Jakarta, CNN Indonesia -- Dikenal sebagai figur publik dengan segudang profesi—dari presenter, model, pengusaha, bahkan penyanyi—tapi ternyata hanya satu profesi saja yang mengena di hati Daniel Mananta.
"
Tetep sebagai presenter," kata Daniel mantap ketika berbincang dengan CNN Indonesia, beberapa waktu lalu. "Semua yang saya lakukan ya, saya ingin tetap dikenal sebagai presenter. Presenter yang membanggakan Indonesia."
Pria 34 tahun ini pertama kali dikenal publik setelah memenangkan ajang pencarian
video jockey (VJ) yang diselenggarakan oleh MTV Indonesia, pada awal 2000-an. Begitu lulus seleksi MTV VJ Hunt, ia pun menjadi salah satu pemandu acara andalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gaya bicara Daniel yang
rame sekaligus cerdas dan berkelas membuat publik terpincut kepadanya. Apalagi penampilan pria bermata sipit ini juga menarik.
Sekalipun kontrak dengan MTV sudah berakhir, beberapa tahun lalu, hingga kini namanya masih dikenal sebagai VJ Daniel dan tetap laris sebagai pemandu acara, baik
off-air ataupun
on-air.
Saat namanya tengah berkibar sebagai presenter yang sukses meraih beberapa penghargaan, Daniel melirik usaha butik dan meluncurkan merek pakaian serta pernak-pernik Damn! I Love Indonesia (DILI) yang bernuansa nasionalis dan disesuaikan dengan selera anak muda. Sontak DILI menjadi pembicaraan hangat banyak kalangan.
DILI terus berkembang menjadi satu merek khas anak muda yang ingin menunjukkan kebanggaannya atas Ibu Pertiwi. Baru-baru ini, DILI mengeluarkan edisi khusus bekerja sama dengan Slank.
Diakui Daniel, DILI merupakan salah satu caranya sebagai anak muda dalam mengekspresikan nasionalisme. Ia menepis anggapan anak muda zaman sekarang kurang nasionalis sebagaimana pendahulunya.
"Anggapan anak muda tidak nasionalis, menurut saya, salah sih," kata Daniel. "Banyak anak muda, terutama di bidang kreatif, berusaha menajamkan bakat mereka sebagai cara untuk lebih berbakti kepada Indonesia, dan menurut saya, itu patriotis banget."
Ia pun menambahkan, "Ya, tidak harus membunuh penjajah, sih. Kamu berkarya saja itu
udah patriotisme."
Menurut Daniel, banyak anak muda memiliki nilai patriotisme namun tidak memiliki media publikasi seperti dirinya yang memiliki DILI. Namun ia yakin hal ini hanyalah soal waktu. Kelak mereka pun akan memilikinya.
Meski telah memiliki banyak hal, namun tak serta merta membuat Daniel merasa pencapaiannya telah tuntas. Ia memiliki prinsip untuk terus mengembangkan diri dan belajar dari mana pun yang bisa ia dapat.
Salah satu caranya yaitu membaca buku pengembangan diri dan motivasi, sesuai hobinya. Buku
Happiness Advantage, diakui Daniel, mengajarkan ia untuk terlebih dahulu merasa bahagia, kemudian kesuksesan pun datang menyusul.
Daniel percaya dengan menerapkan formula tersebut, maka ia dapat terus mengembangkan keinginannya menjadi presenter andal, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Asia, bahkan dunia.
"
Go international itu tidak mesti harus ke luar negeri. Contoh band favorit saya, Laruku, mereka band rock Jepang tapi punya penggemar banyak di Amerika. Laruku tidak mesti harus berbahasa Inggris, mereka cukup menjadi diri mereka sendiri," kata Daniel.
"Buktinya, orang Amerika suka dengan mereka,
just try to be better, semakin ke sini semakin bagus musiknya dan tetap menggunakan bahasa Jepang.
So why not?"
(end/vga)