White Shoes Bawa Memori Cikini ke Jawa Timur

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Jumat, 13 Mei 2016 19:15 WIB
Dua agenda White Shoes di Jawa Timur, pertunjukan musik dan pemutaran film dokumenter, mengingatkan dua agenda sepekan lalu Jakarta.
White Shoes and The Couples Company (CNN Indonesia/Safir Makki)
Dua agenda WSATCC di Jawa Timur tersebut mengingatkan dua agenda sepekan lalu Jakarta. Pada Rabu malam (4/5), WSATCC juga memutar film dokumenternya, dilanjutkan menggelar konser  di Gedung Kesenian Jakarta.

Film dokumenter bertajuk White Shoes & The Couples Company di Cikini itu mengisahkan kedekatan WSATCC dengan Cikini. Di kawasan ini, terdapat kampus Institut Kesenian Jakarta, di mana para personel WSATCC berkuliah.

Setelah menonton film berdurasi 84 menit itu, hadiri menonton konser WSATCC nan sederhana, tanpa tata lampu maupun tata panggung berlebihan. Tanpa menyapa penonton terlebih dahulu, Sari cs langsung membawakan lagu Bersandar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak tampil seperti biasanya, saat membawakan lagu itu ditemani oleh seorang perempuan yang bermain cello. Perempuan itu bernama Sisi yang merupakan anak dari Ricky (bass) dan Mela (keyboard) yang kini sudah bercerai.

"Terima kasih sudah hadir dan menyaksikan film dokumenter White Shoes. Selanjutnya kami akan membawakan lagu yang udah jarang dibawai. Langsung aja ya," kata Sari seraya mengestafet lagu Sunday Memory Lame.

Kali ini mereka diiringi oleh suara flute yang dimaikan oleh Hari Winanto. Hari sendiri sudah bekerja sama dengan WSATCC sejak album pertama. Begitu lagu usai, Ale (gitar) menyapa penonton, sebelum membawakan lagu Pelan Tapi Pasti.

Terihat Sari joget minimalis di atas panggung sesuai irama petikan gitar. Lalu, tanpa jeda meraka langsung membawakan tiga lagu secara berurutan. Dua di antaranya adalah Vakansi serta Kapiten & Gadis Desa.

Saat menyanyikan lagu Vakansi, Hari menunjukkan kemampuannya bermain flute. Di pertengahan lagu, Hari memainkan flute sendiri tanpa iringan alat musik lain. Setelah tiga lagu mengalun, seketika panggung menggelap.

Tak lama, lampu kembali menyala. Lampion putih menyorotkan cahaya kekuningan yang tidak terlampau benderang. Agaknya WSATCC memang tidak butuh dekorasi panggung berlebihan, karena toh lagu-lagu mereka sangat filosofis.

Setelah membawakan lagu Senja, Ale mencairkan suasana dengan menyapa penonton, “Ada yang tahu enggak gedung ini udah berapa lama? Ini dari tahun 1814, pernah jadi bioskop di tahun 1960 dan kembali jadi gedung kesenian di tahun 1990.”

Ale menegaskan, “Ini tempat punya sejarah buat kami ketika kami nonton atau pun nge-job.” WSATCC pun mengukir sejarah di hati para penggemar dengan melantunkan tiga lagu, dua di antaranya Suburbia dan Cerita dari Selatan Jakarta.

Histeria para penonton semakin menjadi-jadi kala lagu Topstar mengalun. Mereka bersorak dan bertepuk tangan. Melihat antusiasme para penonton, Sari mengajak mereka mendekat ke bibir panggung.

"Buat yang udah enggak tahan untuk joget, ayo, sini ke depan. Namanya udah Gedung Kesenian Jakarta loh, masa kalian enggak joget," kata Sari. Karuan saja para penonton berlari mendekat dan berjoget bersamanya di lagu Lembe-lembe dan Matahari.

Seolah tenggelam bersama Matahari, Sari dkk silam ke balik panggung. Para penonton pun histeris lagi meminta mereka kembali beraksi. Tak butuh waktu lama, WSATCC segera menggebrak dengan Senandung Maaf, disambung Aksi Kucing.

"Senang rasanya bisa melihat kalian lepas melihat kami. Kalian bernyanyi dan menari bersama. Kalian enggak akan lupa malam ini pernah nonton White Shoes," kata Sari. Agaknya kenangan serupa bakal dialami para penonton di lereng Dieng, besok (14/5).

(vga/vga)

HALAMAN:
1 2
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER