Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia kembali berkompetisi di Asian Film Market (AFM) yang masih menjadi bagian dari Busan International Film Festival (BIFF) 2016. Terdapat enam film yang diunggulkan dalam ajang yang digelar 6 hingga 15 Oktober 2016 itu.
Enam film yang dijadikan ‘sajian utama’ di stan Indonesia yang mengusung tema ‘Indonesian Cinema: Stories from 17.000 Wonderlands’ itu adalah pilihan Badan Ekonomi Kreatif, Pusat Pengembangan Film, dan Badan Perfilman Indonesia.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/10) disebutkan, keenam film yang diusung itu termasuk
Athirah (Riri Riza),
Nyai (Garin Nugroho),
Istirahatlah Kata-kata (Yosep Anggi Noen),
On The Origin Of The Fear (Bayu Prihantoro) ,
Ini Kisah Tiga Dara (Nia Dinata), dan
Memoria (Kamila Andini).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film-film itu dipilih lalu didaftarkan pemerintah, dan atas persetujuan penyelenggara akan ditayangkan di BIFF 2016. Mereka akan berebut perhatian investor dari negara-negara di Asia untuk membantu pendanaan.
Untuk film yang belum jadi, mereka bisa mendapat sokongan biaya produksi. Itu pernah didapatkan Joko Anwar, yang disokong CJ Entertainment untuk menggarap
A Copy of My Mind karena memenangi sebuah kompetisi di Asian Project Market.
Berhubung keenam film yang diusung Indonesia sudah siap tayang bahkan ada yang sebelumnya diputar di festival internasional lain, maka mereka akan berkompetisi untuk ‘dibeli’ hak tayangnya di negara-negara lain.
Menurut Kholid Fathoni perwakilan Pusat Pengembangan Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pasar terbesar Indonesia selama ini ada di Malaysia. “Serta sedikit di Thailand dan Filipina,” tuturnya menambahkan.
India, yang punya pasar besar di Indonesia, masih ‘tertutup’ untuk film-film lokal Negeri Khatulistiwa. Dikatakan Kholid, mereka punya sistem proteksi tersendiri untuk film yang ditayangkan. “Hanya bisa film dengan ulasan bagus dan yang mendapat penghargaan di festival internasional,” katanya.
Pasar besar Asia seperti Korea dan China pun masih terbilang susah ditembus.
Tapi pemerintah sudah memilih enam film sedemikian rupa agar memikat investor di ‘pasar film’ Busan. Kata Kholid, film-film itu dipilih karena memiliki potensi pemasaran besar. “Kami utamakan film yang ikut di festival itu dan mewakili pasar,” ujar Kholid menjelaskan. Namun, ia tak menutup kemungkinan bagi film-film Indonesia lain yang mendaftar secara mandiri untuk ikut bergabung di stan ‘Indonesian Cinema: Stories from 17.000 Wonderlands’ itu.
Dikabarkan, ada
Headshot film terbaru Iko Uwais yang juga dibintangi Chelsea Islan, ikut ditayangkan di BIFF 2016. Namun, rumah produksinya sendiri yang membuka jalur bagi film garapan Mo Brothers itu, bukan lewat Bekraf.
Anggaran terbatas pemerintahAnggaran pemerintah untuk berpromosi di BIFF 2016 hanya terbatas pada enam film. "Pemerintah ingin mendukung semuanya, tapi slot yang dianggarkan sedari awal memang hanya enam saja. Bujetnya sudah dibuat lebih dulu," kata Kholid.
Ia melanjutkan, “Nantinya, film yang dijual tidak hanya ini tapi semua.”
Enam film itu yang biaya pendaftarannya ke BIFF 2016 dibantu Bekraf, dan ongkos terbang sineasnya ke Busan ditanggung pemerintah.
Sebelumnya Kepala Bekraf Triawan Munaf menyatakan, “Subsektor film merupakan prioritas kami di tahun ini dan industri ini memiliki potensi yang luar biasa untuk mendukung terwujudnya ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia.”
Namun Bekraf tidak memberi rincian seberapa besar prioritas itu dan berapa dana yang dianggarkan khusus untuk mengembangkan bidang perfilman, termasuk mengantarkan beberapa film ke festival-festival internasional. Majunya
Surat dari Praha ke kompetisi Film Berbahasa Asing Terbaik Academy Awards 2017 saja tanpa bantuan dana pemerintah. Bekraf bahkan baru tahu ada film Indonesia yang akan dijagokan ke ajang perfilman bergengsi Hollywood, Oscar.
Menurut APBNP 2016, Bekraf punya anggaran sebesar Rp1,02 triliun, Itu dibagi untuk program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, serta program pengembangan ekonomi kreatif. Jika mendorong film maju ke internasional masuk program pengembangan, artinya Bekraf punya Rp910 miliar.
Namun jika itu masuk dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, maka ada Rp113,9 miliar yang bisa dimanfaatkan untuk memajukan perfilman.
Ricky Pesik Wakil Kepala Bekraf mengatakan, setidaknya ada 20 film Indonesia di BIFF 2016, termasuk enam yang dibiayai pemerintah. Bekraf juga mengirim
Tiga Dara dalam Market Screening yang terbuka bagi investor potensial.
Film-film lain yang tidak lewat jalur pemerintah dipersilakan Ricky untuk bergabung di stan promosi Indonesia. “Kami terbuka memberi dukungan, silakan bergabung di 'Indonesian Night' dan booth kami,” katanya mengajak sineas lain.
'Indonesian Night' sendiri merupakan ajang sineas bisa menjalin relasi dengan para investor. Mereka diundang dalam acara
cocktail party di Park Hyatt Hotel, Busan. Di sana sineas dan investor bisa berinteraksi lebih ‘luwes.’
BIFF, festival film bergengsi di Asia, dimulai sejak 1999. Tahun lalu, BlFF ke-20 yang berlangsung pada 1 hingga 10 Oktober, menayangkan 302 film dari 75 negara di dunia dengan jumlah total hadirin mencapai 227.377 orang penonton.
(rsa)