Jakarta, CNN Indonesia -- Penggemar White Shoes and The Couples Company (WSATCC) di Jawa Timur, khususnya di Malang dan Surabaya, siap dimanjakan dua agenda berbeda pada akhir pekan ini. Selain pertunjukan musik, juga pemutaran film dokumenter.
Pertunjukan musik berlangsung di Lembah Dieng, Malang, pada Sabtu besok (14/5). Bagian dari acara Folk Music Festival yang antara lain juga dimeriahkan oleh Float, Mocca, Danilla, Silampukau, Tigapagi, Teman Sebangku, AriReda.
Soal pertunjukan musik kali ini, Ricky Surya Virgana (bass) menyatakan siap menyuguhkan sesuatu yang berbeda. “Semua pasti mengharapkan suasana dengan nada-nada yang sangat folk. Tapi kayaknya White Shoes mau main lagu-lagu kenceng non-folk.”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria yang juga piawai memainkan kontras bass dan cello ini tak menjelaskan lebih detail soal “lagu-lagu kenceng non-folk” itu. Namun dalam pandangannya, "Hidup itu lebih indah dinikmati ketika kita tidak terkotakkan oleh genre.”
Mengingat arena pertunjukan berada di luar ruang dan berhawa dingin, menurut Ricky, penampilan WSATCC bakal menyesuaikan, dengan mengenakan baju lengan panjang dibalut
cardigan. Ditegaskan Ricky, kostum “musim dingin” WSATCC tak berlebihan.
“Kami pernah main di Finland yang dingin, dan kami pakai kostum biasa. Itu santai-santai
aja kok, kalau di atas panggung semua rasa hilang," kata Ricky. Atraksi panggung yang aktif, diakui Ricky, mampu menghangatkan tubuh para personel WSATCC.
Lusa di Surabaya, WSATCC tak sekadar memutar film dokumenternya, melainkan juga melakukan tanya jawab dengan para penggemar. Acara dibagi tiga sesi, pada pukul satu dan tiga siang, berikutnya selepas pukul empat sore.
Kedua agenda, pertunjukan
musik di Malang dan pemutaran
film dokumenter Surabaya sudah diunggah di akun Instagram WSATCC sejak beberapa hari lalu. Setelah itu, WSATCC mengunggah dua foto aksi di Cikini, sepekan lalu.
Dua agenda WSATCC di Jawa Timur tersebut mengingatkan dua agenda sepekan lalu Jakarta. Pada Rabu malam (4/5), WSATCC juga memutar film dokumenternya, dilanjutkan menggelar konser di Gedung Kesenian Jakarta.
Film dokumenter bertajuk White Shoes & The Couples Company di Cikini itu mengisahkan kedekatan WSATCC dengan Cikini. Di kawasan ini, terdapat kampus Institut Kesenian Jakarta, di mana para personel WSATCC berkuliah.
Setelah menonton film berdurasi 84 menit itu, hadiri menonton konser WSATCC nan sederhana, tanpa tata lampu maupun tata panggung berlebihan. Tanpa menyapa penonton terlebih dahulu, Sari cs langsung membawakan lagu Bersandar.
Tidak tampil seperti biasanya, saat membawakan lagu itu ditemani oleh seorang perempuan yang bermain cello. Perempuan itu bernama Sisi yang merupakan anak dari Ricky (bass) dan Mela (keyboard) yang kini sudah bercerai.
"Terima kasih sudah hadir dan menyaksikan film dokumenter White Shoes. Selanjutnya kami akan membawakan lagu yang udah jarang dibawai. Langsung aja ya," kata Sari seraya mengestafet lagu Sunday Memory Lame.
Kali ini mereka diiringi oleh suara flute yang dimaikan oleh Hari Winanto. Hari sendiri sudah bekerja sama dengan WSATCC sejak album pertama. Begitu lagu usai, Ale (gitar) menyapa penonton, sebelum membawakan lagu Pelan Tapi Pasti.
Terihat Sari joget minimalis di atas panggung sesuai irama petikan gitar. Lalu, tanpa jeda meraka langsung membawakan tiga lagu secara berurutan. Dua di antaranya adalah Vakansi serta Kapiten & Gadis Desa.
Saat menyanyikan lagu Vakansi, Hari menunjukkan kemampuannya bermain flute. Di pertengahan lagu, Hari memainkan flute sendiri tanpa iringan alat musik lain. Setelah tiga lagu mengalun, seketika panggung menggelap.
Tak lama, lampu kembali menyala. Lampion putih menyorotkan cahaya kekuningan yang tidak terlampau benderang. Agaknya WSATCC memang tidak butuh dekorasi panggung berlebihan, karena toh lagu-lagu mereka sangat filosofis.
Setelah membawakan lagu Senja, Ale mencairkan suasana dengan menyapa penonton, “Ada yang tahu enggak gedung ini udah berapa lama? Ini dari tahun 1814, pernah jadi bioskop di tahun 1960 dan kembali jadi gedung kesenian di tahun 1990.”
Ale menegaskan, “Ini tempat punya sejarah buat kami ketika kami nonton atau pun nge-job.” WSATCC pun mengukir sejarah di hati para penggemar dengan melantunkan tiga lagu, dua di antaranya Suburbia dan Cerita dari Selatan Jakarta.
Histeria para penonton semakin menjadi-jadi kala lagu Topstar mengalun. Mereka bersorak dan bertepuk tangan. Melihat antusiasme para penonton, Sari mengajak mereka mendekat ke bibir panggung.
"Buat yang udah enggak tahan untuk joget, ayo, sini ke depan. Namanya udah Gedung Kesenian Jakarta loh, masa kalian enggak joget," kata Sari. Karuan saja para penonton berlari mendekat dan berjoget bersamanya di lagu Lembe-lembe dan Matahari.
Seolah tenggelam bersama Matahari, Sari dkk silam ke balik panggung. Para penonton pun histeris lagi meminta mereka kembali beraksi. Tak butuh waktu lama, WSATCC segera menggebrak dengan Senandung Maaf, disambung Aksi Kucing.
"Senang rasanya bisa melihat kalian lepas melihat kami. Kalian bernyanyi dan menari bersama. Kalian enggak akan lupa malam ini pernah nonton White Shoes," kata Sari. Agaknya kenangan serupa bakal dialami para penonton di lereng Dieng, besok (14/5).