Oscar Bukan Segalanya bagi Film Indonesia

Apriliana Lloydta Anuraga | CNN Indonesia
Selasa, 01 Mar 2016 17:25 WIB
Film Indonesia dirasa terlalu jauh menggapai Oscar. Namun, ajang penghargaan perfilman bergengsi itu bukan satu-satunya parameter suksesnya sebuah film.
Ilustrasi Piala Oscar. (REUTERS/Carlo Allegri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Euforia Academy Awards ke-88 yang diselenggarakan di Dolby Theatre Los Angeles, Minggu (28/2) malam waktu setempat, juga sampai ke Indonesia. Beberapa acara menonton bareng digelar. Masyarakat pun turut bersorak Leonardo DiCaprio akhirnya mendapatkan Piala Oscar pertamanya.

Namun membayangkan film sendiri ada di ajang itu, diberi penghargaan selayaknya Son of Saul dari Hungaria yang memenangipenghargaan Film Berbahasa Asing Terbaik dalam Oscar tahun ini, belum menjadi impian sineas-sineas Indonesia.

"Kalau masuk Oscar saya kira masih kejauhan. Kalau mungkin masuk dalam kategori film asing, yang tidak berbahasa Inggris itu, suatu saat mungkin bisa. Tapi kejauhan,” ujar Roy Marten pada CNNIndonesia.com saat ditemui di Grand Indonesia, Senin (29/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Roy, itu karena film Indonesia belum baik dari segi teknologi, estetika, maupun totalitas. Ide dan penulisan cerita pun dirasanya masih kurang. “Kita enggak punya ide cerita. Kalau punya juga menjiplak. Atau kadang-kadang kebesaran idenya."

Bintang film Badai Pasti Berlalu itu menuturkan, Indonesia juga kekurangan penulis. Kalau pun ada, biasanya penulis skenario lebih banyak bicara soal teknis. Soal cerita, yang diangkat kurang bagus dan dangkal. Kata Roy, kebanyakan film Indonesia masih berkutat di sebatas cerita percintaan semata.

Di samping masalah-masalah itu, Roy juga melihat penonton Indonesia juga tak bisa ditebak. Mereka meminta film berkualitas, tetapi terkadang sulit menangkap ide-ide cerita yang terlalu bagus. Jadi, menurut Roy itu adalah hal yang sangat dilematis.

“Kalau kelihatan terlalu bermutu gitu, enggak ada yang nonton. Misalnya film Leonardo DiCaprio yang tentang mimpi [Inception]. Itu kan luar biasa idenya. Tapi kita enggak sampai segitu,” Roy menuturkan.

Ajang penghargaan bergengsi sekelas Oscar tentu penting untuk memotivasi perfilman Indonesia, lanjut Roy. Namun jika itu terlalu jauh, film Indonesia bisa lebih dahulu berlaga di festival-festival internasional seperti yang sedang dilakukan.

Bintang film Gie, Sita Nursanti pun berpendapat senada. "Kayaknya buat masuk ajang penghargaan semacam itu masih nanti deh. Yang penting bikin filmnya bagus dulu saja," kata mantan personel RSD saat ditemui dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya, jika sebuah film sudah bisa bercerita dengan bagus, dieksekusi secara indah dan menarik, ia akan menjual dirinya sendiri. Dengan demikian, kesempatan dilirik Academy of Motion Pictures and Art Sciences (AMPAS) sebagai penyelenggara dan pemilih nomine Oscar, bisa menjadi lebih besar.

Tapi Oscar bukan satu-satunya tolok ukur bagi Sita agar sebuah film dikenal di segala penjuru dunia. Kualitas film, meski tanpa penghargaan, jauh lebih penting. Kualitas yang akan membuat film sukses di mana pun, di ajang penghargaan maupun festival.

"Mau itu Oscar, BAFTA, atau Venezia, Busan. Mau di mana saja itu sebenarnya enggak masalah. Yang penting karyanya diindahkan," Sita menegaskan. Baginya sekarang mulai banyak film Indonesia yang menarik, seperti A Copy of My Mind dan Siti. (rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER