Jakarta, CNN Indonesia -- Jantan, menunggang kuda, mengoperasikan senjata. Itu gambaran koboi abad ke-18. Di antara mereka ada Sam Chisolm (Denzel Washington), pemburu bayaran. Langkahnya tegap, gerakannya cepat, tembakannya pun tepat.
Di balik kejantanannya itu Chisolm memutuskan membantu perempuan bernama Emma Cullen (Haley Bennett) untuk merebut kembali kota Rose Creek. Selama ini, Rose Creek dikuasai pengusaha Bartholomew Bogue (Peter Sarsgaard).
Diiming-imingi uang oleh Cullen, Chisolm merekrut enam orang dengan kemampuan khusus masing-masing. Ada penembak jitu maupun pelacak jejak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tujuh orang menjadi satu kelompok: The Magnificent Seven. Selain Chisolm mereka adalah Josh Farraday (Chris Pratt), Goodnight Robicheaux (Ethan Hawke), Jack Horne (Vincent D'Onofrio), Billy Rocks (Byung-hun Lee), Vasquez (Manuel Garcia-Rulfo), dan Red Harvest (Martin Sensmeier). Enam koboi, satu Indian.
Diproduksi Metro Goldwyn Mayer (MGM),
The Magnificent Seven merupakan pembuatan ulang dari versi klasik yang dirilis 1960.
Judulnya sama, garis ceritanya pun tidak jauh berdea. Intinya ada sekumpulan koboi menolong warga kota yang tertindas dari pengusaha. Namun film kali ini punya detail yang berbeda. Nama lokasi misalnya, dibuat berbeda dari tahun 1960.
The Magnificent Seven kali ini juga memberi perhatian lebih kepada tiap karakter. Ada perekrutan yang jelas yang dilakukan ole Chisolm. Tiap karakter yang direkrutnya juga punya latar belakang penting terhadap jalan cerita film itu.
Detail-detail itu membuat adegan demi adegan
The Magnificent Seven terasa lebih berkaitan dan masuk akal. Jalan ceritanya lebih terbungkus rapi tapi penuh isi, meski konfliknya sebenarnya sangat sederhana. Menonton film ini meningkatkan pada Mad Max: Fury Road, yang alurnya sederhana tapi tiap adegannya bermakna.
Belum lagi aksi baku tembak antarkoboi yang membuat adegan terasa seru. Film pun tak terasa membosankan karena selalu ada balutan menarik di setiap adegan.
Kerja tim produksi untuk membuat set lokasi syuting patut diacungi jempol. Mereka berhasil membuat lokasi yang benar-benar terlihat seperti abad ke-18. Begitu juga dengan pakaian dari aktor dan orang-orang yang terlihat dalam film. Semua detail.
Score musik film juga terdengar baik. Pada adegan tegang, score sangat mendukung untuk membangun emosi penonton. Begitu juga pada adegan melankolis. Sudut pengambilan gambar pun selalu bisa menampilkan sisi menarik.
Sutradara Antoine Fuqua serta penulis naskah Nic Pizzolatto dan Richard Wenk berhasil bekerja sama membuat film itu layak diberi nilai tujuh dari sepuluh.
The Magnificent Seven bisa disaksikan di bioskop Indonesia mulai Jumat (23/9).
(rsa)