Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah era digital lima tahun belakangan, rilisan fisik dari berbagai musisi kembali diburu pecinta musik. Banyak toko musik di beberapa negara yang hidup kembali dengan menjual rilisan fisik. Dari semuanya, piringan hitam kini menjadi yang paling dicari.
Tingginya permintaan pencinta musik itu membuat toko berlomba-lomba menjual rilisan fisik dan mencari keuntungan. Bahkan Sainsbury, pasar swalayan yang menjual barang sehari-hari di Inggris pun mulai menawarkan rilisan fisik sebagai dagangannya.
Mengutip NME, pasar swalayan Sainsbury mengaku sebagai toko rilisan fisik terbesar di Inggris. Klaim itu dinyatakan tak lama setelah mereka mengumumkan menjual piringan hitam dari musik klasik sampai kontemporer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sainsbury mengaku mulai menyiapkan piringan hitam itu sejak Maret lalu.
Sainsbury juga menyatakan sebagai toko rilisan fisik yang menyumbang penjualan piringan hitam terbanyak di Inggris. Pangsa pasarnya sebesar delapan persen dari seluruh penjualan piringan hitam di Inggris.
Berkembangnya pasar swalayan Sainsbury yang menjual rilisan fisik merupakan sejarah baru bagi industri musik Inggris. Terutama untuk piringan hitam yang kembali eksis.
Sebelumnya, Tesco menjadi pasar swalayan pertama yang menjual rilisan fisik. Tesco mulai menjual rilisan fisik setelah musik memasuki era digital. Mereka memperkenalkan kembali piringan hitam kepada pasar swalayan lain sejak tahun lalu, mengingat ketertarikan pencinta musik Inggris terhadap rilisan fisik semakin besar dari tahun ke tahun.
Data BPI (British Phonographic Industry) menunjukkan, pada 2015 penjualan fisik di Inggris mencapai 2,1 juta keping. Itu angka terbanyak setelah 1994, yang merupakan tahun kemunculan musisi besar seperti Oasis, Bon Jovi, dan The Beautiful South.
Penjualan vinil pada 2015 berhasil meraup keuntungan sebesar Rp495 miliar. Angka itu sedikit melampaui keuntungan penjualan dari YouTube dan layanan lainnya: Rp480 miliar.
(rsa/vga)