Keisengan Coki 'Netral' Merambah Jazz Rasa Lokal

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Rabu, 27 Jul 2016 07:45 WIB
Berawal dari keisengan bermusik, Coki dan dua rekannnya menggarap album musik beraliran fussion jazz bertajuk Sunyotok by Coki Bollemeyer.
Berawal dari keisengan bermain musik, Coki dan dua rekannnya menggarap album musik beraliran fussion jazz bertajuk Sunyotok by Coki Bollemeyer. (CNN Indonesia/Munaya Nasiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Para penggemar fanatik Coki 'NTRL' tentu paham benar transformasinya di dunia musik, dari si pemalu di grup band Base Jam yang memainkan pop, menjelma menjadi si garang di Netral alias NTRL yang menggaungkan alternative rock.

Kini, sang pemilik nama asli Christopher Bollemeyer bertransformasi lagi. Kali ini, sang gitaris mencoba peruntungannya bersolo karier dengan melantunkan jazz. Tak sendirian, melainkan ditandem dua temannya, Jerremia L. Gaol (bass) dan Mario Obedh (drum).

Berawal dari keisengan bermain musik, ketiganya kompak menggarap album musik beraliran fussion jazz bertajuk Sunyotok by Coki Bollemeyer. Album berisi delapan lagu ini merupakan kelanjutan dari single berjudul Negative yang dirilis pada pertengahan Juni lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Konsepnya bersenang-senang," ujar Coki tentang proyek solonya dalam sesi khusus bersama awak media massa di Jakarta, baru-baru ini. "Terserah orang mau bilang ini genre-nya apa, gue pengin happy-happy aja. Gue pengin coba fuse semua yang gue alami lah, istilahnya."

Konsep bersenang-senang juga terlihat dari cara berpakaian Coki cs yang mengenakan kemeja batik dan peci, yang agaknya kurang lazim dikenakan rocker maupun jazzer. Coki menyebut kostumnya "Indonesiana dan busana nasional." Ia ingin terlihat sederhana dalam berpenampilan.

"Tampilan Indonesia, kesehariaannya juga Indonesia. Penginnya bangga jadi orang Indonesia," kata pria 39 tahun ini. Bahkan tak tertutup kemungkinan jika sewaktu-waktu ia menggunakan kostum lain yang tetap berciri tradisional. "Mungkin pakai blangkon atau pakai kain," katanya.

Sesederhana itu pula lah latar belakang pemilihan Sunyotok sebagai judul album. Coki beralasan, "[Ide] yang nyangkut di kepala gue, Sunyotok aja." Namun ia tidak memungkiri sumber inspirasi Sunyotok adalah seniman serba bisa Indonesia yang legendaris, Gatot Sunyoto.

Album Sunyotok by Coki Bollemeyer memang baru selesai pada bulan ini. Namun rupanya keinginan Coki mengarap album sudah dipendam sejak dua dekade lalu. Hanya saja, ia baru mendapat kesempatan untuk membuat album pada 2014.

"Memang alamnya kali yang milih sekarang, gue nge-flow aja. Kebetulan tahun segitu baru arahnya ke sini," ungkap Coki.

Peluang Coki menggarap proyek solo makin terbuka setelah bertemu dua rekannya, Moko dan Prasna dari label rekaman Shoemaker Studios, yang didirikan pada September 2015.

Sejak itu, satu per satu agenda proyek solo disusun bersama. "Tahun pertama dua kali pertemuan ya," kata Coki. "Tahun ke-dua agak intens, karena kami memang pengin bikin project ini."

Proses rekaman pun tak sebentar. "Untuk take drum satu hari, take bass satu hari. Saya take gitar tiga bulan," katanya. Setelahnya, tahap akhir produksi dilakukan di Nashville, Amerika Serikat.

Proses tersebut memang cukup lama, namun itu diakui pria lulusan Music Institute, Los Angeles, lantaran ia tidak ingin terburu-buru. "Pengin santai," ujarnya. Kesabarannya pun membuahkan hasil.

Lagu Negative yang telah lebih dulu dirilis berhasil menduduki posisi pertama di iTunes di Indonesia. Hal ini diakui Prasna, produser Shoemaker Studios, sebagai hal yang sama sekali tak ia sangka.

Tak ada tantangan yang berarti dalam pembuatan lagu. Ini diakui Coki lantaran ia dan kawan-kawan memiliki selera serupa. "Kami yang soulful, dateng dari hati, yang agak groovy," ujar Coki.

Coki mengaku memang menyukai jazz. Ia menyebut musisi jazz kawakan Miles Davis sebagai salah satu sumber inspirasi. Meski begitu, Coki tak lantas kini mengaku-aku sebagai musisi jazz. "Beberapa band juga, rock, metal, itu yang jadi inspirasi," ia menambahkan.

Tak hanya bercerita saja, Coki cs juga unjuk kebolehan mereka memainkan beberapa lagu di atas panggung nan gemerlap, di antaranya: Herbs, Rainy Season dan Negative. Dengan menggunakan kemeja batik dan peci, penampilan mereka sangat memukau.

Coki memainkan gitarnya dengan serius, sesekali ia mencairkan suasana dengan bergurau. Tak lupa ia menuturkan kisah di balik lagu. Rainy Season, misalnya, dikatakan Coki sebagai "lagu pengantar hujan."

"Tapi bukan hujan yang [saat jalanan] macet gitu. Gue ngebayanginnya itu di gunung, alam gitu," ia berkilah.

Selain itu, video musik Negative juga ditampilkan. Tak hanya memperlihatkan ciri batik dan peci saja, di video tersebut, dengan menggunakan setelan tuksedo yang dipadukan kemeja putih dan topi fedora, Coki memainkan gitarnya di pinggiran jalan ibu kota pada malam hari.

Coki cs berharap nantinya album ini bisa diterima oleh masyarakat Indonesia. "Penginnya sih gue bisa main atau manggung ke daerah-daerah juga, enggak cuman event tertentu, ya di luar festival gitu," Coki mengutarakan harapannya.

Selain didukung Shoemaker Studios, rekan seperjuangannya di NTRL, Bagus dan Eno, juga ikut memberikan semangat. Keduanya hadir di sesi khusus Coki cs bersama awak media massa.

"Emang NTRL enggak pernah menutup [peluang] kalau [masing-masing] kami berkarya," Coki memaparkan.

 Sunyotok by Coki Bollemeyer dibanderol harga Rp35 ribu dan sudah bisa dinikmati di iTunes serta layanan streaming Spotify.

(vga/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER