Jakarta, CNN Indonesia -- Di era global seperti sekarang, beragam informasi bergulir amat cepat. Suatu karya yang baru saja dirilis, sontak menarik perhatian banyak orang, dan tidak sedikit di antara mereka yang begitu jeli membeberkan detailnya.
Suatu karya yang terbukti hasil plagiat bagaimanapun bakal ketahuan. Selanjutnya, diserang dari berbagai arah oleh banyak orang dengan sederet pembuktian. Hal ini pernah menimpa grup band D'Masiv, beberapa tahun lalu.
Lagu mereka, seperti
Diam Tanpa Kata, Cinta Ini Membunuhku, Dilema, pernah disebut hasil plagiat grup band Barat, masing-masing dari lagu
Awakening (Switchfoot),
I Don’t Love You (Chemical Romance),
Soldier’s Poem (Muse).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya D'Masiv, yang terbilang baru di kancah musik, bahkan grup band senior sekaliber Padi dan Dewa tak imun dari tuduhan plagiat. Sebagian lagu mereka mengingatkan orang pada lagu milik U2, Queen, juga The Beatles.
Daripada menyontek lagu milik musisi lain, menurut James F. Sundah, lebih baik mendaur ulang lagu lama dengan ciri khas terbaru. Sang komposer legendaris Indonesia meyakini, karya hasil daur ulang lebih baik ketimbang plagiat.
"Sangat penting bagi musisi muda untuk menyanyikan ulang lagu-lagu lama," ujar James kepada CNN Indonesia ketika ditemui di bilangan Cilandak, Jakarta, baru-baru ini.
Mengutip pernyataannya, James sangat mendukung musisi muda yang mendaur ulang lagu-lagu lama untuk dinyanyikan lagi dengan ciri khas mereka. Pasalnya, daripada menyontek lagu-lagu lama, lebih baik musisi muda menyanyikan ulang lagu-lagu tersebut dengan aransemen yang baru namun dengan rasa yang sama.
"Zaman ini tidak menyediakan ruang yang luas untuk para musisi, jadi sangat sulit bagi para adik-adik musisi menemukan notasi baru," James menegaskan.
"Daripada mereka
nyontek lagu diam-diam, lebih baik mempelajari lagu lama. Karena kalau nyontek lagu, itu bisa terkena hukum hak cipta dan plagiarisme," lanjutnya.
Menurut James, lagu-lagu
jadul telah menyimpan semacam DNA yang dapat menjadikan lagu itu abadi dan tidak lekang oleh waktu.
"Lagu-lagu lama itu bisa abadi didengar masyarakat karena telah memiliki DNA. Musisi-musisi muda bisa mendengar lagu lama itu kan awalnya dari ibunya, atau mungkin kakaknya," ia mengucapkan.
Selain itu, James pun mengaitkan fenomena ini dengan konsep yang diterapkan oleh perhelatan
American Idol, di mana setiap finalis harus menyanyikan ulang lagu-lagu legenda di Amerika Serikat jika ingin mencapai final.
Menurut James, hal itu sangat baik jika diterapkan di Indonesia. Dengan begitu, musisi-musisi muda akan dapat belajar dan lebih pintar mengolah ulang lagu-lagu lama itu dengan ciri khas mereka, tanpa harus menyontek.
"Di
American Idol, salah satu syarat untuk masuk ke final ialah menyanyikan lagu-lagu legenda. Karena itu, mereka akan belajar DNA lagu lama dan akan lihat mengembangkannya," tutur James yang sudah lama menetap di Negeri Paman Sam.
"Jadi, sangat penting untuk mengadakan konsep seperti di
American Idol. Para musisi muda diharuskan untuk nyanyi lagu lama, dan nantinya akan langsung dinilai oleh masyarakat. Daripada mereka
nyontek, mending daur ulang lagu lama."