Ubud, CNN Indonesia -- Bagi Raditya Dika, penulis sekaligus komedian, membuat novel penuh humor adalah mudah. Kebanyakan novel Raditya tentang pengalaman sehari-hari. Ia bahkan sering menulis tentang dirinya sendiri, terutama soal statusnya yang tenar sebagai lajang.
"Ibu saya selalu meminta saya menikah. Setiap datang ke pernikahan, dia bilang, 'Lihat, mereka bahagia. Kamu enggak mau?' Sekarang ayah saya ikut-ikutan," katanya dalam salah satu sesi di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2015 di Bali, Jumat (30/10).
Hal-hal kecil seperti itu dijadikannya inspirasi menulis. Meskipun, pada CNN Indonesia usai sesi Raditya mengaku menjadi lajang bukan sengaja diciptakannya sebagai identitas penulis untuk lebih dikenal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menemukan ide-ide sederhana seperti kisahnya, Raditya menyarankan agar lebih sensitif. Dengan itulah ia bisa membalik patah hati menjadi tawa, lebih beruntung lagi, menjadi buku laris di pasaran.
"Satu hal yang harus dilakukan, dalam setiap tragedi atau patah hati, coba cari sudut lucunya," tuturnya.
Ia mencontohkan, saat dirinya hendak diputus oleh salah satu mantan kekasih. Karena khawatir Raditya melakukan sesuatu yang berbahaya, sang kekasih menyewa seluruh meja di satu restoran dan meminta semua pisau dihilangkan.
Seharusnya Raditya patah hati karena hubungan asmaranya kandas. Namun ia justru menjadikan itu cerita menyenangkan dengan cara lucu.
"Karena itu saya suka patah hati. Patah hati membuat kita mulai melihat hal-hal yang sebelumnya tidak kita lihat," kata penulis Kambing Jantan itu. Kebetulan, ide-ide segarnya itu disukai generasi muda karena mencerminkan kehidupan sehari-hari mereka yang sederhana.
Raditya juga sering menemui hal aneh. "Misalnya saat saya sedang kencan pertama dengan seorang gadis. Dia duduk di depan saya dan langsung bicara, 'Saya bisa lihat hantu. Saya lihat di samping kamu ada yang berdiri dan mencium pipimu.' Itu hal yang aneh untuk dikatakan di kencan pertama," ujar Raditya, yang lagi-lagi menjadikannya salah satu inspirasi bercerita.
Di balik kesuksesan sekarang menertawakan patah hati, Raditya juga pernah mengalami masa-masa berjuang untuk menjadi penulis. Pada masa awal itu, ia bercerita, dirinya ke toko buku yang sama setiap hari untuk mengecek penjualan novelnya
"Setiap hari tetap 25. Artinya tidak ada yang beli buku saya. Tapi suatu hari saya ke sana dan mengecek stoknya kosong," ia bercerita. Ia lantas pulang dan bercerita pada ibunya bahwa semua novelnya terjual. Namun sang ibu mengempaskannya dari kesenangan.
"Ibu saya ternyata dari toko buku yang sama, dia beli semua buku saya," ujarnya, disambut tawa penonton. Lagi-lagi, Raditya membuat peristiwa "tragis" bagi penulis itu menjadi cerita lucu, yang kemudian "melariskan" bukunya.
(rsa/utw)