ULASAN FILM

Mimpi Terburuk Conan Bertemu Organisasi Berbaju Hitam

M. Andika Putra | CNN Indonesia
Rabu, 24 Agu 2016 15:18 WIB
Film terbaru Detective Conan: The Darkest Nightmare mempertemukan si detektif cilik dengan salah satu anggota organisasi yang mengerdilkannya.
Detective Conan: The Darkest Nightmare siap tayang di Indonesia. (detectiveconanworld.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Saat berwujud sebagai Shinichi Kudo maupun Conan Edogawa, karakter fiktif bikinan Aoyama Gosho itu selalu menjadi magnet bagi kasus. Cerita komiknya seakan tak berujung sampai sekarang setop sementara di seri ke-88. Begitu juga filmnya.

Terhitung sudah ada 20 film layar lebar tentang Conan, belum termasuk serialnya di televisi. Film terbaru berjudul Detective Conan: The Darkest Nightmare, yang baru dirilis di Indonesia pekan ini.

Cerita yang juga masih dibikin Gosho itu mengungguli Captain America: Civil War di tanah kelahirannya. Masyarakat Jepang lebih memilih menonton Conan ketimbang intrik Captain America dan Iron Man. Bagaimana dengan di Indonesia?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nyatanya, film itu tidak terlalu membuat penasaran. Berdurasi sekitar dua jam, alur ceritanya tidak jauh berbeda dengan kebanyakan film aksi spionase Hollywood. Mudah ditebak.

Padahal sejak pertama diterbitkan pada 1994, cerita-cerita Conan identik dengan twist yang mengejutkan di akhir cerita. Naskah film yang dibuat Gosho bersama Junichi ii Iioka tidak berhasil mengikat emosi penonton sejak awal cerita.

Film pun terasa membosankan. Selain mudah ditebak, beberapa adegan bahkan terasa tidak masuk akal. Misalnya saat seseorang yang sudah terluka cukup parah tapi masih bisa berkendara.

Di film-film aksi Hollywood semacam Die Hard dan Jason Bourne, atau film spionase semacam Mission Impossible dan James Bond, mungkin itu sah. Tapi sejak awal komik dan serial, Conan identik dengan logika cerita bahkan di setiap adegan yang muncul.

Kekurangan lain dari Detective Conan: The Darkest Nightmare adalah penerjemahan Indonesia yang kurang baik. Banyak salah ketik di terjemahannya.

Untungnya, film masih bisa 'diselamatkan' secara grafis. Sutradara Kobun Shizuno masih mempertahankan karakter animasi yang khas Conan. Grafisnya persis dengan komik. Demikian pula efek-efek visual yang digunakan di film.

Conan dan Ai Haibara yang membeliak, Ran yang berlinang air mata, Suichi Akai yang misterius, semua tergambar sesuai karakter di komiknya. Latar musik di sepanjang film pun terasa 'Conan.'

Musik di awal film dengan adegan kejar-kejaran organisasi berbaju hitam, misalnya. Musiknya dibuat menegangkan, gambarnya dibuat membikin penasaran. Adegan itu berlanjut ke sebuah kecelakaan yang melibatkan salah satu anggota.

Anggota itu pun hilang ingatan. Saat bertemu Conan dan kawan-kawannya, ia tak ingat apa pun. Rasa ingin tahun Conan yang tinggi membuatnya terlibat dalam pencarian identitas anggota itu. Misteri demi misteri pun terungkap, menyeret Conan lebih dekat ke organisasi berbaju hitam.

Sampai akhir saat agen mata-mata profesional dari beberapa negara terlibat, grafis dan musik film ini mampu dipertahankan secara khas 'Conan.' The Darkest Nightmare pun bisa menghibur penggemar Conan di tengah penantian komik selanjutnya. (rsa/rsa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER