Jakarta, CNN Indonesia -- Era petualangan remaja baru diawali sekitar 2012, saat
The Hunger Games diangkat ke layar lebar dari novel Suzanne Collins. Namun saat film itu tuntas tahun lalu lewat
The Hunger Games: Mockingjay Part 2, masa kejayaan film remaja ikut klimaks.
Ketika tahun ini penonton yang sama dicekoki film lain, mereka tak antusias lagi. Era film itu sudah antiklimaks.
Buktinya, saat seri
Divergent terbaru yang berjudul
Allegiant diluncurkan beberapa hari lalu, penontonnya ternyata lesu. Film yang dibintangi Shailene Woodley itu bahkan tak mampu melampaui ekspektasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di
box office domestik Amerika Serikat, Allegiant hanya meraup US$29 juta. Angka itu bahkan tidak bisa melampaui pendapatan film animasi yang sudah rilis beberapa pekan sebelumnya,
Zootopia.Padahal itu baru seri pertama, belum ke-dua dari Allegiant yang berkisah soal pengelompokan sosial di negeri masyarakat distopia dan fiktif itu.
Dibanding film sebelum-sebelumnya, angka itu bisa dibilang mengecewakan. Film pertamanya,
Divergent dibuka pada 2014 dengan penghasilan US$54 juta. Angkanya terus menurun saat film selanjutnya diputar.
Insurgent yang rilis 2015 menghasilkan hanya US$52 juta.
Dengan fakta itu, tak berlebihan jika Meredith Woerner menulis dalam LA Times bahwa muncul pertanyaan apakah sekarang masyarakat sedang menyaksikan matinya film petualangan remaja dan distopia.
Itu juga bisa dilihat dari film lain,
The Maze Runner. Film yang dibintangi Dylan O'Brien itu juga belum tuntas seperti Divergent. Mereka masih punya satu film lagi yang tengah diproduksi. Namun, penghasilannya juga tidak terlalu memukau.
Dari kesemuanya, yang paling memukau memang hanya serial
The Hunger Games. Setiap rilis, film itu selalu menempati peringkat pertama dalam
box office. Bahkan film yang dibintangi Jennifer Lawrence itu bisa bertahan berpekan-pekan.
Namun analis media senior comScore tidak sepakat dengan analisis itu. Paul Dergarabedian mengatakan, fakta itu tidak bisa digeneralisasikan untuk semua film.
"Meski semua film petualangan remaja distopia banyak yang sukses, banyak film dari kategori itu yang mendadak jatuh. Itu memang menimbulkan pertanyaan," ujarnya.
Tapi belum tentu masyarakat bosan. Menurutnya, itu mungkin justru pertanda bahwa penonton remaja yang memerhatikan film semacam itu membutuhkan pilihan yang lebih segar. Tontonan juga lebih variatif.
Lagipula, kejatuhan tiba-tiba juga bukan kali ini terjadi pada satu genre film. Setelah
Harry Potter dan
Twilight yang sukses, hampir tak ada lagi film fantasi. Namun hingga kini genre itu tidak mati. Masih ada satu atau dua film setiap sekian tahun sekali. Memang tidak lagi setiap tahun ada.
Tema yang masih abadi adalah pahlawan super. Sudah banyak yang "menanti" atau meramalkan kapan penonton jenuh dan genre itu jatuh. Namun sampai 2020 setidaknya pahlawan super masih berjaya.
(rsa)