Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai orang yang berpengalaman berkeliling dunia untuk menggelar aksi
stand up comedy, Pandji Pragiwaksono tentu tidak asing dengan polah sebagian kaum muda yang merupakan penonton dan penggemarnya.
Apalagi belakangan, Pandji tengah menjalani
Juru Bicara Stand Up Comedy World Tour di lima benua, yang dipungkas di Jakarta, pada 10 Desember 2016. Pengalaman ini pun mengerucutkan pemahaman bahwa “sesungguhnya semua orang di seluruh dunia itu sama.”
“Kita semua memiliki keinginan dan kecemasan yang sama. Hanya saja konteksnya disesuaikan dengan tempat mereka tinggal. Tapi kita semua ini makhluk yang sama. Spesies yang sama. Insting kita sama,” kata Pandji kepada CNNIndonesia.com via surel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemahaman itu membuat Pandji tak lagi tercengang melihat polah sebagian kaum muda yang mengumbar keinginan—terutama untuk eksis—dan kecemasan di ranah maya. Seperti polah seorang dara 19 tahun yang membeberkan pengakuan ‘lebay’ via YouTube.
“Anak muda selalu mencari tempat dan cara untuk mengekspresikan diri, mengaktualkan diri. Apa yang anak muda lakukan dari
jaman ke
jaman selalu sama: dari mengirim surat ke koran,
request ke radio, tawuran, menulis
blog, sampai vlogging. Bukan hal baru.”
Pandji menilai ada banyak orang muda yang berkiprah positif di dunia maya. Nama-nama terkenal macam Raditya Dika, Chandra Liow, Gofar, Young Lexx, Joshua Suherman, Andira, Sheggario, diakui Pandji, mampu menyajikan konten yang baik sesuai pasarnya.
Bagi Pandji, yang sejak lama aktif menulis
blog di
website pribadi, sebetulnya pakem berkiprah di ranah maya sederhana saja. “Prinsipnya,” kata Pandji, “adalah memastikan bahwa perilaku kita di media sosial sama dengan di dunia nyata.”
Selama
netizen berperilaku sama baik di dunia maya maupun nyata, Pandji yakin, kondisinya bakal baik-baik saja.
Netizen harus menunjukkan tanggung jawab dan integritas di dunia nyata maupun maya. Bila tidak, maka harus siap menjadi korban
bully.
“Kita bebas melakukan apa pun selama kita siap mempertanggung jawabkan. Hanya saja, kebanyakan anak muda berpikir karena dia ada di sebuah pojok di dunia ini, dia bebas melakukan apa saja. Padahal tidak demikian,” kata pria kocak ini, serius.
Jadi tema apa pun layak dibahas dan diunggah di akun media sosial, asalkan disertai tanggung jawab. Tidak berbeda dengan di dunia nyata. Jikapun kemudian muncul reaksi negatif, macam
cyber-bullying, Pandji menganggapnya, biasa saja.
Menurut Pandji, reaksi negatif orang-orang terhadap opini tertentu yang disampaikan via media sosial sudah berlangsung sejak lama. Tak jarang ia menerima makian atau lontaran kata-kata bernada antipati via Twitter dan lain-lain.
Namun di sisi lain, Pandji geli lantaran orang yang memakinya di dunia maya kemungkinan besar tidak akan berani melakukan hal serupa di dunia nyata. Pandji pun tidak ambil pusing bila dirinya di-
bully. Soal ini, ia punya trik tersendiri.
“Kalau kita menjadi korban
bully, sebaiknya kita tinggalkan dulu media sosial selama hari tersebut. Besok, mulai lagi dengan membuka obrolan baru,” kata penggemar berat sepak bola ini sembari membeberkan dua alasan sejenak menghindari media sosial.
Pertama, bila terus membaca dan menanggapi aksi
bully, malah bisa terpancing emosi. Pandji khawatir, emosi malah mendorong untuk mengicaukan hal-hal yang kelak disesalkan. Ke-dua, buka obrolan baru. Beralih ke tema baru membuat orang melupakan tema sebelumnya.
Pandji menilai rata-rata
netizen tak ubahnya Dory di film
Finding Dory yang mudah lupa. Bila kemarin mereka terpancing tema tertentu, lalu melakukan aksi
bully, maka pada hari berikutnya, mereka lupa dan larut dalam tema baru.
Menyadari ada kalanya orang bereaksi keras terhadap opini tertentu, Pandji mewanti-wanti anak-anaknya soal marka-marka kehidupan sosial di dunia nyata. Tujuannya, agar anak-anak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dalam bergaul dan bersosialisasi.
Dengan begitu, Pandji yakin, anak-anaknya otomatis mempraktekkan cara bergaul yang sama di dunia maya. “Rasanya penting untuk orang tua mengingatkan terus kepada anak anaknya bahwa perangai mereka di media sosial harus sama dengan dunia nyata.”
Kata-kata yang tidak pantas diucapkan di dunia nyata, ditegaskan Pandji, juga pantang dikicaukan di dunia maya. Polah di dunia maya harus sama baik dengan di dunia nyata.
(vga/vga)