Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap pekan, Hollywood punya laporan terperinci soal jumlah penonton dan pundi-pundi yang dihasilkan tiap film. Sayangnya, itu belum bisa diterapkan di Indonesia, meski kondisi perfilman lokal sedang bergairah.
Ada Apa dengan Cinta? 2 misalnya, ditonton oleh lebih dari 3,5 juta orang meski berhadapan dengan
Captain America: Civil War. Pun demikian dengan
My Stupid Boss, yang menembus dua juta penonton di tengah euforia kembalinya
X-Men: Apocalypse.Namun biasanya hanya rumah-rumah produksi film yang besar dan sukses yang mengakui jumlah penonton mereka. Film-film yang flop, kebanyakan menyimpan jumlah penontonnya. Padahal di Hollywood itu semua terbuka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf mengaku sedang mengupayakan sistem integrasi
box office di Indonesia. Menurutnya, itu penting untuk mengetahui perkembangan film nasional.
"Sekarang masih kami godok. Ini sudah terjadi di negara lain tetapi di Indonesia belum. Selama ini kan main klaim-klaim saja," kata Triawan kepada CNNIndonesia.com.
Ayahanda Sherina Munaf itu menjelaskan, sebenarnya ada aturan dalam undang-undang agar bioskop melaporkan jumlah penonton kepada publik. Itu di bawah tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Karena ada Bekraf, Triawan dan Kemendikbud saat ini sedang membagi tanggung jawab itu.
"Selama ini ada di UU tapi enggak ada sanksi [jika tidak melaporkan]. Kami harus mengatur ulang karena itu sebenarnya aturan yang memaksa."
Jika sistem itu sudah berjalan, Bekraf ingin ada laporan jumlah penonton dari bioskop secara reguler satu bulan sekali. Laporan itu juga seharusnya tertera dalam situs bioskop yang selalu diperbarui setiap salah satu film tayang.
Dengan demikian, pengunjung pun bisa mengetahui jumlah penonton
real time. Triawan menegaskan, itu penting sebagai transparansi dari bisokop dan perusahaan film.
Demi itu, Bekraf bahkan tidak keberatan jika harus membiayasi sistem integrasi
box office. Selain tidak terlalu mahal, masih banyak anggaran Bekraf yang belum digunakan. Pasalnya Bekraf merupakan lembaga negeri baru yang belum memiliki anggaran besar.
"Anggaran kami tahun lalu sedikit, tetapi tetap bisa jalan efektif karena banyak yang mendukung. Sampai saat ini deputi pemasaran adalah deputi yang paling banyak menggunakan anggaran Bekraf," kata Triawan.
(rsa)