White Shoes Rayakan 13 Tahun dengan Konser 'Kekunoan'

CNN Indonesia
Kamis, 06 Agu 2015 17:30 WIB
Meski hampir membosankan tapi kejutan-kejutan mengesankan pantas membuat yang tak kebagian tiket menyesal.
Penampilan White Shoes and The Couples Company saat bermusik di CNN Indonesia Music at Newsroom, Jakarta, Rabu, 1 Juli 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tulisan “Sold Out” terpampang jelas di depan loket penjualan tiket konser White Shoes and The Couples Company (WSATCC) di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, kemarin (5/8). Padahal siang belum juga beranjak menuju sore.

Total 800 tiket—termasuk 100 tiket di antaranya yang dijual kemarin (5/8)—ludes diburu penggemar WSATCC. Panitia pun mengaku terkejut dan tak mengira aksi WSATCC bertajuk Konser di Cikini disambut antusiasme sebesar ini.

Saat matahari terbenam di langit Jakarta, kerumunan penonton semakin ramai memadati Graha Bhakti Budaya, TIM. Kerumunan tersebut spontan membentuk antrean saat panitia membuka pintu masuk pada pukul 19.40 WIB.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah para penonton duduk di kursi masing-masing dan menunggu sekitar 20 menit, lampu di gedung pertunjukan itu meredup. Suara laki-laki pembawa acara yang ngebass yang dicurigai penonton milik seorang pemerhati musik David Tarigan, memulai pertunjukkan musik White Shoes yang kental suasana 70-an malam itu.

“Setelah 13 tahun berkarya, inilah White Shoes and The Couples Company!” teriak sang pembawa acara disambut teriakan histeris para penonton dan gemuruh tepuk tangan.

Sari, Rio, Ale, Ricky, Mela, dan John pun langsung naik ke panggung. Mereka memulai pertunjukan yang penuh kejutan itu dengan lagu Sabda Alam. Setelah melantunkan lagu ciptaan Ismail Marzuki itu, mereka menyapa para penggemarnya.

“Kami enggak sangka sambutannya akan semeriah ini. Terima kasih. Kami akan selalu memberikan yang terbaik di waktu mendatang,” tutur sang vokalis, Sari, di awal konser.

Band ber-genre pop kuno ini pun melanjutkan konser perdana mereka dengan mendendangkan lagu bernada ceria Aksi Kucing. Setelah itu beberapa hits mereka seperti Pelan tapi Pasti dan Matahari dipersembahkan untuk 800 penonton yang hadir.

"Jazz!"

Sehabis tembang Matahari, mereka lantunkan, ruang pertunjukan seketika padam. Cukup lama penonton dibuat bingung dan penasaran, sekitar tiga menit. Lalu, lampu di panggung pun seketika lagi menyala dan hanya tersisa Sari dan Mela yang sudah siap dengan gitar dan biolanya.

Mereka pun membuat kejutan untuk para penonton dengan duet perdana mereka menyanyikan lagu The Velvet Underground yang berjudul Stephanie's Says.

"Kalian terlalu baik. Aransemen hancur seperti ini masih diberi tepuk tangan," kata Sari sambil tertawa seusai lagu.

Penampilan duet Sari-Mela ini pun membuat Ale dan Ricky tak mau kalah. Ale-Ricky pun memainkan duet gitar-biola yang diinspirasi dari The Tielman Brothers, musisi legendaris Indonesia era 50-an.

"Jazz!" teriak Ale dan Ricky usai membawakan lagunya. Penonton pun langsung tertawa, karena teriakan Ale dan Ricky terasa satir.

"Ini baru namanya musik. Jangan yang gitu-gitu doang," kata Ale, seakan menyindir musisi Indonesia saat ini yang kurang kreatif.

"Kalo Ale mainnya jelek enggak apa-apa, dia anak Seni Rupa. Kalo gue kan anak Musik, jadi enggak boleh jelek mainnya," lanjut Ricky.

