Jakarta, CNN Indonesia -- Saat sineas kawasakan Martin Scorsese menyatakan niatnya untuk menggarap
Vinyl, serial televisi tentang Mick Jagger, beberapa waktu lalu, tentu saja para penggemar menyambut gembira.
Pasalnya, Scorsese bukan sembarang sineas. Dialah otak di balik film-film sukses macam
The Departed, Goodfellas dan
Wolf of Wall Street. Banyak orang membayangkan
Vinyl pun bakal sukses.
Ternyata, di luar perkiraan, Vinyl beroleh
rating rendah. Sebagaimana dikabarkan laman Independent, serial televisi ini hanya ditonton 764 ribu orang saja saat tayang perdana di HBO.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang menyesakkan, acara lain yang diputar setelah
Vinyl,
Last Week Tonight with John Oliver, malah ditonton lebih dari sejuta orang. Padahal semula diantisipasi sekitar 200 ribu orang saja.
Hal ini sungguh di luar dugaan, karena serial televisi HBO biasanya laris manis. Salah satunya,
True Detective yang dibintangi aktor Matthew McConaughey dan Woody Harrelson.
Serial televisi yang diputar pada 2014 ini meraup penonton hingga 2,3 juta orang. Padahal jam tayangnya bentrok dengan pertandingan NFL. Namun toh jumlah penonton tetap banyak.
Orang pun menduga-duga penyebab
Vinyl flop. Bisa jadi karena pada saat yang hampir berbarengan, serial televisi
The Walking Dead pun tayang di AMC tiga hari dalam sepekan.
Bagaimanapun HBO tetap berharap jumlah penonton
Vinyl bakal bertambah. Apalagi serial televisi berlatar era ’70-an ini dibintangi Bobby Cannavale, Ray Romano dan Olivia Wilde.
James Jagger, putra Jagger dan Jerry Hall, yang berusia 30 tahun pun membintangi
Vinyl. Suatu kali, Jagger menyatakan ingin
Vinyl dibuat film saja ketimbang serial televisi.
Jagger sendiri bertindak sebagai produser eksekutif
Vinyl. Otomatis daftar kiprah vokalis berbibir dower ini di dunia perfilman semakin bertambah panjang.
Sebelumnya, ia juga sudah pernah berperan sebagai produser di beberapa film. Sebut saja
Get on Up dan
Mr. Dynamite yang bercerita tentang James Brown. Ada pula
Enigma (2001),
Shine a Light (2008) dan
Crossfire Hurricane (2012).
Selain menjadi produser film, Jagger juga sempat menjadi aktor. Salah satunya, saat ia dan teman-teman satu grup band-nya bermain dalam beberapa film dokumenter klasik.
Misalnya,
Gimme Shelter (1970), film yang berfokus pada konser Altamont di California, Amerika Serikat, pada 1969, di mana terjadi insiden penikaman serta pemukulan seorang penonton bernama Meredith Hunter sampai meninggal oleh
biker dari Hell Angels yang kala itu bertugas sebagai petugas keamanan konser.
Karier perfilman Jagger sendiri mulai melonjak pada 1970, di antara waktu rilisan album musik
Let It Bleed dan
Sticky Fingers. Pada saat itu, ia bermain dalam film
Ned Kelly.Namun perannya dalam film besutan Tony Richardson tersebut menuai kritik. Bahkan, Jagger dan Richardson sampai enggan datang ke acara
premiere film tersebut karena kecewa dengan hasil akhir pekerjaan mereka.
Pada tahun yang sama, Jagger memerankan Turner dalam drama berjudul
Performance. Turner digambarkan sebagai seorang bintang rock pecandu obat-obatan terlarang yang bermasalah dengan gangster buronan James Fox.
Perannya di film ini terbilang bagus sampai tidak dapat dibayangkan bila orang lain yang memerankannya. Lagu utama dari film ini yang berjudul
Memo from Turner pun turut terkenal berkat Jagger.
Selain bermunculan sebagai dirinya sendiri, pada 1978 dalam lelucon
Beatles, The Rutles: All You Need Is Cash, Jagger tidak akan kembali ke layar sampai 1982. Ketika ia muncul kembali, ia pun berperan sebagai kaisar China di acara televisi untuk anak-anak yang berjudul
Faerie Tale Theatre.Kemudian ia bermain film lagi di
Running Out of Luck yang mana disutradarai oleh Julien Temple yang rilis pada 1987. Dalam film ini ia sampai ke Brazil untuk urusan syutingya.
Sebenarnya, sebelumnya Jagger juga berakting sebagai Axel Rex di sebuah film yang diadaptasi dari
Laughter in The Dark karya novelis Vladimir Nabokov, yang dijadwalkan rilis pada 1986, namun sayangnya tidak pernah terwujud.
Jagger kembali lagi ke dunia seni peran pada 1992 dalam film
Freejack yang diperankannya bersama Emilio Estevez. Kemudian, pada 1997, ia bermain film lagi di sebuah film berjudul
Bent. Film ini berlatar era Nazi di Berlin. Selain itu, film ini juga menjadi salah satu film terbaik Mick Jagger.
Dan pada 2002, ada film drama indie
The Man from Elysian Fields di mana Jagger memainkan peran lembut namun jahat seorang Lucius Fox, pemilik layanan pengawalan untuk wanita kaya.
Tak hanya itu, kiprah Jagger di dunia seni peran sebenarnya masih banyak. Namun
Vinyl telah membuktikan komitmennya dalam bercerita secara visual.
Hal itu pun didukung dengan kemunculan anaknya sebagai pemeran dalam serial drama berlatar industri musik New York tahun 70-an. Namun begitu, Jagger dijamin tidak akan tampil sebagai apa pun dalam
Vinyl.
James sendiri mengaku sebenarnya ia pun memiliki tekanan karena menjadi anak dari orang tua yang terkenal. Ia mengatakan ia selalu ingin dihargai juga keberadaannya walau ia pun sangat bangga dengan ayahnya.
“Aku sangat bangga dengan semua prestasi ayahku, dan saya sangat bangga menjadi anaknya," ujarnya seperti dilansir dari NME.
James memang patut berbangga, karena ayahnya yang sudah gaek 72 tahun masih energik. Sebagaimana dikabarkan Fox News Latin, Jagger dan Rolling Stones baru saja berkonser di Maracana Stadium di Rio de Janeiro, Brazil, pada Sabtu kemarin (20/2).
(vga/vga)