White Shoes and The Couples Company Merambah Eropa

Yohannie Linggasari | CNN Indonesia
Selasa, 01 Sep 2015 09:00 WIB
Grup band ini sudah dua kali berkonser di Helsinki, Finlandia. "Itu berarti mereka sudah ada peminatnya," kata Indra Ameng, manajer.
White shoes and the couples company (CNN Indonesia/Safir Makki
Helsinki, CNN Indonesia -- Pada tahun ini, direktur program Ruangrupa dan manajer White Shoes & The Couples Company, Indra Ameng, berkesempatan menjadi pembicara dalam acara Europe-Asia Roundtable Sessions (EARS) di Helsinki, Finlandia.

EARS merupakan konferensi industri kreatif yang bertujuan mendukung kolaborasi internasional dengan menampilkan tren terkini dari Asia. Ajang ini memperkenankan para “pemain” di balik industri kreatif saling bertemu untuk bertukar pikiran dan bekerja sama.

Selain itu, untuk kedua kalinya, grup band berpenampilan lawas White Shoes & The Couples Company menunjukkan kebolehannya di Helsinki. Mereka tampil di Modern Sky Festival pada Jumat (28/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CNN Indonesia berkesempatan mewawancarai Indra di Helsinki untuk menggali pemikirannya seputar strategi promosi White Shoes & The Couples Company di Eropa, tantangan yang dihadapi musisi di era digital, serta kolaborasi antara Asia dan Eropa.


Berikut ini, petikan wawancara reporter CNN Indonesia Yohannie Linggasari dengan Indra Ameng:

Seperti apa kolaborasi antara musisi Indonesia dengan Eropa saat ini?

Saat ini, kolaborasi yang terjadi baru sebatas bila ada musisi Eropa yang berkunjung ke Indonesia. Kalau dalam hal dukungan, biasanya institusi Eropa di Indonesia memfasilitasi musisi lokal Indonesia, misalnya dengan menyediakan tempat konser dan fasilitas lainnya. Baru sampai tahap itu.

Apakah musik kontemporer Indonesia sudah banyak dikenal di Eropa?

Belum, ya. Negara Eropa dan Amerika lebih banyak tahu musik Indonesia yang bersifat tradisional. Sementara musik kontemporer belum banyak dikenal. White Shoes & The Couples Company sendiri sudah dua kali diundang untuk konser ke sini (Helsinki). Itu berarti mereka sudah ada peminatnya.

Negara Eropa mana saja yang telah menjadi panggung White Shoes & The Couples Company?

Jerman, Finlandia, Swedia, Perancis, Denmark, Italia, dan Belanda.

Penampilan White Shoes and the Couples Company saat tampil di CNN Indonesia Music at Newsroom, Jakarta (1/7). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Bicara soal pasal internasional, negara apa yang dinilai sebagai pasar yang paling cocok dengan warna musik White Shoes & The Couples Company?

Kalau disebut pasar sebenarnya belum, ya. Namun intinya bagaimana caranya kita sudah dikenal. Begitu manggung di festival, namanya akan terdengar. Beda halnya dengan Amerika, di mana White Shoes & The Couples Company punya distribusi musik yang lumayan di sana.

Pasar Amerika lebih bagus daripada Eropa?

Iya. Kalau di Eropa mungkin karena negaranya banyak. Dan setiap negara itu berbeda, pasti spesifik banget. Sejauh ini negara Eropa di mana kami benar-benar berpromosi ya, Perancis.

Musik kontemporer Indonesia kurang dapat perhatian pemerintah?

Ya. Memang kurang didukung dan dipromosikan (pemerintah). Yang banyak didukung negara saat ini adalah musik tradisional. Sementara yang kontemporer masih sangat kurang diperkenalkan.


Strategi promosi White Shoes & The Couples Company di Eropa?

Begini, waktu White Shoes & The Couples Company mulai rilis album, mereka kemudian dikontrak label Amerika. Lewat label itu, promosinya bagus sekali, ke mana-mana dan kami main di festival dan dari situ banyak dikenal. Saat ini, banyak festival musik yang terbuka bagi band untuk ikut serta. Hampir semua negara pasti ada festival musik semacam itu. Jadi sebenarnya ini bisa jadi peluang yang bagus bagi musisi Indonesia yang mau coba.

Apa yang bisa dijual Indonesia ke pasar internasional? Apa yang membuat musik kontemporer Indonesia berbeda dengan yang lain?

Cukup sulit membicarakan identitas apa yang membuat kita berbeda dengan apa yang ada di luar sana. Kualitas musik di Indonesia sama baiknya dengan negara lain. Namun, sayangnya kurang jam terbang. Itu yang perlu dipromosikan. Bagaimana caranya supaya ada penemuan sound baru yang memperlihatkan bahwa sound Indonesia memang punya identitas. Kekuatannya adalah, biar bagaimanapun, Indonesia itu kaya.

