Jakarta, CNN Indonesia -- Perasaan haru dan gembira, bercampur dengan tetesan air mata, menyelimuti para pecinta pagelaran teater musikal yang diselenggarakan di New York, London, Paris dan Singapura.
Mereka tak sanggup menahan rasa takjub ketika melihat para aktor memainkan perannya di atas panggung megah yang disajikan dengan indah.
Beberapa orang yang pernah merasakan kemeriahan panggung teater musikal di beberapa kota besar di dunia, menceritakan pengalaman mereka dengan penuh semangat, mungkin karena mereka masih dapat merasakan atmosfer magis panggung teater musikal yang mereka hadiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ade Marni, seorang pecinta teater musikal yang mengaku pernah merasakan megahnya panggung teater musikal di Singapura dan Australia, menceritakan keseruan yang ia dapatkan ketika terhanyut dalam kemeriahan pagelaran itu.
"Membuat saya merinding, saya sempat menangis pada saat menonton teater musikal di Singapura. Saya terbawa suasana lagu dan ceritanya," kata Ade pada saat dihubungi CNN Indonesia, Jakarta, pada Jumat (9/10).
Kala itu, Ade menghadiri pagelaran teater musikal bertajuk
Phantom of The Opera dan
Lion King. Tidak hanya terharu, Ade pun dapat kembali merasakan asyiknya menjadi anak kecil lagi saat menonton teater musikal
Lion King."Rasanya seperti menjadi anak kecil lagi, jadi nostalgia nih," Ade menceritakan.
Selain Ade, seorang pecinta teater musikal lainnya, Fiya Muiz, mengaku juga pernah menonton teater musikal
Lion King. Namun, agaknya ia lebih beruntung dibandingkan Ade. Fiya menonton teater musikal
Lion King di Lyceum Theatre di London, Inggris.
"Pengalaman yang sungguh berbeda, melebihi dugaan saya, tidak sia-sia saya menghabiskan uang banyak untuk menonton teater musikal itu," Fiya mengucapkan dengan penuh semangat.
"Produksi, tata panggung, dan aktornya berada di level yang berbeda, sangat luar biasa," dia menambahkan.
Sama halnya dengan Ramonita Baradja, seorang penulis dan pecinta teater musikal itu pernah merasakan dahsyatnya panggung teater di Royal Theatre Drury Land, Inggris. Kala itu ia menyaksikan teater musikal
Shrek The Musical."Saya terharu, akhirnya saya bisa nonton langsung, salah satu pengalaman yang tidak dapat terulang lagi," Ramonita menjelaskan.
Bahkan, ia mengakui, walau diberikan kesempatan berulang-ulang untuk menonton teater musikal di sana, ia tidak akan pernah merasa jenuh.
Menurutnya, warga Inggris sendiri tidak mau menyebut teater musikalnya dengan nama Broadway, mereka memiliki sebutan tersendiri, yakni West End Shows.
Kesan Ramonita ketika melihat langsung panggung di sana juga menarik, yang biasanya hanya dapat dilihat dari internet, akhirnya ia dapat menjadi saksi dari keindahan panggung teater di London.
Cerita-cerita itu hanya akan membuat iri para pecinta teater musikal di Indonesia yang bermimpi ingin merasakan langsung pengalaman tak terlupakan itu.
Akan tetapi, kenapa harus jauh-jauh menonton teater musikal? Indonesia pun memiliki potensi yang sungguh besar untuk menggelar pagelaran teater musikal yang tidak kalah serunya, mengingat budaya negeri kita melimpah ruah.
Potensi Lakon Teater Musikal Indonesia"Dari dulu, saya sudah berpikir bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang amat sangat baik untuk menggelar teater musikal," Ade mengujarkan.
Selain memiliki lahan yang dapat dijadikan tempat menggelar teater musikal, menurutnya banyak sekali budaya Indonesia yang dapat diadaptasikan menjadi cerita untuk teater musikal.
"Ya sebut saja Bawang Merah dan Bawang Putih, lalu juga ada Malin Kundang atau Rama Shinta. Cerita legenda itu dapat dijadikan teater musikal kok," tuturnya.
Namun, menurutnya, tingkat kedisiplinan masyarakat Indonesia pun juga harus ditingkatkan jika ingin mengadakan teater musikal dengan skala besar.
Ketika ia mengunjungi pagelaran teater musikal
Phantom of The Opera di Marina Bay Sands, Singapura, ia mengatakan bahwa tingkat keamanannya sangat ketat, sampai-sampai para penonton tidak boleh mengambil foto ketika acara sedang dimulai.
"Saya sempat datang ke salah satu teater musikal di Indonesia, tapi banyak penonton yang mengambil foto ketika acara lagi dilaksanakan, hal itu sangat tidak baik," dia menjelaskan.
Menurutnya, cahaya yang dihasilkan kamera itu akan mengganggu penonton lainnya, sehingga tingkat kekhusyukan menonton teater musikal pun mengurang.
Mengaku pernah mengunjungi pagelaran teater musikal
Sound of Music di Jakarta, Ade menegaskan bahwa tata panggung, kualitas musik dan suara serta ceritanya pun tidak kalah dengan teater musikal yang diadakan di luar negeri.
"
Ngapain kita harus ke luar negeri untuk nonton teater musikal kalau kita sendiri bisa menyelenggarakannya di negeri kita sendiri."
Santun Menonton Seni PertunjukanMemiliki opini yang sama dengan Ade, Ramonita punya cerita lucu mengenai penonton yang mengambil foto disela-sela teater musikal sedang berlangsung.
"Di Amerika, sempat ada aktor teater musikal yang kesal dengan penonton karena mengambil foto dan memainkan
handphone saat acara berlangsung, sampai-sampai aktor itu turun dari panggung dan merampas handphone penonton itu," Ramonita menceritakan.
Tidak hanya penonton yang terganggu, pemain teater musikal pun menurutnya dapat kehilangan fokus ketika ada cahaya yang muncul dari kamera foto atau
handphone.
"Jadi harus benar-benar disiplin dan taat peraturan kalau mau nonton teater musikal."
Unsur Penting dalam Teater MusikalIndonesia memang memiliki potensi besar dalam menyelenggarakan teater musikal, namun, menurut para penikmatnya, masih terdapat beberapa unsur penting yang harus dipenuhi oleh Indonesia.
"Musik, alur cerita, tata panggung, kostum para artis adalah hal-hal penting yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan teater musikal," ujar Ade.
Berbeda dengan Ade, Melisa, seorang pecinta teater musikal Tanah Air lainnya, mengatakan bahwa alur cerita berada di atas segala-galanya.
Ia menganggap, sebuah teater musikal lokal tidak perlu mendatangkan artis mancanegara, cukup dengan mendatangkan artis lokal yang memiliki kelihaian dalam berakting. Akan tetapi, alur cerita yang dibawa harus menarik, karena alur cerita dianggap sebagai daya tarik tertinggi dalam masyarakat.
Meski demikian, Melisa berkeluh kesah terkait kurangnya gedung atau wadah untuk menyelenggarakan teater musikal.
"Kalau Indonesia ingin menjadi pasar teater musikal," kata Melisa, "perbanyak gedung dan tempat untuk penyelenggaraannya. Masalah teknis juga harus diperhatikan biar semakin rapi pelaksanaannya."
(vga/vga)