Setelah mengejutkan penonton dengan adu duet, mereka kembali memainkan beberapa lagu sebelum akhirnya menutup sesi pertama dengan Windu Defrinda dan Lembe-Lembe. 

Mesin tik diubah jadi perkusi

Konser di Cikini sesi ke-dua pun dimulai pada pukul 21.50 WIB, telat sekitar setengah jam dari yang dicantumkan di rundown. Di sesi ke-dua ini, WSATCC masih belum berhenti memberikan kejutan-kejutan untuk para penggemarnya.

WSATCC memulai sesi ini dengan sebuah mini drama. John masuk ke panggung sendirian dengan gelagat konyol yang mengocok perut para penonton. Ia duduk di sebuab kursi lalu memainkan mesin tik di hadapannya.

Tak lama, tirai di belakang John pun terbuka dan para pemain orkestra yang dipimpin Indra Perkasa pun siap mengiringi. Mereka memainkan lagu tanpa lirik dengan John memainkan perkusi dari mesin tik yang tadi ia gunakan. Penonton pun terpukau dan terkagum-kagum.

Setelah penampilan tunggal John yang memukau, personel lainnya memasuki panggung dengan set baru. Di belakang mereka, selain ada kelompok orkestra yang akan mendampingi mereka di sesi kedua, ada berbagai hiasan yang unik bernuansa 70-an.

Di latar panggung, ada lukisan gedung-gedung di Jakarta beserta Tugu Selamat Datang.

Di sisi kiri panggung, penonton dapat melihat ada Pangkas Rambut “Setia” yang menampilkan adegan cukur rambut sungguhan saat beberapa lagu dinyanyikan. Di sebelah kanan, ada studio Ruru Radio yang diisi oleh aktor Ricky Malau, yang sesekali mengantarkan ke lagu berikutnya.

Tak hanya itu, para personel WSATCC pun tampil berbeda, mereka mengenakan pakaian bermotif batik. Mereka pun tampil lebih tenang, berbeda dengan sesi pertama yang sangat energik. Namun ketenangan mereka mampu membuat malam makin syahdu.

Berbagai hits, seperti Senja Menggila, Hacienda, Tjangkurileng, dan Topstar pun mereka lantunkan sebelum kejutan berikutnya mereka lancarkan. Saat Kisah dari Selatan Jakarta mereka lantunkan, vokalis Goodnight Electric, Om Leo, yang juga membuatkan lirik lagu tersebut, masuk secara mengejutkan dan ikut bernyanyi. Riuh teriakan dan tepuk tangan penonton pun menyambutnya.

Setelah itu, WSATCC pun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat dengan acara konser itu. Konser di Cikini pun ditutup dengan Masa Remadja. Lalu, para personel meninggalkan panggung.

Berakhir? Tidak juga. WSATCC tak benar-benar silam. Mereka menghambur lagi ke tengah panggung setelah seisi Graha Bhakti Budaya kompak meminta encore. WSATCC pun kembali beraksi.

Encore dilakukan WSATCC sebagai penghargaan khusus kepada para penggemarnya. Mereka menyanyikan dua lagu lagi. Nothing to Fear dan Ye Good Ol’ Days dinyanyikan sebelum akhirnya konser malam itu benar-benar berakhir. Kali ini penonton yang awalnya duduk manis berhamburan ke depan panggung. Sari pun seakan tidak lelah untuk terus berdansa di atas panggung.

"Terima kasih kepada seluruh pengunjung yang sudah datang. Mohon maaf masih ada kekurangan. Semoga tujuh tahun lagi kami masih bisa mengadakan konser tunggal," kata Ricky.

Konser tunggal WSATCC ini benar-benar penuh kejutan. Meski tak banyak aransemen baru-yang membuat konser hampir membosankan-tapi kejutan-kejutan mengesankan dari Sari dkk pantas membuat para penggemar yang tak kebagian tiket Konser di Cikini menyesal.

Rasanya WSATCC perlu mengadakan konser-konser seperti ini sekali lagi, mungkin selama dua hari atau malah keliling Indonesia.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER