Membuka Gerbang Kuba untuk Musisi Dunia

Andika Putra | CNN Indonesia
Selasa, 15 Mar 2016 06:22 WIB
Dengan kunjungan Diplo, Major Lazer, dan The Rolling Stones ke Kuba, Chris Cornell berharap musisi lain mengikuti jejak mereka.
Chris Cornell menyarankan musisi banyak tampil di Kuba. (Buda Mendes/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 11 tahun lalu, sebelum The Rolling Stones menggelar konser di Kuba, Audioslave sudah lebih dahulu melakukannya. Mereka pernah unjuk gigi di Havana pada 2005. Namun, Audioslave harus mendanai konser itu sebesar US$1 juta (Rp13 miliar).

Kini saat akhirnya The Rolling Stones boleh melakukannya secara gratis, Chris Cornell bahagia akan fakta baru itu. Ia menyarankan The Rolling Stones agar meminta kawan-kawan musisinya yang lain untuk ikut bermain di Kuba.

"Saya berpikir band Inggris, Australia, yang sudah menjual jutaan rekaman seharusnya mampu bermain untuk penonton ini. Bagaimana mungkin tidak ada satu band pun yang datang?" demikian ia bertanya secara retoris, seperti dikutip dari NME.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cornell berpikir, seharusnya setelah ia dan Audioslave bisa melakukannya meski dengan cara paling sulit sekali pun, ada band lain yang mencontoh. Kini memang ada The Rolling Stones, yang tampil secara gratis untuk masyarakat Kuba. Tapi itu tidak seperti yang Cornell bayangkan.

"Saya terkejut itu butuh waktu selama ini," katanya.

Cornell memberi saran, The Rolling Stones harus menikmati waktu mereka di Kuba. "Mereka harus memanfaatkan setiap detik keberadaan mereka di sini dan ada bersama masyarakat Kuba," ujarnya.

Setelah meninggalkan Kuba, Cornell juga menyarankan The Rolling Stones mengabarkan soal Kuba kepada musisi lain agar mengikuti jejaknya.

Sejak Audioslave tampil pada 2005, Kuba yang sebelumnya sangat terlarang bagi musisi entah bagaimana mulai melonggarkan aturan. Diplo pun mengunjunginya bersama Major Lazer belakangan ini. Sebelumnya ada konser penyanyi Kolombia yang bertajuk "Peace Without Frontiers" pada 2009.

Kedua acara musik itu disambut baik masyarakat.

Kuba memang salah satu negara diktator. Setelah kepemimpinan Fulgencio Batista membuat Kuba tidak stabil, ia diganti Fidel Castro pada 1959. Sampai kini Kuba menjadi negara dengan partai tunggal: komunis. Hubungannya dengan Amerika tegang.

Fidel punya masalah terhadap musik dari luar Kuba. Ia pernah melarang The Rolling Stones untuk datang dengan alasan penyimpangan Ideologi. Elvis Presley pun termasuk ke dalam daftar musisi yang dilarang.

Baru belakangan Fidel mulai mencabut keputusan yang ia buat. Ia menghadiri peresmian Patung John Lennon di Havana untuk mengenang 20 tahun kematian sang musisi. Saat itu ia berkata, "Saya sangat menyesal tak mengenal Anda sebelumnya."

Hubungan Kuba dan AS pun mulai mencair. Tiga hari sebelum The Rolling Stones konser di Kuba, Presiden Barack Obama akan berkunjung. Kunjungan itu menjadikannya sebagai presiden AS pertama yang berkunjung ke negara itu selama 88 tahun terakhir. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER