Jakarta, CNN Indonesia -- Pada saat banyak pejabat yang berpenampilan necis terlihat malas-malasan mendukung perlindungan alam, tidak demikian halnya duo musisi berpenampilan bebas seperti Jerinx "Superman is Dead" dan Heruwa "Shaggydog."
Berbeda latar belakang daerah dan budaya nyatanya tidak membuat dua musisi asal Bali dan Yogyakarta itu berbeda pandangan dalam hal perlindungan alam.
Mereka pun memiliki kesamaan, yaitu sama-sama ingin membebaskan alam di daerahnya dari pengerusakan oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bali Tolak Reklamasi adalah gerakan mencegah reklamasi pantai-pantai di Bali yang disuarakan oleh Jerinx bersama Superman Is Dead (SID).
Sedangkan
Jogja Ora Di Dol ialah aksi mencegah pembangunan membabi buta area komersil di lahan resapan air Yogyakarta yang diserukan oleh sang vokalis Shaggydog.
Sama-sama dilanda keprihatinan terhadap masa depan alam, dua sahabat masa kecil ini lalu merilis karya dalam bentuk lagu yang berjudul
Samiya.Dilansir dari keterangan resmi dari DoggyHouse Records kepada
CNN Indonesia pada Kamis (10/1),
Samiya berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya keseimbangan.
Musik instrumental yang ditawarkan oleh kedua musisi di lagu ini merupakan perpaduan antara musik modern yang diwakili oleh genre elektronik serta musik tradisional yang diambil dari gamelan.
Perkawinan musik ini kemudian diikat dengan gebukan drum yang kuat ciri khas Jerinx.
Perekaman lagu
Samiya dikerjakan di Bali oleh Agus Bim dan Cipta Gunawan. Kemudian tahap
mixing dan
masteringnya diolah di Yogyakarta oleh Egha dan Donney.
Kedua kubu penggemarnya bisa menyaksikan film dokumenter di balik rekaman lagu
Samiya yang diproduksi oleh Lana Pranaya.
Lagu
Samiya dirilis melalui layanan musik digital, iTunes. Bagi yang ingin mengoleksi rekaman fisiknya, DoggyHouse Records akan merilis kaset dan CD yang dijual bersama kaus hasil ilustrasi Sono “Cap Bagong Tattoo.”
Ilustrasi berwarna hitam dan putih itu menggabungkan dua karakter dari Bali dan Jawa, yaitu Buta Siu dan Brahala. Terlihat enam pasang tangan yang memegang beberapa elemen modern dan alam.
Sementara tulisan
Samiya sendiri ditulis Sono dengan desain tipografi Ambigram, yang memungkinkan tulisan tersebut bisa dibaca secara bolak balik.
Hal-hal tersebut dianggap sanggup mencerminkan semua kegelisahan Jerinx dan Heruwa yang dirangkum Sono.
Hanya dirilis sebanyak 50 keping, keseluruhan paket ini akan dijual oleh DoggyHouse Records dalam wadah kaleng dari bahan alumunium daur ulang yang ramah lingkungan.
Apa pun kemasannya, lagu
Samiya patut diapresiasi sebagai pengingat alam Indonesia sudah sebegitu merananya.
 Ilustrasi Samiya. (Dok. DoggyHouse Records) |
(ard/vga)