Mimpi Indonesia Jadi Magnet Pertunjukan Seni di Asia

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Minggu, 11 Okt 2015 08:15 WIB
Hadirnya pertunjukan seni kelas dunia tak lepas dari fasilitas gedung teater berstandar internasional di Indonesia.
Lakon Beauty and The Beast di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta. (Detikcom Fotografer/Mohammad Abduh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak perlu lagi jauh-jauh ke New York atau London untuk menyaksikan gegap gempita pertunjukan teater Broadway. Kini, seperti halnya konser musik, Indonesia mulai dimasukkan dalam daftar negara yang dikunjungi saat teater itu berkeliling dunia.

Beauty and the Beast, misalnya. Saat mengadakan tur ke Asia, ia memutuskan mampir di Indonesia pada Mei sampai Juni lalu. Untuk pertama kalinya, seluruh masyarakat Indonesia berkesempatan menonton langsung gelaran Disney dan Broadway.

Bulan ini, ada Sound of Music. Dibawakan oleh West End Musical Theater dari London Palladium, Inggris pertunjukan musikal itu hadir di Indonesia, pertama dan satu-satunya negara di Asean yang dipilih. Mereka sampai memboyong 10 kontainer peralatan dan 90 kru langsung dari London.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadirnya pertunjukan-pertunjukan seni dunia itu tak lepas dari dibangunnya gedung teater berstandar internasional pertama di Indonesia. Beauty and the Beast dan Sound of Music kebetulan dipentaskan di gedung yang sama, Ciputra Artpreneur yang mulai aktif sebagai gedung pertunjukan sejak sekitar Agustus 2014.

"Dulu panggung Broadway tak pernah hadir, karena Indonesia belum punya fasilitas yang dianggap layak. Sekarang kita memilikinya, terutama audio yang berskala internasional," Direktur Ciputra Artpreneur Sri Muliani suatu kali pernah mengatakan.

Itu dibenarkan Martinus Johannes, Marketing Communication Ciputra Artpreneur, yang dihubungi CNN Indonesia, pada Sabtu (10/10). "Banyak standar yang harus dipenuhi untuk mengundang pertunjukan Broadway, dan kesesuaian teater merupakan salah satu yang terpenting," katanya meyakinkan.

Produser pertunjukan atau salah satu timnya bahkan sampai harus datang sendiri untuk memastikan gedung yang tersedia sesuai keinginan mereka.

Standar minimal, Martin menerangkan, biasanya berkaitan dengan luas panggung, fly tower dengan jumlah fly bar tertentu, fasilitas follow spot booth dan audiovisual, kapasitas manajemen, manajemen separasi yang baik, serta black of house yang bisa melayani sampai puluhan kru dan pemain.

Diakui Martin, tidak mudah memang mendapat kepercayaan produser pertunjukan sekelas Broadway. Namun sekali pertunjukan sukses, itu menjadi bukti untuk teater selanjutnya. Saat Beauty and the Beast, ia bercerita, para pemain pertunjukan sampai kaget dan kagum dengan apresiasi penonton.

"Mereka sangat terkesan, dan ini terlihat bahkan sampai komentar-komentar pribadi mereka di media sosial," tutur Martin. Tak disangka penonton Indonesia pun "melek" seni dan sangat menghargai pertunjukan kelas dunia semacam itu. Mereka puas.

Dari situ, jalan menuju pertunjukan selanjutnya seperti Sound of Music yang kini tengah berlangsung, jadi mudah. Martin bahkan mengakui adanya produser yang semakin aktif menawarkan pertunjukan ke Indonesia. Tim internal yang justru harus melakukan riset untuk menyeleksi.

"Harus sesuai dengan masyarakat Indonesia, karena kita dunia baru bagi Broadway, dan kami wajib memetakan perkembangannya agar bisa mengarah ke kemajuan seni pertunjukan Indonesia," tuturnya.

Saat ditanya tren atau seni pertunjukan seperti apa yang menjadi pilihan animo masyarakat, Martin tak bisa menjawab. Katanya, masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa pemetaan tren itu sudah ada. "Tren kita baru mulai terbentuk," ujarnya.

Yang jelas, produser yang kebanyakan menawarkan pertunjukan ke Indonesia adalah dari New York. Pertunjukan yang ditawarkan pun mencakup Broadway dan West End. Bukan hanya itu, produser lokal pun semakin aktif. Meski tak bisa dipungkiri, ada perbedaan antara pertunjukan lokal dan asing.

"Tapi soal cara dan gaya menampilkannya saja. Banyak kok produksi profesional lokal yang udah mengerti keperluan standar teater," kata Martin.

Hanya saja, karena baru menggeliat, sistem produksi pertunjukan teater Indonesia belum teratur seperti Broadway atau West End. Persiapan tur Broadway jauh lebih matang. Proses pemasukan barang dan pengaturan panggung sangat cepat. Semua harus dibuat efisien di tengah jadwal padat.

"Kami jelas terbantu. Nah, produksi kita belum terbiasa dengan itu," ujar Martin melanjutkan.

Pementasan teater musikal Broadway, Beauty and The Beast, di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta. (Detikcom Fotografer/Muhammad Abduh)
Menarik Pasar Asia

Tak bisa dipungkiri, kehadiran Ciputra Artpreneur yang berdiri di atas lahan sekira 10 ribu meter persegi itu ibarat cambuk yang melecut geliat seni pertunjukan Tanah Air. Berlokasi tak jauh dari tengah kota, gedung itu juga mudah diakses dan dekat dengan pusat-pusat hiburan lainnya.

Diterangkan Martin, Ciputra Artpreneur sejatinya bukan hanya gedung pertunjukan semata. Ia juga berfungsi sebagai museum seni dan galeri.

"Semua dibuat dengan standar internasional, dengan fasilitas lengkap yang bisa mengakomodir karya seni dan pertunjukan internasional. Itu mencakup keamanan, peralatan teknis, fasilitas ruangan, dan lain-lain," ujarnya. Ia menambahkan, ada keunikan khusus yang disebut fly tower, di atas panggung.

"Gedung teater ini tingginya 22 meter dan mampu mengubah background panggung dalam hitungan detik," Martin mengatakan. Fly tower memang wajib ada di gedung pertunjukan. Di Jakarta pun sudah ada beberapa gedung yang dilengkapi itu. Namun, soal skala dan kelengkapan ia lebih unggul.

Jika diibaratkan di luar negeri, Martin menyebut Ciputra Artpreneur selayak MasterCard Theater di Marina Bay Sands. "Saat pembuatan memang survei ke Italia, Inggris, China, Singapura, dan beberapa negara lain. Konsultannya pun para ahli yang terlibat pembangunan teater besar dunia," katanya.

Berbekal itu, Martin mengaku siap jika Indonesia diminta bersaing dengan negara-negara tetangga soal seni pertunjukan. Ia bahkan berani merebut pasar penonton pertunjukan seni di Singapura. Sebab, Ciputra Artpreneur bisa memberi pertunjukan dengan kualitas yang sama di dalam negeri sendiri.

"Pasar besar Singapura misalnya, sebenarnya ya warga Indonesia. Jadi kami yakin bisa menarik pasar. Kini kita bisa menonton pertunjukan internasional di Jakarta dengan lebih mudah dan efisien secara biaya," ujar Martin menekankan.

Ia menambahkan, Ciputra Artpreneur bahkan punya target menjadi lokasi utama bagi pertunjukan-pertunjukan teater internasional di Asia.

(rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER