Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun ini, menandai penyelenggaraannya yang ke-11 tahun, penghargaan seni bergengsi dunia, Benesse Prize akan diberikan pada gelaran Singapore Biennale 2016.
Ini kali pertama penghargaan yang berlangsung sejak 1995 tersebut digelar di luar Venice Biennale. Penghargaan yang diusung Benesse Holdings, Inc tersebut pernah diberikan pada sejumlah seniman, antara lain Cai Guo Qiang, Olafur Eliasson, Rirkrit Tiravanija, Janet Cardiff dan George Bures Miller, Anri Sala, dan lainnya.
Mengutip
Straitstimes, nama Ade Darmawan menjadi salah satu dari lima finalis yang akan memperebutkan penghargaan bergengsi tersebut, dengan hadiah senilai 3 juta yen atau Rp 374 juta, serta kesempatan untuk membuat karya pada Benesse Art Site di Naoshima, Jepang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ade bersaing dengan seniman Asia lainnya, yakni Martha Atienza (Filipina-Belanda), Bui Cong Khanh (Vietnam), Qiu Zhijie (China) dan Pannaphan Yodmanee (Thailand).
Mengutip rilis yang dikeluarkan Bennesse Artsite, para juri yang akan menilai antara lain Luckana Kunavichayanont, Direktur Bangkok Art and Culture Centre, Dr. Susie Lingham, Direktur Kreatif Singapore Biennale 2016, Akiko Miki, Direktur Artistik Internasional Benesse Art Site Naoshima, Fumio Nanjo, Direktur Mori Art Museum, dan Suhanya Raffel, Direktur Eksekutif M+.
Sejak digelar pertama kali 1995, penghargaan ini pernah diraih oleh Cai Guo-Qiang (China), Alexandros Psychoulis (Yunani), Olafur Eliasson (Islandia/Denmark), Janet Cardiff & George Bures Miller (Kanada), Rirkrit Tiravanija (Thailand), Tacita Dean (Inggris), Adel Abdessemed (Perancis, Algeria), Hans-Peter Feldmann (Jerman), Adrian Villar Rojas (Argentina), dan Anri Sala (Albania, Perancis).
Dalam kesempatan pameran kali ini, Ade menampilkan karyanya yang diberi judul
Singapore Human Resource Institute. Karya ini merupakan instalasi seni dengan memanfaatkan beragam media, seperti lukisan, media cetak, fotografi, serta furnitur usang.
Instalasi seni yang dihadirkan Ade menggunakan benda yang ia kumpulkan di Singapura dan juga Indonesia. Lewat karyanya ini, ia ingin menyampaikan kritik terhadap sejarah kapitalisme dan hubungannya dengan hidup di era modern saat ini.
Semua karya finalis dipamerkan di perhelatan Singapore Biennale 2016 yang berlangsung dari 27 Oktober 2016 hingga 26 Februari 2017.
Pemenang akan diumumkan pada Januari 2017, selama perhelatan Singapore Art Week.
Singapore BiennaleAjang pameran seni bergengsi Singapura ini termasuk salah satu gelaran seni berpengaruh di Asia, yang dimulai sejak 2006. Setelah satu dekade, gelaran yang diusung Singapore Art Museum ini memberi fokus pada seni kontemporer non komersil dan fokus pada karya seni daerah.
Tahun ini, dijadwalkan ada 60 seniman dari 19 negara yang turut serta memamerkan hasil karyanya selama empat bulan pameran.
Pameran ini dikurasi Dr. Susie Lingham, yang sebelumnya merupakan Direktur Singapore Art Museum.
Bertajuk An Atlas of Mirrors, Singapore Biennale tahun ini bertujuan untuk mencari keterkaitan antara Asia Timur dan Asia Selatan, akan keberagaman berekspresi.
Selain Ade Darmawan, ada enam seniman Indonesia lainnya turut serta dalam pameran
Singapore Biennale. Mereka yakni Eddi Susanto, Made Djirna, Made Wianta, Melati Suryodarmo, Titarubi dan Agan Harahap.
(rah)