Jakarta, CNN Indonesia -- Genap sepekan
Star Wars: The Force Awakens dirilis di seluruh dunia pada 18 Desember 2015 , film garapan J.J. Abrams ini masih mendominasi layar bioskop, termasuk di Indonesia.
Hingga kini, sedikitnya tiga sampai empat layar per bioskop di Jakarta memutar film seri ke-tujuh perang bintang yang dibintangi Harrison Ford, Daisy Ridley dan John Boyega ini.
Meski euforia
Star Wars sepekan ini belum surut, toh tak membuat gentar sinema Indonesia. Beberapa film lokal ditayangkan dalam waktu hampir bersamaan, dan lainnya pun siap menyusul.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film
Single dan
Negeri van Oranje, misalnya, tetap merajai tiga bioskop besar di kota-kota besar Indonesia: 21, Cinemaxx, CGV Blitz.
Selain itu, juga ada tiga film lokal berikut ini.
Islamphobia kembali merebak setelah terjadi serangan berdarah di Paris pada 13 November 2015. Insiden ini sontak menggiring kembali ingatan banyak orang pada Tragedi 9/11 di New York, Amerika Serikat (AS) tahun 2001.
Secara kebetulan trailer pertama Bulan Terbelah di Langit Amerika, film Indonesia garapan sutradara Rizal Mantovani, yang berlatar kisah Tragedi 9/11, dirilis pada waktu hampir berbarengan dengan tragedi Paris.
Kisah film religi ini diadaptasi dari novel karya Hanum Rais dan Rangga Almahendra. Tokoh utama film ini—juga bernama Hanum dan Rangga—berjuang menghilangkan pemahaman keliru tentang kaum minoritas muslim di AS.
Film ini diawali dengan kejadian sehari sebelum serangan ke gedung kembang World Trade Center (WTC) pada 2001. Satu keluarga muslim digambarkan sedang merayakan ulang tahun putrinya yang juga dihadiri oleh beragam etnis.
Serangan teroris 9/11 yang ditandai runtuhnya gedung kembar WTC mengubah cara pandang sebagian warga AS, mereka pun diliputi kebencian sekaligus ketakutan berlebihan terhadap muslim yang merupakan penduduk minoritas di AS.
Delapan tahun kemudian, seorang gadis belia yang ayahnya menjadi korban Tragedi 9/11 mengunggah video berjudul Do You Know My Dad? via YouTube sebagai bentuk kekecewaan atas tuduhan teroris yang ditujukan kepada ayahnya.
Video tersebut menarik perhatian media massa di mana Hanum bekerja. Mereka mengangkat topik Apakah Dunia Lebih Baik Tanpa Islam? dan mewawancarai sang keluarga tertuduh. Bagi Hanum, inilah kesempatan untuk membuka mata dunia terhadap Islam.
Pada saat yang sama, Rangga, suami Hanum, juga mendapatkan tugas untuk menyelesaikan pendidikan S3 dengan satu tugas terakhir: menemui Phillipus Brown sekaligus membawa miliuner asal AS itu ke kampusnya untuk melakukan presentasi.
Di New York, Hanum dan Rangga malah cekcok akibat ego mempertahankan kepentingan yang berbeda. Mereka pun mencari cara agar bisa menyelaraskan kesibukan masing-masing dan kerukunan rumah tangga mereka tak terguncang.
Bulan Terbelah di Langit Amerika memperlihatkan dilema muslim saat menjalani keseharian pasca Tragedi 9/11. Rizal, selaku sutradara, menggambarkannya lewat adegan aksi demo dan sorot mata penuh kebencian banyak orang saat melihat Hanum.
Demi menjadikan film bertema sensitif ini tetap segar dan tidak membosankan, Rizal memasang aktor Nino Fernandez sebagai Stefan, teman Rangga yang berkarakter netral. Omongannya segar dan kadang penuh canda, sehingga lebih memperkaya alur kisah.
Film Bulan Terbelah di Langit Amerika ditayangkan di bioskop 21, Cinemaxx, CGV Blitz.
Sama seperti Bulan Terbelah di Langit Amerika, film Sunshine Becomes You juga mengambil lokasi syuting di New York, AS, tentu saja dengan alur kisah berbeda. Kali ini, romansa Alex Hirano (Herjunot Ali) dengan Mia Clark (Nabilah Ratna Ayu Azalia).
Dikisahkan, Alex, sang pianis terkenal keturunan Jepang, uring-uringan memikirkan konser yang akan diadakan pekan mendatang. Ia menjadi makin galau setelah tangannya malah mengalami patah tulang akibat keteledoran Mia, walau tak disengaja.