Kita tidak bisa bilang bahwa Jakarta mewakili Indonesia atau Bandung mewakili Indonesia. Musik kita itu sangat kaya. Pekerjaan rumah ke depannya memang lebih ke proses kreatif menemukan sound apa yang memberikan sesuatu yang berbeda dengan musik di luar negeri. Saya pikir, potensi musik kontemporer Indonesia bisa lebih digali lagi kalau ruang-ruangnya dibuka. Potensinya sangat banyak. Indonesia tidak pernah kehabisan seniman.

Indra Ameng, direktur program Ruangrupa dan manajer White Shoes & The Couples Company menjadi pembicara dalam Europe-Asia Roundtable Sessions (EARS) di Helsinki, Finlandia. (CNN Indonesia/Yohannie Linggasari)
Ada dukungan dari pemerintah untuk itu?

Ada, tetapi kurang intens. Butuh intensitas, ya. Negara yang punya intensitas dalam menggali dan mengembangkan potensi yang ada yang akhirnya bisa ekspansi. Contohnya Korea dan Tiongkok. Dukungan dari pemerintah harus intens.

Seperti apa perbandingan apresiasi terhadap White Shoes & The Couples Company dari luar dan dalam negeri?

Kalau saya, melihatnya begini. Di Indonesia, pasarnya sangat besar. Masyarakatnya juga sangat haus hiburan dan senang kesenian. Jadi, aman-aman saja di dalam negeri. Selalu ada sambutan karena orangnya banyak. Tergantung band cari-cari audiens yang cocok.

Sementara, main di tempat yang asing itu kita enggak tahu apakah disukai atau tidak. Namun untuk coba pergi dalam negeri kita selalu dapat wawasan baru yang membuka pikiran. Kita melihat situasi dan konteks beda, belajar lagi. Kalau ke luar ya, jadi lebih tahu dunia lain. Kita tahu bahwa ini masih luas nih.


Potensi musik kontemporer Indonesia bisa lebih digali lagi kalau ruang-ruangnya dibuka. Potensinya sangat banyak. Indonesia tidak pernah kehabisan seniman.Indra Ameng, manajer White Shoes and the Couples Company
Hasil penjualan CD terus menurun. Bagaimana musisi bertahan menghadapi era digital yang rawan pembajakan?

CD sekarang dibuat untuk jadi ajang promosi. Sekarang yang menarik adalah orang lebih mau beli merchandise daripada CD. Tantangannya sekarang adalah band harus buat poduknya lebih menarik supaya orang mau koleksi. Sekarang orang maunya yang collectable. Saingannya adalah membuat produk yang semenarik mungkin supaya orang mau beli buat koleksi.

Band harus berusaha membuat merchandise yang buat orang berminat beli karena produk tersebut menimbulkan kebanggaan tersendiri buat yang memakainya hingga dikejar. Enggak murah lho, lebih mahal daripada CD. Kalau CD itu harganya Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu, sementara harga kaos bisa mencapai Rp 150 ribu. Dan orang mau beli.

Banyak juga band yang memperlakukan CD-nya sebagai barang koleksi sehingga CD dibuat secara lebih spesial. Packaging-nya dibuat semenarik mungkin karena itu yang dicari. Itu yang harus banyak dilakukan. Karena orang zaman sekarang sudah banyak yang enggak punya pemutar CD.

Suasana diskusi Europe-Asia Roundtable Sessions (EARS) di Helsinki, Finlandia, yang salah satunya menghadirkan direktur program Ruangrupa dan manajer White Shoes & The Couples Company Indra Ameng sebagai pembicara. (CNN Indonesia/Yohannie Linggasari)
Kalau pendapatan terbesar White Shoes & The Couples Company dari mana?

Pendapatan terbesar tetap dari panggung. Yang ke-dua, dari merchandise.

Tetap optimistik band dapat hidup meski pembajakan merajalela?

Kayaknya itu sudah nature-nya. Begitu goes digital, ya sudah. Sekarang tinggal bagaimana musisi beradaptasi dengan nature-nya. Kalau enggak bisa jual CD lagi, ya harus cari cara jual yang lain.


Pernah merasa kesulitan menghadapi era digital?

Sebenarnya dari awal kita enggak pernah mencari uang dari CD, ya.

Kalau streaming?

Ada, misalnya di iTunes. Pendapatannya lumayan lah, tetapi enggak banyak banget. Kalau RBT enggak ikutan. Saya percaya, pada dasarnya musik itu live performance. Rekaman mah hal lain.

Tahun ini White Shoes & The Couples Company manggung ke mana saja?

Asia Tenggara, Australia, dan Finlandia.

[Gambas:Video CNN] (yoh/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER