Jakarta, CNN Indonesia -- Kelompok komedi Warkop DKI dikenal dengan lawakan bergaya
 slapstick atau yang membuat diri sendiri terlihat konyol. Dengan lawakan seperti itu, Wahyu Sardono (Dono), Kasino Hadiwibowo (Kasino) dan Indrojoyo Kusumonegoro (Indro) berhasil membuat penonton tertawa.
Dono, Kasino dan Indro menerapkan gaya
 slapstick dalam 34 filmnya yang dirilis sejak era 80-an sampai 90-an.
Namun, seiring perkembangan zaman, lawakan bergaya ini semakin tertebak, seperti yang dikatakan oleh Bene Dion Rajagukguk, salah satu penulis naskah film kebangkitan Warkop DKI, 
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Karakter Dono, Kasino dan Indro dalam film itu diperankan oleh aktor-aktor masa kini, Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian dan Tora Sudiro.
"Era komedi 
slapstick saat ini sudah lewat. Itu terjadi karena jenis komedi 
slapstick selalu datang dengan bungkus yang sama. Saat ini lebih banyak komedi dengan gaya situasi dan verbal," kata Bene, saat dihubungi 
CNNIndonesia.com pada Kamis (8/9).
  
Sejak bulan November 2015, Dion sudah memutar otak. Bersama Andi Wijaya, ia harus menulis cerita yang khas namun terasa kekinian.
Pengerjaan naskah memakan waktu selama tiga bulan. Selama itu Bene dan Andi rutin berdiskusi dengan personel Warkop DKI Indro, sutradara Anggi Umbara dan komika stand-up comedy yang ditunjuk sebagai konsultan komedi, Arie Kriting.
Selama proses diskusi, Bene dan Andi menjelaskan runutan lawakan dalam naskah kepada Indro dan Anggi, yang lalu menambahkan saran.
Diskusi panjang itu membuahkan skenario akhir film 
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos, setelah diperbaharui sebanyak enam kali.
"Kami mau mempertahakan komedi 
slapstick di film ini. Itu sulit, karena komedi
 slapstick itu 
ketebak. Kami harus menyajikan komedi 
slapstick yang segar," kata Bene.
"Om Indro kasih 
tau ke kami porsi lawakan dalam setiap karakter. Dia paling banyak memberi masukan, karena memang dia yang paling mengerti Warkop seperti apa," lanjutnya.
Dalam wawancara yang berbeda, Andi menambahkan, "porsi komedi setiap karakter kami 
ikutin pola Warkop yang dulu. Kalau Dono lebih banyak diam dan sering jadi korban. Indro posisinya di tengah dan Kasino itu paling sering nyeletuk. Dialog Kasino juga paling banyak."
Tim penulis naskah juga melakukan survei selama penulisan naskah berlangsung. Berkali-kali mereka menonton film Warkop, agar menemukan formula komedi 
slapstick yang tepat.
Proses itu terbilang sulit, karena mereka harus membuat komedi 
slapstick yang tidak hanya lucu menurut mereka, tapi juga penonton bioskop lainnya.
Dari sekian banyak film Warkop, mereka fokus untuk menonton tiga film, yaitu film
 Chips (1982), 
Setan Kridit (1982) dan
 IQ Jongkok (1981).
Tiga film itu dijadikan inspirasi utama untuk film 
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos."Candaan 
slapstick yang kami temukan itu 
dikaitin dengan kejadian saat ini. Namun, ada beberapa candaan lama Warkop yang kita masukkan juga dalam film ini. Supaya khas warkop 
ga hilang," ujar Bene.
Beberapa waktu yang lalu, Anggi menjelaskan porsi komedi dalam film sebanyak 30 persen komedi lama dan 70 persen komedi baru.
Film 
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos juga memuat beberapa dialog yang diambil dari judul film Warkop terdahulu.
"Tujuannya nostalgia, makanya kami masukkan itu. Kalau dialog yang paling terkenal itu 'jangkrik bos' dan 'baju merah jangan sampai lolos', kami berpikir 
gimana itu bisa masuk ke naskah," kata Bene.
Bene melanjutkan, "kalau untuk judul film ga semua kami masukkan, hanya judul yang nyambung dengan dialog film saja supaya 
ga maksa. Dari 34 judul film Warkop, kami bisa masukkan 28 judul film."
Bene merasa komedi 
slapstick tidak akan pernah punah. Hanya saja untuk mempertahankannya, harus melewati berbagai proses, sehingga lawakan itu tetap terasa segar.
Tim produksi film 
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos sudah merampungkan proses syuting untuk film lanjutan. Bene dan Andi juga masih menulis naskahnya.
Alur Cerita Memang Tidak KuatBene menjelaskan bahwa elemen utama dalam film ini adalah komedi, sehingga ia bisa memahami kalau ada yang mengritik kalau film 
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Bos dirasa kurang kuat.
"Kami 
pingin orang 
dateng nonton film ini untuk nikmatin komedi. Kami sadar alur cerita film ini memang tidak kuat, karena kami memang 
ga fokus ke sana," ujar Bene.
Sebagai senior, Indro tidak merasa besar kepala selama produksi. Dikatakan Bene, ia memercayai perwujudan adegan komedi itu kepada tim penulisan naskah.
"Kalau lagi 
reading naskah kami semua tertawa. Om Indro selalu bertanya 'ini lawakannya 
nyampe ga ke anak zaman sekarang'. Ia takut kalau komedi versi dia tidak lucu untuk generasi milenial," kata Andi.
Peran Arie juga cukup besar untuk bagian komedi dari film ini. Andi mengatakan, kalau Arie banyak berperan saat berada di lokasi syuting.
Arie membantu Anggi di lokasi syuting untuk menentukan kapan dan seperti apa komedi harus ditonjolkan.
Bene mengaku puas dengan hasil kerja timnya. Harapannya sederhana; penonton masih tertawa setelah keluar bioskop.
Sama dengan Bene, Andi juga merasa puas. Namun, ada beberapa hal kecil yang menurutnya masih kurang sempurna. Seperti karakter Kasino yang kurang menonjol pada Vino.
"Kasino identik dengan celetukan spontan yang lucu. Tapi untuk memerankan sosok yang sudah dikenal semirip mungkin memang sulit," kata Andi. 
(ard)