Jakarta, CNN Indonesia -- Pupus sudah harapan para pencinta seni untuk menyaksikan acara
Pembacaan Naskah Drama dan Diskusi Album Keluarga: #50Tahun1965 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada malam ini (8/12).
Acara yang merupakan bagian dari Festival Teater Jakarta ini terganjal larangan yang dikeluarkan Kepolisian Republik Indonesia Daerah (Polda) Metro Jaya dan surat Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Surat pelarangan dari Polda Metro Jaya diterima Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), pada Senin (7/12) pukul 20.00 WIB. Alhasil, acara
Pembacaan Naskah Drama dan Diskusi Album Keluarga: #50Tahun1965 pun dibatalkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai gantinya, Ketua DKJ Irawan Karseno, pada malam ini (8/12) menggelar konferensi pers sekaligus menyerukan perlawanan terhadap aksi pelarangan acara bertema kesenian atau kebudayaan oleh pihak berwajib.
Selain Irawan, juga hadir dalam konferensi pers Ketua Koalisi Seni Indonesia Abduh Azis, Ketua Komnas HAM Nur Kholis, Ketua Komite Teater DKJ Dewi Noviami, pematung (yang sedianya akan jadi pembicara dalam diskusi) Dolorosa Sinaga, dan fasilitator program Album Keluarga Benny Johanes.
Surat pelarangan oleh Polda Metro Jaya, menurut Irawan, adalah bentuk kesewenang-wenangan negara yang tidak bisa ditoleransi dan dibiarkan.
Dalam surat Kepolisian, seperti dibacakan Irawan, pelarangan tersebut karena adanya protes dari kelompok yang mengatasnamakan Keluarga Besar Teater Jakarta Peduli FTJ, adanya rencana unjuk rasa kembali, serta adanya kerawanan terjadinya keributan dari kelompok yang pro dan kontra.
“Dalam pertimbangan di surat itu, tidak satu pun berkaitan dengan materi acara, tetapi justru persoalan teknis pengamanan yang seharusnya diatasi dengan profesionalisme kepolisian.”
DKJ menganggap kesewenang-wenangan kepolisian adalah kekerasan terhadap kesenian yang berarti juga pada kebudayaan dan peradaban, padahal dunia sedang memasuki zaman baru yang sangat terbuka. Ini juga bentuk intervensi polisi ke dalam TIM yang dibangun sebagai ruang kesenian dan kebudayaan yang mengutamakan akal sehat.
“Sepanjang sejarahnya di tempat ini, persoalan-persoalan kesenian dan segala perbedaan di dalamnya dipresentasikan, dibicarakan, didiskusikan, dan diperdebatkan secara bebas terbuka,” kata Irawan.
DKJ meminta negara menghentikan intervensi ke dalam TIM dan mengembalikan tempat ini sebagai ruang suci kesenian dan kebudayaan.
Tindakan Kepolisian RI Daerah Metro Jaya ini juga akan dilaporkan ke Presiden RI, Komnas HAM, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Kepolisian RI, dan Gubernur DKI Jakarta.
Sementara Irawan membacakan pernyataan resmi DKJ, anggota kepolisian memenuhi pintu Teater Kecil, satu-dua orang masuk ruangan. Dua truk polisi terparkir di halaman dalam TIM.
Selama Oktober dan November lalu, 10 peserta terpilih dari berbagai kota di Indonesia untuk mengikuti Bengkel Riset Naskah Drama bertema Album Keluarga: #50Tahun1965 dengan fasilitator Benny Johanes dan Berto Tukan. Dari 10 teater yang terpilih ikut Album Keluarga, sedianya delapan kelompok teater akan membacakan naskah-naskahnya.
Festival Teater Jakarta adalah tradisi tahunan masyarakat teater di Jakarta sejak 43 tahun lalu, diselenggarakan Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta dengan dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta. Festival Teater Jakarta tahun ini digelar pada 1-10 Desember 2015. Dugaan terkuat penyebab pelarangan pada tahun ini adalah adanya angka keramat “1965” dalam tema.
Pelarangan ini adalah yang pertama kali dialami oleh Dewan Kesenian Jakarta. Sebelumnya pemutaran film
Senyap di kota-kota di Indonesia yang didukung Dewan Kesenian Jakarta dan Komnas HAM mengalami 34 kali pelarangan dan pembatalan oleh aparat keamanan karena berbagai alasan.
Walau DKJ memutuskan mengganti
Pembacaan Naskah Drama dan Diskusi Album Keluarga: #50Tahun1965 dengan konferensi pers namun akan tetap melanjutkan kegiatan tersebut sesuai rencana, menunggu waktu yang tepat.
“Jika tunduk pada kesewenang-wenangan, Dewan Kesenian Jakarta akan dikutuk sejarah dan masa depan,” kata Irawan.
(vga/vga)