Jakarta, CNN Indonesia -- Justin Bieber kembali dibenci orang. Bagaimana tidak, penyanyi muda nan tampan itu diduga melakukan kesalahan fatal dalam rangka memasarkan album musik barunya yang membuat berang warga San Fransisco.
Album baru mantan kekasih Selena Gomez ini bertajuk
Purpose. Dalam dalam rangka pemasaran, tim kreatif Bieber mengecat jalur pejalan kaki di beberapa ruas jalan San Fransisco dengan pilox berwarna putih yang bertuliskan "
Justin Bieber Purpose #Nov13."
Tentu saja sebagian besar warga San Fransisco yang pecinta kebersihan mengutuk aksi marketing Bieber tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari
Time pada Selasa (28/12), salah satu pejabat hukum di San Fransisco yang bernama Dennis Herrera sampai mengirim surat keberatan kepada perusahaan rekaman Bieber, Def Jam Records dan Universal Music Group.
Atas nama warga San Fransisco, Herrera meminta perusahaan rekaman Bieber menghapus tulisan di jalur pejalan kaki dan menghukum orang yang melakukan pengerusakan tersebut.
"Coretan tersebut mengganggu keindahan dan dapat menghalangi para pejalan kaki yang selama ini mendapat arahan dari coretan yang sengaja dibuat pemerintah kota," tulis Herrera dalam surat keberatannya.
"Hukum perlu ditegakkan agar kedepannya para anak muda tidak melanggar peraturan yang sudah ditetapkan," lanjutnya.
Hingga saat tulisan ini diterbitkan, belum ada jawaban resmi dari perusahaan rekaman Bieber.
Bieber meraih kesuksesan setelah melewati asam garam industri hiburan. Tapi kelakuaannya yang sok aksi kadang membuat berang orang.
Diakui Scooter Braun, sang manajer, tak mudah “memoles” pamor Justin yang kadung rusak akibat sederet kenakalannya sendiri, dari melakukan aksi vandalisme, kebut-kebutan di jalanan dalam keadaan mabuk, sampai memelihara hewan yang terancam punah.
Bersama timnya, Scooter mati-matian mengemas bisnis sang bintang YouTube asal Canada selama satu setengah tahun. Ia berkaca pada keberhasilan Robert Downey Jr. bangkit dari keterpurukan dan kembali menjalani kehidupan profesional.
“Sebetulnya setelah merilis album musik kompilasi
Journals, pada 2013, Justin sudah ngebet menggelar tur konser,” kata Scooter kepada New York Times.
“Tapi saat itu, saya merasa, jika nekat melakukan ini, dia bakal meninggal dunia.’
Scooter dan timnya pun memutar otak dan mengupayakan banyak hal agar kembalinya sang musisi muda di ranah hiburan, setelah namanya “tercoreng” akibat kenakalanya sendiri, bisa diterima dengan baik oleh publik dan penggemar.
Segala upaya, diakui Scooter, menjadi lebih mudah dilakukan seiring pertobatan Justin yang dilakukan secara konsisten. Saat Justin terpuruk, Scooter pun mengaku sedih.
“Sulit melihat orang yang kita sayangi harus melewati itu semua. Tapi saya senang, kini semuanya sudah berlalu,” kata Scooter yang juga menangani artis Canada lain.
(ard)