EKI dan Semangat Indonesia Kekinian

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Jumat, 13 Mei 2016 05:58 WIB
Temanya dipilih agar budaya Indonesia dapat dinikmati secara lebih luas dengan cara menggabungkan tradisi dengan unsur modern.
EKI Update v.1.Ø, menyuguhkan tari-tarian yang berakar dari budaya Indonesia namun dikemas dalam nuansa kekinian. (CNN Indonesia/Silvia Galikano)
Jakarta, CNN Indonesia -- Windu Mataya oleh EKI Dance Company membuka pertunjukan. Sejumlah perempuan berkemben hitam dan berselendang merah muda membawakan “tari Jawa” itu dengan kelincahan dan kecepatan yang tak ditemukan dalam tari Jawa klasik.

Rusdy Rukmarata dan Widyarsi Kristiani Putri koreografernya. Mereka terinspirasi lukisan Srihadi, Bedaya Ketawang, yang menggambarkan para penari bedaya ketawang keraton Solo. Windu Mataya inilah yang pada Februari lalu dijadikan tari pembuka pameran tunggal Srihadi, 70 Tahun Rentang Kembara Roso.

Dalam pergelaran EKI Update v.1.Ø bertema #EtnikKekinian di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (12/5) Windu Mataya merebut perhatian penonton sejak awal. Tari ini rampung di saat yang tak disangka-sangka. Durasinya cuma sekira 5-7 menit.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Windu Mataya jadi pengingat bahwa tari-tari yang akan tampil berikutnya bakal sama pendek-pendeknya. Opposites Attract, The Last Bow, Enggang Genit, Ceker Ceger, Bala Turangga, Lenggok, Kabaret Baliano, hingga Talks. Semua selesai dalam waktu total 90 menit.

EKI Update v.1.Ø, menyuguhkan tari-tarian yang berakar dari budaya Indonesia namun dikemas dalam nuansa kekinian. Aiko Senosoenoto dan Surya Setya Mulya menjadi produser eksekutif. Sedangkan sutradara/koreografer adalah Rusdy Rukmarata.

Tema #EtnikKekinian dipilih agar budaya Indonesia dapat dinikmati masyarakat Indonesia secara lebih luas dengan cara menggabungkan tradisi dengan unsur modern.

Misalnya Opposites Attrack yang dikoreografi Siswanto “Kojack” Kodrata, menggabungkan budaya Jawa dan Tionghoa. Ada pula The Last Bow yang dikoreografi Takako Leen, mengangkat kultur geisha di Jepang.

Geisha senior mengestafetkan posisinya ke geisha muda, maiko, dan memberikan penghormatan terakhir.

Budaya Dayak diangkat lewat Enggang Genit oleh Yuliani Ho Pranoto yang menampilkan burung enggang masuk dalam perangkap pemburu, dan ketika sang pemburu datang, dia melepaskan seluruh burung.

Ceker Geger terbilang menarik. Tari karya Kresna Kurnia Wijaya ini menampilkan sabung ayam… betina. Krisna membalikkan tradisi dan melihat kekinian, ketika kiprah perempuan semakin menonjol. Di akhir tarian, satu ayam terkapar, sang lawan menegakkan leher, dan laki-laki telanjang dada menghitung uang taruhan di pinggir arena.

EKI Update adalah variety show yang dikemas secara kreatif dengan memadukan seni tari, talkshow, dan unsur seni lainnya. Selain tarian, tampil pula perancang busana yang berkreasi dengan batik, Luwi Saluaji, dan musisi Oni Krisnerwinto yang berbagi cerita tentang proses mereka berkarya.

Penonton pun dilibatkan melalui kuis menebak judul lagu daerah dan meneruskan lagu daerah yang dinyanyikan sepotong.

Mulai tahun 2016, Eki Update menggelar karya tiap tiga bulan sekali dengan tujuan memberi hiburan alternatif masyarakat Jakarta.

“Daripada kami pentas di panggung besar, tapi sekali tampil terus hilang, lebih baik begini, di tempat yang tidak besar tapi bisa berkesinambungan,” ujar Aiko saat jeda antarpenampil, di atas panggung.

Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) adalah dance company profesional berpusat di Jakarta yang karya-karyanya memadukan unsur tradisi dan kontemporer. Didirikan pada 1996 oleh Aiko Senosoenoto dan Rusdy Rukmarata.

Keduanya terinspirasi semangat Karmawibhangga, yakni sederet relief candi Borobudur yang kini terkubur, yang menebarkan paham keterbukaan pemikiran dan potret yang jujur dari masyarakat pada zamannya.

