Jakarta, CNN Indonesia -- Sedari remaja menguasai bela diri silat, tak juga menghindarkan Prisia Nasution dari cedera fisik saat melakoni syuting film
Pesantren Impian, pada Oktober 2015.
Bukan lantaran dara 31 tahun ini tak mampu mengimbangi perkelahian dengan rekan aktor yang berperan sebagai musuhnya, melainkan terjatuh dari eternit.
“Adegannya di rumah tua,” Prisia menceritakan kepada CNN Indonesia.com, baru-baru ini, tentang syuting
Pesantren Impian di kawasan Kaliurang, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak disangka, langit-langit rumah tua itu rapuh, sehingga Prisia terjatuh dari ketinggian sekitar tiga meter. Sebagian materi langit-langit pun menimpa tubuhnya.
“Padahal sebetulnya tidak ada adegan jatuh.” Seketika ia merasakan sakit luar biasa pada bagian leher sampai pundak. Tulangnya tak patah, namun otot tendonnya robek.
Sekalipun tubuhnya kesakitan dan membutuhkan penanganan medis segera, Prisia mengaku tak enak hati bila meninggalkan syuting dan segenap kru di lokasi.
Akhirnya, ia hanya minta didatangkan ahli fisioterapi untuk menangani lukanya saat itu juga. Setelah ditangani, Prisia melanjutkan syuting dengan gerakan terbatas.
Prisia mengaku kepikiran nasib syuting dan segenap kru bila dirinya dirawat di rumah sakit atau beristirahat di rumah. Sementara hal itu membebani tim produksi.
Bila syuting molor, maka menurut Prisia, bujet juga membengkak. Tak ingin hal itu terjadi, ia pun memaksakan diri tetap bekerja, sembari meringis menahan sakit.
“Kalau
break syuting, nanti bujet juga
nambah, pasti aku merugikan banyak orang,” katanya. “Ya, sudah
diterusin syuting sampai selesai, walaupun aku susah gerak.”
Tak ingin menyusahkan banyak orang dan membebani diri sendiri, Prisia bersikukuh melanjutkan syuting sampai selesai yang mana berlangsung satu atau dua pekan lagi.
“Habis itu aku bisa
treatment [fisioterapi] serius,” kata bintang film
Sokola Rimba dan
Sang Penari yang menutupi insiden ini dari keluarganya agar tak cemas.
Dalam kondisi cedera, Prisia mengaku masih melakukan adegan berlari dan baku tembak. Dengan nada canda, ia mengatakan, “Sebisa mungkin terlihat normal.”
Agar terlihat “normal,” Prisia memakai pakaian serba tertutup, seperti jaket lengan panjang. Pembebat leher pun dilepas begitu sang sutradara Ifa Isfansyah berseru, “
Action!”
Prisia mengaku melakukan semua ini bukan semata nekat, melainkan bagian dari komitmen. “Aku kalau sudah memulai sesuatu
di-commit-in. Give it maximum effort.”
Film
Pesantren Impian sudah diputar perdana untuk kalangan media massa di bioskop di Jakarta, tadi malam (29/2).
(vga/vga)