Merasa bersalah, Mia menawarkan diri menjadi pengganti tangan kiri Alex, dari menyetir mobil, membukakan pintu, sampai membawakan gelas kopi. Bersamaan dengan itu, satu per rahasia Mia terungkap, termasuk alasan ia tidak boleh jatuh cinta.
Kisah Sunshine Becomes You diadaptasi oleh Hitmaker Studios dari novel berjudul sama karya Ilana Tan. Rocky Soraya, selaku produser dan sutradara, menjelaskan daya tarik film ini selain alur ceritanya, juga kehadiran Nabilah, personel JKT48.
“Harus diakui, Nabilah benar-benar profesional,” kata Rocky kepada awak media massa, beberapa waktu lalu. “Meskipun karakter Mia Clark jauh berbeda dengannya, ia mampu menunjukkan hasil saat menyanyi, menari dan akting.
Nabilah sendiri mengakui, peran sebagai Mia tergolong sulit. “Aku harus menari balet, hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Dan itu sulit banget.” Mau tak mau, ia harus menjalani serangkaian latihan agar tampak meyakinkan.
“Latihannya sulit banget, badanku sampai lecet dan luka. Jujur, aku sempat menangis karena beberapa kali gagal melakukannya hingga akhirnya bisa,” kata dara 16 tahun yang berusia jauh lebih muda dibandingkan karakter Mia versi novel.
Diakui Nabilah, tak sedikit orang melontarkan kritik padanya berkenaan perbedaan usia itu. Namun ia berkilah, “Akting adalah bagaimana berpura-pura dengan serius, dan aku ingin membuktikan bahwa perbedaan usia bukanlah masalah.”
Di sisi lain, tantangan serupa juga dialami Herjunot. Supaya aktingnya sebagai pianis Alex lebih meyakinkan, ia mati-matian berlatih piano klasik. Selain itu, ia juga menolak tawaran film lain, hanya melakoni satu film saja per tahun.
“Saya jadi memiliki waktu memaksimalkan tokoh yang saya perankan, termasuk Alex Hirano di film ini,” kata aktor muda yang biasa disapa Junot ini tentang idealisme hanya menerima satu film per tahun demi totalitas peran yang dimainkan.
Film Sunshine Becomes You ditayangkan di bioskop 21, Cinemaxx, CGV Blitz.
Euforia Star Wars: The Force Awakens diprediksi masih berlangsung hingga beberapa pekan mendatang. Namun hal ini tak menggugurkan rencana Alkima Production untuk merilis film nasional I am Hope, pada awal 2016.
Film yang melibatkan trio cantik Wulan Guritno, Amanda Soekasah dan Janna Soekasah Joesoef ini dibuat untuk menggugah kepedulian orang terhadap kanker, sekaligus membangkitkan semangat dan harapan, juga melestarikan budaya solidaritas.
“Alkimia Production berkomitmen menyumbangkan sebagian profit dari penjualan tiket film I am Hope melalui gerakan Gelang Harapan kepada penderita kanker dan keluarganya yang tidak mampu,” ujar Wulan kepada awak media massa, beberapa waktu lalu.
I am Hope dilatari kisah nyata para survivor, penderita kanker yang gigih bertahan hidup ketimbang menyerah begitu saja pada penyakit mematikan ini. Segenap tim produksi melihat langsung betapa dampak kanker mengubah hidup penderitanya.
”Untuk bisa membuat film ini, saya melihat dengan mata saya sendiri bagaimana perjuangan yang mereka alami sebagai cancer warrior, untuk tetapi berani dan positive thinking,” ucap Adila Dimitri, suami Wulan, yang turut terlibat di tim produksi.
Pihak Komite Penanggulangan Kanker Nasional (KPKN) juga mendukung perilisan film sarat edukasi ini. Karena pada kenyataannya, menurut KPKN, sekitar 70 persen penderita kanker telat mengetahui kondisinya karena minim edukasi.
Secara garis besar I am Hope menceritakan dinamika perjuangan seorang gadis muda bernama Mia yang divonis mengidap kanker. Ia tetap tersenyum sekalipun kenyataan hidupnya pahit. Ia juga tak gentar menghadapi tantangan demi mewujudkan impiannya.
I am Hope dibintangi Tatjana Saphira, Alesandra Usman, Tio Pakusadewo, Fachry Albar, Feby Febiola, Fauzi Baadilah, Kenes Andari, Ariyo Wahab, Ray Sahetapy, dan Ine Febrianti. Soundtrack-nya digarap grup band RAN.