Jakarta, CNN Indonesia -- Wacana penghapusan Daftar Negatif Investasi (DNI) di bidang perfilman yang disampaikan oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf belakangan ini semakin hangat.
Jika wacana ini kelak mewujud nyata, maka pelaku industri perfilman asing bakal merajalela di Indonesia. Menyikap wacana ini, ada yang menyetujui wacana ini, ada juga yang menolak.
Perdebatan pun semakin hangat di tengah masyarakat Indonesia, terutama kalangan pelaku film. Namun sampai saat ini, wacana tersebut belum ditindaklanjuti oleh Presiden Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa pelaku film seperti Joko Anwar, Angga Dwimas Sasongko, Sheila Timothy, hingga Roy Marten pun mendesak orang nomor satu Indonesia yang juga dikenal dengan nama lain Jokowi.
"Sebenarnya, pembahasan ini sudah lama terjadi di kalangan sineas Indonesia," ujar Sheila Timothy, kepada awak media massa di Gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, pada Selasa (9/2)
"Saat ini, ada momentum, sehingga kami rasa ini adalah waktu yang tepat untuk mencabut DNI di bidang perfilman," kata Sheila. "Kami mendukung Presiden Jokowi untuk menandatangani Peraturan Presiden terkait pencabutan DNI ini."
Menurut Sheila, Jokowi telah menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan sekitar lima ribu bioskop demi memajukan industri perfilman Tanah Air. Namun, sampai saat ini hanya ada seribuan bioskop di Indonesia.
Selain itu, dirinya mengatakan bahwa Indonesia tidak memiliki alasan untuk menolak dicabutnya DNI perfilman. Saudara kandung Marsha Timothy ini menuturkan, pencabutan DNI perfilman dapat meningkatkan standar dan kompetisi perfilman di Indonesia.
"Kita harus mengundang investor asing ke sini, kita buka dulu kesempatan untuk mereka. Kita fasilitasi mereka dengan kemudahan, jangan dipersulit," ia melanjutkan.
Untuk memperkuat pernyataannya, Lala memberikan contoh tentang pencabutan DNI di Vietnam.
"Vietnam itu adalah negara yang masih di bawah kita. Tapi mereka berani membuka pasar film asing di negara mereka. Hasilnya, industri perfilman mereka sudah naik 200 persen. Jumlah film lokal mereka pun bertambah hingga 100 persen!" ia menceritakan.
Memiliki cerita yang sama dengan Sheila, Joko pun menegaskan bagaimana China dapat menguasai industri perfilman dunia, mengalahkan Amerika Serikat.
"Di China, 10 tahun lalu, mereka membuka DNI asing. Sekarang ini, kita lihat Amerika Serikat seringkali meminta bantuan ke mereka perihal film-film Hollywood, seperti
Robocop misalnya. Film nasionalnya pun sudah naik sekitar 40 persen."
Begitu pula dengan Roy, selaku aktor senior Tanah Air. Ayah kandung Gading Marten itu berharap kepada Jokowi agar dirinya dapat segera mencabut DNI perfilman.
"Ketika zaman saya dulu, bioskop di Indonesia itu ada 2.600, sekarang kok malah turun jumlahnya. Kita harus bersatu, dan saya berharap bahwa Jokowi segera mencabut DNI asing itu," paparnya.
"Jangan takut sama modal asing dong, selama ini kita juga sudah dikuasai oleh asing."
(fad/vga)