EKI Update v.1.Ø masih dapat ditonton pada Jumat (13/5) pukul 19.30 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
EKI Mengusung Etnik Indonesia

Windu Mataya oleh EKI Dance Company membuka pertunjukan. Sejumlah perempuan berkemben hitam dan berselendang merah muda membawakan “tari Jawa” itu dengan kelincahan dan kecepatan yang tak ditemukan dalam tari Jawa klasik.

Rusdy Rukmarata dan Widyarsi Kristiani Putri koreografernya. Mereka terinspirasi lukisan Srihadi, Bedaya Ketawang, yang menggambarkan para penari bedaya ketawang keraton Solo. Windu Mataya inilah yang pada Februari lalu dijadikan tari pembuka pameran tunggal Srihadi, 70 Tahun Rentang Kembara Roso.

Dalam pergelaran EKI Update v.1.Ø bertema #EtnikKekinian di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis (12/5) Windu Mataya merebut perhatian penonton sejak awal. Tari ini rampung di saat yang tak disangka-sangka. Durasinya cuma sekira 5-7 menit.

Windu Mataya jadi pengingat bahwa tari-tari yang akan tampil berikutnya bakal sama pendek-pendeknya. Opposites Attract, The Last Bow, Enggang Genit, Ceker Ceger, Bala Turangga, Lenggok, Kabaret Baliano, hingga Talks. Semua selesai dalam waktu total 90 menit.

EKI Update v.1.Ø, yang menyuguhkan tari-tarian yang berakar dari budaya Indonesia namun dikemas dalam nuansa kekinian. Aiko Senosoenoto dan Surya Setya Mulya menjadi produser eksekutif. Sedangkan sutradara/koreografer adalah Rusdy Rukmarata.

Tema #EtnikKekinian dipilih agar budaya Indonesia dapat dinikmati masyarakat Indonesia secara lebih luas dengan cara menggabungkan tradisi dengan unsur modern.

Misalnya Opposites Attrack yang dikoreografi Siswanto “Kojack” Kodrata, menggabungkan budaya Jawa dan Tionghoa. Ada pula The Last Bow yang dikoreografi Takako Leen, mengangkat kultur geisha di Jepang.

Geisha senior mengestafetkan posisinya ke geisha muda, maiko, dan memberikan penghormatan terakhir.

Budaya Dayak diangkat lewat Enggang Genit oleh Yuliani Ho Pranoto yang menampilkan burung enggang masuk dalam perangkap pemburu, dan ketika sang pemburu datang, dia melepaskan seluruh burung.

Ceker Geger terbilang menarik. Tari karya Kresna Kurnia Wijaya ini menampilkan sabung ayam… betina. Krisna membalikkan tradisi dan melihat kekinian, ketika kiprah perempuan semakin menonjol. Di akhir tarian, satu ayam terkapar, sang lawan menegakkan leher, dan laki-laki telanjang dada menghitung uang taruhan di pinggir arena.

EKI Update adalah variety show yang dikemas secara kreatif dengan memadukan seni tari, talkshow, dan unsur seni lainnya. Selain tarian, tampil pula perancang busana yang berkreasi dengan batik, Luwi Saluaji, dan musisi Oni Krisnerwinto yang berbagi cerita tentang proses mereka berkarya.

Penonton pun dilibatkan melalui kuis menebak judul lagu daerah dan meneruskan lagu daerah yang dinyanyikan sepotong.

Mulai tahun 2016, Eki Update menggelar karya tiap tiga bulan sekali dengan tujuan memberi hiburan alternatif masyarakat Jakarta.

“Daripada kami pentas di panggung besar, tapi sekali tampil terus hilang, lebih baik begini, di tempat yang tidak besar tapi bisa berkesinambungan,” ujar Aiko saat jeda antarpenampil, di atas panggung.

Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI) adalah dance company profesional berpusat di Jakarta yang karya-karyanya memadukan unsur tradisi dan kontemporer. Didirikan pada 1996 oleh Aiko Senosoenoto dan Rusdy Rukmarata.

Keduanya terinspirasi semangat Karmawibhangga, yakni sederet relief candi Borobudur yang kini terkubur, yang menebarkan paham keterbukaan pemikiran dan potret yang jujur dari masyarakat pada zamannya.

EKI Update v.1.Ø masih dapat ditonton pada Jumat (13/5) pukul 19.30 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta. (den)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER