Jakarta, CNN Indonesia -- Saat Adele mengumumkan rencana tur keliling sebatas Eropa, pada akhir November 2015 lalu, agaknya hal ini membuat para penggemar di Amerika kecewa.
Padahal album musik terbaru Adele, 25, justru berjaya di Amerika. Sebagaimana dikabarkan Billboard, baru-baru ini, 25 menembus angka penjualan lima juta kopi.
Untung saja, Adele berubah pikiran. Setelah lima tahun absen, dikabarkan NME, biduan pemilik suara dahsyat ini akan melakoni tur panjang selama 56 hari di Amerika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panggung pertama Adele di benua terbesar ke-empat dunia ini akan berlangsung di St. Paul, Minnesota, pada 5 Juli, dan akan berakhir pada 15 November di Palacio de los Deportes, Mexico.
Sebelumnya, empat tahun silam, serangkaian konser di Amerika dibatalkan karena kondisi kesehatan Adele memburuk gara-gara terserang laringitis, radang selaput lendir hulu kerongkongan.
Kali ini, berbekal album ketiganya, 25, yang berhasil terjual jutaan kopi di seluruh dunia itu, Adele siap kembali dengan kondisi yang jauh lebih baik.
Dilansir dari NME, belum lama ini, data Nielsen Music menunjukkan angka penjualan album Adele di Negara Paman Sam berhasil mengalahkan penjualan album Taylor Swift yang bertajuk
1989 sebanyak 1,8 juta keping di minggu pertama saat dirilis pada 2014 lalu.
Album musik
25 juga berhasil mengalahkan penjualan album musik 'NSYNC yang bertajuk
No Strings Attached sebanyak 2,42 juta keping pada 2000. Sebelumnya, nama Adele lebih dulu berkibar lewat album musik
19 (2008) dan
21 (2001).
Namun terdapat satu masalah yang selalu Adele hadapi ketika dirinya melakoni sebuah tur, yakni rasa gugup yang tak terhingga.
Dalam sebuah wawancara dengan NPR, baru-baru ini, Adele menyatakan, rasa gugup itu membuatnya kesulitan tampil dengan baik. Dampak buruknya: ia "malas" melakukan improvisasi di atas panggung.
"Saya sangat grogi ketika melakukan konser, saya pun takut mencoba sesuatu yang baru di atas panggung," kata sang penyanyi kaliber Grammy ini.
(vga/vga)