Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki pekan ke-tiga April setiap tahun, beberapa negara serentak merayakan Record Store Day (RSD). Di momen spesial yang berlangsung satu-dua hari ini para produsen rilisan musik, label rekaman, musisi dan pecinta musik berkumpul.
Sebagaimana terlihat di RSD di Jakarta yang digelar di Pasar Santa, Kebayoran Baru, pada akhir pekan ini (16-17/4). Para pengunjung tak sekadar heboh memburu rilisan fisik, mereka juga asyik bercengkerama.
"Yang sering terjadi memang seperti itu," kata David Karto,
managing director, saat diwawancarai CNNIndonesia, baru-baru ini. "Biasanya bertemu dengan teman-teman diskusi musik, saling bertukar informasi dan bertukar refrensi. Silaturahmi lah."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengalaman itu juga dialami langsung oleh perwakilan FFWD Records, Mohammad Adli. Ia menjelaskan bahwa silaturahmi menjadi inti perayaan RSD terutama di Indonesia.
"Di RSD itu band, label [rekaman], media dan konsumen berkumpul semua. Jadi silaturahminya luas. Selain itu RSD identik dengan musik independen yang pertemanannya kuat," ujar Adli.
Adli juga menjelaskan, acara ini dapat membangun relasi yang besar di bidang musik.
Tidak hanya menjual berbagai rilisan fisik dan mempertemukan pecinta musik, perayaan RSD di Jakarta tahun ini menampilkan beberapa grup band indie.
Avhath, The Corals, Fuzzy I, Lizzie adalah beberapa grup band yang tampil di panggung berukuran 6 X 4 meter di Pasar Santa lantai tiga. Mereka menunjukkan kreativitas dalam bermusik sekaligus mendapatkan apresiasi dari para pengunjung.
Selain bisa menunjukkan kreativitas di atas panggung, sejumlah musisi juga bisa menunjukkan kreativitasnya lewat rilisan fisik edisi spesial RSD.
Sebagaimana terlihat pada Sabtu (16/4), ada 47 rilisan fisik edisi spesial RSD dari berbagai label musik dan musisi. Di antaranya Mocca, Seringai, Danilla, Raksasa dan Float.
Pemilik Nanaba Records, Jodi Setiawan, sepakat dengan hal itu. Menurutnya, musisi harus menyiapkan materi yang tidak biasa untuk dirilis di RSD. Ia mencontohkan Danilla yang berada di bawah naungan Nanaba Records dan menyiapkan materi sejak satu bulan lalu.
"Materi Danilla disiapkan dari satu bulan lalu. Agak lama proses desain, karena Danilla ingin mengubah gaya sedikit. Dalam rilisan ini Danilla juga banyak turun langsung untuk menggarap, berbeda dari sebelumnya," kata Jodi.
Jodi juga menjelaskan bahwa ada band luar negeri yang merilis vinil dengan kemasan yang benar-benar unik. Salah satunya, The Flaming Lips yang merilis vinil dengan torehan darah masing-masing personel.
(vga/vga)