Jakarta, CNN Indonesia -- Wajah Kaka tampak berseri-seri saat menyinggahi kantor redaksi CNN Indonesia.com, baru-baru ini. Wajahnya lebih segar, tubuhnya pun lebih bugar berisi. Saat pujian dilontarkan kepadanya, sang vokalis Slank menjawab dengan santun, "Alhamdulillah, baru selesai salat."
Tak ada lagi wajah cekung dan tubuh ceking Kaka seperti semasa awal berkibar bersama Slank. Harus diakui, penampilan baru Kaka yang lebih segar bugar membuat auranya lebih "menghanyutkan." Boleh dikatakan, personel Slank kini berada dalam kondisi terbaik mereka.
Padahal bertahun-tahun lalu, sebagian personel grup band beraliran rock dan blues yang terbentuk pada 1983 ini sempat kecanduan narkoba. Kepada CNN Indonesia.com, Kaka, Ridho, Ivan, dan Bimbim (Abdee sedang absen) curhat tentang perjuangan mereka melepaskan diri dari jerat narkoba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak orang bilang, kalau pakai narkoba itu bisa buat diri kita pintar, padahal itu tergantung. Kalau orang pintar, ya pintar saja. Kalau memang orang bodoh terus kena narkoba, ya makin bodoh," ujar Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim.
"Banyak orang yang bilang, kalau pencandu narkoba itu tidak bisa berhenti. Ini buktinya saya sudah berhenti!" sang penabuh drum menegaskan.
Walau demikian, Bimbim dan anggota Slank lain, mengaku sangat sulit berhenti mengonsumi narkoba. Butuh kerja keras dan komitmen yang sangat tinggi untuk terlepas dari jeratan barang haram itu.
"Memang berat berhenti mengonsumsi narkoba, kita harus 'merevolusi diri.' Dari Slank, yang sempat kena narkoba itu Ivan, Kaka dan Bimbim," Bimbim menceritakan, "sedangkan Abdee dan Ridho tidak pernah."
"Akhirnya kami mencoba untuk berhenti, lingkungan kami dibersihkan, kami berjuang, setidaknya kami butuh waktu dua tahun untuk berhenti," paparnya.
Berbagai cara yang mereka lakukan untuk berusaha mengenyahkan keinginan kembali menyandu narkoba boleh diacungi jempol, apalagi terkadang caranya terbilang tak biasa.
"Kami enggak pegang dompet, kami enggak pegang ponsel, kami menjauhkan diri dari barang-barang berharga yang bisa dijual," Bimbim mengatakan.
Hal itu dilakukan agar mereka tidak menjual barang-barang berharga mereka hanya untuk membeli narkoba, yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah.
Tidak hanya itu, Bimbim menyatakan, dirinya dan Slank harus selalu dikawal oleh teman-temannya ketika berada di luar rumah. Mereka mengaku pasrah agar bisa berhenti dan membersihkan diri mereka.
"Kalau kami bepergian ke luar, kami selalu didampingi, ke mal saja kami dikawal oleh 20 orang sekaligus. Kami pasrah, karena kami memang memberanikan diri untuk berhenti," Bimbim memaparkan.
"Kami cari keringat, main bola, lari, bahkan, manggung tidak dibayar pun kami rela, asal keluar keringat saja."
Memang tidak mudah melepaskan diri dari jeratan narkoba. Buktinya, walaupun sudah melakukan hal-hal tersebut, Slank masih dihantui godaan-godaan yang menyeret mereka untuk kembali terperosok lubang hitam.
"Godaan terbesarnya itu pas kami punya uang, kami harus jaga jarak dan itu berat banget. Sampai saat ini, kami masih rehabilitasi kok, kami
fragile, gampang pecah. Kalau tidak menjaga pergaulan, ya bisa kembali lagi seperti dulu," ujar Bimbim.
"Akhirnya, kami berempat membuat komitmen untuk selalu menjaga dan melindungi serta mengingatkan satu sama lain."
(vga/vga)