan saat itu), Ujung Genteng, Makassar, Yogyakarta, dan Seoul.
"Seharusnya ini di Seoul, tapi karena masalah MERS, kita jadikan di Jakarta. Nanti tetap ke Seoul untuk ambil
montage atlet, tidak sampai seminggu. Perkiraannya akhir Agustus, syuting selesai dan penayangan pada 24 Desember," tutup Iman.
(vga/vga)